Mencari teman itu mudah, tinggal kenalan, berbicang sepatah-dua patah kata, lalu bisa berlanjut dengan menjaga komunikasi dan silahturahmi sekadarnya sudah sah-sah aja. Tapi untuk mencari sahabat yang bisa bersama sampai kalian tua itu susah. Sama seperti pasangan, kamu dan sahabatmu ini harus bisa nyaman satu sama lainnya.
Kalau kamu pikir-pikir lagi, sebenarnya apa sih bedanya sahabat dengan teman biasa. Bukankah sahabat juga awalnya teman?
Nah, supaya kamu nggak salah anggap siapa sahabat, siapa teman biasa. Yuk simak beberapa pejelasan dari Hipwee!
ADVERTISEMENTS
1. Sahabat ngga segan nyinyirin kamu saat kamu emang salah. Kalau teman biasa cuma bisa bilang “iya nggak apa-apa,”
Sahabat: Kamu An, hobi banget ngebatalin tiba-tiba sih. Kalau nggak jadi, bilang dari kemarin.
Sedangkan,
Teman biasa: Iya nggak apa-apa kok, An. Next time kita masih bisa pergi lagi. Sip!
Kelihatan bangetkan, sahabat itu nggak akan segan untuk mengkritik atau nyinyir kalau emang kamu salah atau ada hal yang nggak dia suka. Kata-kata yang dipakai untuk nyinyirpun bisa pedas sekali. Maksud dia mengkritik kamu dengan kata-kata pedas sebenarnya baik, dia ingin kamu menjadi orang yang lebih baik lagi.
Tapi kalau teman biasa, suka atau nggak suka, pasti nggak akan komentar macam-macam. Paling mentok kata-kata andalannya cuma, “iya nggak apa-apa”. Itu juga bisa jadi diucapkan dengan nada yang cukup sopan. Maklum teman biasa masih ada rasa nggak enakkan, takut salah kalau mau komplain, jadi ya mending cari aman.
ADVERTISEMENTS
2. Saat masalah datang menerpa, sahabat nggak sungkan menyelesaikan saat itu juga. Kalau teman biasa cuma bisa menunda-nunda.
Hubungan persahabatan layaknya hubungan pacaran. Sesekali pasti ada salah paham dan bikin kalian harus adu mulut. Tapi kalau yang namanya sahabat sejati, dia nggak bakal menghindari konflik. Semua permasalahan yang terjadi langsung diselesaikan saat itu juga. Adu pendapat di depan orang sih masa bodo amat. Toh yang penting setelah itu masalah selesai dan kalian kembali baik-baik aja. Nggak perlu ada yang mengerundel di belakang, sebab semua sudah tertumpahkan.
Beda sama teman biasa yang kalau ada masalah justru suka menunda-nuda untuk diselesaikan. Alasannya ada saja, misalnya yang paling klasik itu, nanti aja deh dibahasnya aku lagi sibuk nih. Kesannya itu bukan masalah besar dan nggak terlalu penting untuk dibahas. Padahal, dibelakang kamu dia justru nyinyir atau mencibir persoalan ini ke orang lain. Yah, ini sih namanya juga teman palsu alias musuh dalam selimut.
ADVERTISEMENTS
3. Sahabat sejati justru jarang memuji, karena dia paling paham kapasitas dirimu saat ini. Sedangkan teman biasa kadang pujiannya hanya formalitas belaka.
Sahabat: Kok tulisan kamu akhir-akhir ini kurang greget ya, Mus? Aku pembaca kayak kurang dapat kesan dan pesannya. Beberapa kalimat diksinya juga agak aneh. Kenapa? Kamu lagi banyak masalah?
Sedangkan,
Teman biasa: Bagus, bagus aja kok, Mus! Aku percaya kok kamu bisa buat tulisan yang lebih bagus lagi.
Sahabatmu paham jika nggak ada orang yang sempurna termasuk kamu juga dirinya. Dia paham sekali dengan kapasitasmu. Jadi, kalau saja ada hal yang nggak sesuai dengan ekspektasinya, dia nggak akan memuji. Tapi dia akan mengkomentari setiap bagian yang menurutnya kurang tepat dengan sangat detail. Sebab dia juga ingin kamu berkembang jauh lebih baik dari sekarang ini.
Lain lagi ceritanya dengan teman biasa, dia sebenarnya tahu ada kekurangan dari tulisanmu atau karyamu yang lain. Tapi sayang dia seperti memaklumi hal itu, dan atas alasan apa dia justu memujimu.
Dari sini pula kamu sebenarnya bisa paham, jika dibalik pujian pasti tersimpan ujian.
ADVERTISEMENTS
4. Sahabat nggak hanya paham dengan cita-citamu, tapi dia dia juga akan mendukung tanpa ada rasa iri. Sedangkan teman biasa kadang masih ada rasa untuk bisa menyaingi lagi.
Sahabat,
An, ayo dong semangat selesain naskahnya. Katanya mau jadi penulis terkenal. Kok ini malas-malasan? Janji deh, nanti aku jadi orang pertama yang minta tanda tangan ke kamu.
Atau,
Aku bisa kok kamu andalkan untuk jadi profreader naskah kamu.
Dia nggak hanya paham dengan apa yang kamu cita-citakan. Tapi dia pun bersungguh-sungguh mendukungmu dengen nyata tanpa ada iri di hatinya. Buat dia persahabatan kalian ini bukan ajang untuk berkompetisi, tapi ajang untuk saling berbagi dan bisa memperbaiki diri lagi.
Nah, kalau teman biasa, urusan cita-citamu itu nggak berarti untuknya. Menurutnya buat apa peduli dengan cita-citanya. Sebab ada juga teman yang masih diam-diam menganggap temannya sednri sebagi saingan untu hal semacam ini.
ADVERTISEMENTS
5. Sahabat nggak pernah mengungkit segala kebaikan yang pernah diberi. Tapi dia yang sekadar teman bisa mengungkit kembali, membuatmu merasa harus balas budi.
Kamu tahu diri dong, siapa yang udah bantu kamu selama ini!
Kata-kata seperti itu nggak akan pernah keluar dari mulut sahabatmu. Mau kalian sering bertengkar seperti apa, atau dia sepedas apa mengkritik kamu, tapi percaya sahabatmu nggak akan pernah tega mengungkit semua kebaikan yang sudah diberi. Namun, teman biasa yang selama ini di depanmu baik-baik saja, justru bisa tiba-tiba mengungkit apapun hal yang pernah dia lakukan ke kamu. Dia akan membuat kamu benar-benar merasa berhutang budi.
ADVERTISEMENTS
6. Saat kamu dalam kondisi terpuruk, sahabat dengan kebawelannya memaksamu untuk bangkit lagi. Kalau teman biasa, mentok cuma bisa bilang “sabar ya”.
Sahabat:
“Lo sampe kapan mau nangis? Sampe air mata lo kering, dia nggak bakal balik sama lo. Kalau lo nangisin dia mulu, yang ada lo sendiri yang rugi. Dia udah seneng-seneng aja tuh sama cewek barunya,”
Teman biasa:
“Duh iya, aku ngerti perasaanmu. Yang sabar yaa,”
Sahabat adalah orang yang paling tau karakter dirimu dan permasalahan dalam hidupmu. Seberat apapun masalah yang kamu alami, dan seterpuruk apapun dirimu saat ini, dia adalah orang yang tak akan membiarkanmu terus tenggekam dalam kesedihan. Dia akan terus mendorongmu untuk bangkit lagi dari keterpurukan. Caranya pun tak melulu dengan cara halus, menceramahimu dengan kebawelannya pun akan dia lakukan. Tapi meski begitu, pendampingan akan selalu tetap ada, dan dia tak akan pernah pergi.
Kalau teman biasa sih klise. Cuma bilang sabar yaa. Padahal dia sebenarnya tak terlalu peduli dengan masalah yang sedang kamu hadapi.
Cepat atau lambat kamu pasti akan menyadari siapa-siapa saja yang pantas jadi sahabatmu, dengan siapa yang memang hanya bisa dijadikan teman. Semoga saja, kamu memilih orang yang tepat sebagai sahabat yang bisa diajak berbagi suka ataupun duka. 🙂