“Udah tahu sakit, malah dilanjutin!”
Tanpa pikir ulang, saya langsung menutup layar laptop usai menonton ending drama Korea “Nevertheless”. Setelah berkali-kali bilang “hadeh” mulai dari episode pertama, saya tentu berharap ending drama ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Walaupun sebenarnya saya ragu karena kebanyakan drama Korea memilih ending yang biasa saja dan mainstream.
Karakter Yu Na-bi dan segala lika-liku asmaranya bersama Park Jae-eon adalah gambaran hubungan tidak sehat yang tepat. Nabi yang rentan secara emosional setelah hatinya patah, terpesona dengan Jae Eon, tipikal cowok bermulut manis, suka berpindah-pindah hati, dan enggan terikat komitmen. Terjebak dalam hubungan tanpa status jelas, tapi lebih sekadar teman, Nabi mengalami emosi negatif yang kalau dibiarkan maka kondisi mentalnya makin ambruk.
Sayangnya, hubungan toxic alias beracun yang dijalani Nabi malah berujung balikan. Setelah penonton dibuat gemas dan kesal sendiri karena Nabi nggak sadar-sadar, di akhir cerita Nabi justru jatuh ke pelukan Jae Eon. Sebagai penonton, saya cuma bisa mengumpat diam-diam karena akhir hubungan Nabi dan Jae Eon tak ada bedanya dengan menormalisasi hubungan toxic. Mirisnya, tak sedikit lo orang yang berkomentar, “Begitulah memang kalau cinta. Ending yang realistis.”
Rasanya sedih sekali membaca komentar-komentar warganet saat episode terakhir drama “Nevertheless” tayang. Banyak yang kecewa, tapi masih banyak juga orang yang menganggap kalau ending itu nggak bermasalah sama sekali. Seolah semua tanda-tanda hubungan toxic bisa diabaikan, selama cinta jadi alasannya.
ADVERTISEMENTS
Relasi romantis yang tidak sehat memang sulit sekali disadari. Saking sulitnya, masih banyak orang yang menganggapnya normal
Menyoal hubungan beracun, saya pikir setiap orang punya jatah masing-masing untuk merasakannya. Yang jadi pembeda, apakah setiap orang sadar bahwa hubungan cintanya tidak sehat? Lalu, memetik pelajaran dari pengalaman buruk tersebut. Sayangnya, lepas dari jeratan hubungan tidak sehat memang bukan hal mudah, bisa dibilang sulit sekali malahan. Apalagi kalau hubungan tersebut cuma dilandasi cinta tanpa akal sehat.
Sebagai alumni hubungan beracun, saya bisa bangga pada diri sendiri karena bisa bebas dan lepas. Meskipun prosesnya berdarah-darah dan nyaris balik lagi ke hubungan tersebut. Bolak-balik pengin balikan sering muncul di kepala, persis seperti Yu Na-bi. Tapi beruntungnya, saya tidak senasib dengannya. Soalnya saya membuktikan kalau hubungan beracun memang sebaiknya diselesaikan segera saja. Nggak perlu dilanjutkan karena tahu ujungnya bakal semakin sakit hati.
Namun, kasus pasangan yang terjebak hubungan tidak sehat bukan cuma hitungan jari. Banyak orang mengalami hal serupa seperti Yu Na-bi. Faktanya, toxic relationship di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Menurut Catatan Tahunan (Catahu) Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2019, jumlah kekerasan dalam pacaran sudah menginjak angka 2.703 kasus. Jumlah ini diperkirakan meningkat di tahun-tahun selanjutnya.
Banyak orang masih terjerat toxic relatioship. Sulit untuk lepas karena nggak sadar kalau hubungannya sudah tidak sehat. Seperti pengalaman Laras (24 tahun). Berkali-kali putus dan sambung dengan pacarnya, Laras selalu berakhir balikan. Padahal pacarnya kerap menduakannya dan kelakuan buruk itu telah jadi rahasia umum di kalangan pertemanan. Namun, lantaran dibutakan oleh cinta atau takut menyadarai kalau hubungannya bermasalah, ia tetap melanjutkan hubungan. Meskipun hatinya terus sakit.
ADVERTISEMENTS
Mengatakan kata “putus” rasanya kok rasanya susah sekali, ya. Padahal lebih banyak sakit hati
Lepas dari jeratan hubungan beracun memang tidak mudah, tapi bukan hal yang mustahil. Meskipun perjuangannya berat dan kadang bikin lelah. Tapi hasilnya sangat membahagiakan.
Setelah bebas dari hubungan menyakitkan, kamu akan menjadi sosok yang bijak dalam menyikapi urusan asmara. Kamu tidak mudah jatuh pada cinta yang menggebu-gebu sampai membutakan mata lagi.
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!