Sosok yang kaku, tegas dan keras kadang terbawa hingga seorang lelaki tumbuh dewasa, menikah, dan menjadi seorang ayah. Pembawaan dan wibawanya memang tak selembut dekapan ibu, yang mungkin selalu menjadi rumah bagimu. Tapi sebenarnya, bukan berarti ia tak bisa menyayangimu. Ayah hanya menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang berbeda.
Jika kamu terjatuh saat latihan mengendarai sepeda, Ibu mungkin akan menggendongmu pulang. Tapi, Ayah akan membantumu berdiri lalu memintamu mencoba mengayuh lagi. Berikut ini adalah beberapa gambaran dari segelintir kasih sayang yang kasat mata dari Ayah. Kasih sayang yang membuatnya cocok dilabeli sebagai superhero sejati:
ADVERTISEMENTS
Orang yang kamu panggil ‘Ayah’, ‘Bapak’, ‘Papa’, atau ‘Papi’ itu bisa jadi orang paling keras sedunia
Bapak: “Mas, udah sholat?”
Kamu: “Belum Pak, nanti aja ya.”
Bapak: “Kamu itu udah gede, Mas. Nggak malu apa sama Tuhan yang udah ngasih kamu kesempatan? Sholat sekarang atau Bapak potong uang jajan!”
Kamu: “Yaelah….iya Pak. Iya. Santai sih…”
Bapak atau ayah adalah orang yang paling keras menentang kenakalan-kenakalan kecilmu. Di matanya, tidak ada kesalahan yang bisa ditolerir.
ADVERTISEMENTS
Ia adalah lelaki yang bisa dengan tegas berkata, “Tidak” untuk semua permintaanmu
“Pak, mau beli PS 4 yaaaa?”
“Enggak! Buat apa? Mainan udah banyak.”
“Ya Pak yaaaa?”
“Bapak bilang enggak, Kak. Ya enggak!”
ADVERTISEMENTS
Perintah-perintah yang keluar dari mulutnya sering memberatkan. Tapi dia hanya ingin membentukmu jadi pribadi yang taat aturan dan disiplin
Habis makan? Cuci piring sendiri!
Mau dapat nilai bagus? Matikan TV, belajar tepat waktu!
Minta dibeliin PS? Oke. Tapi cuma boleh dimainkan di akhir minggu. Bukan di hari sekolah.
ADVERTISEMENTS
Waktu ibumu mengomel karena kamu berbuat salah, seorang ayah hanya akan diam
Bukannya memarahi dan mengomelimu. Seorang ayah justru bisa mengajakmu duduk saat sedang dilanda masalah. Ia akan bertanya,
“Kamu kenapa? Ada masalah apa? Ada yang bisa Bapak bantu?”
Seorang ayah mengerti, kamu tidak butuh diceramahi. Anaknya sudah cukup dewasa untuk memecahkan masalahnya sendiri.
ADVERTISEMENTS
Di matanya, kamu hanya harus bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang sudah kamu lakukan. Habis perkara
Kamu: “Nilai ulanganku jelek Pak, Bu.” *sambil mengeluarkan kertas ulangan yang dapat 4,5 dengan takut-takut*
Ibu: “Tuh kan, apa Ibu bilang? Belajar yang rajin Kak, belajar! 3 bulan lagi kamu UAN.”
Bapak: “Ya udah…kalau nilainya jelek terus Kakak harus gimana?”
Kamu: (jawab sambil nunduk) “Belajar Pak…”
Bapak: “Ya, sana ke kamar. Belajar ya. Yang rajin.”
Ibu: “Tidurnya jangan kemalaman, besok dibangunin susah. Itu kamarnya juga dirapiin dulu ya Kak. Kok ya kamu nggak bisa sih rapi? Udah gede lho padahal..”
Omelan Ibu selalu offside. Omelan Bapak itu layaknya tendangan bebas. Cepat, singkat, tapi selalu tepat sasaran.
ADVERTISEMENTS
Ayah adalah orang pertama yang sering kamu salahkan saat keinginanmu tidak bisa ia wujudkan
Kamu: “Pak, aku pengen ganti motor.”
Bapak: “Iya Mbak, Iya…..”
(1 tahun kemudian)
Kamu: “Pak, motor baruuuuuuuu. Udah setahun ini.”
Bapak: “Iya Mbak, sabar ya….”
(2 tahun kemudian, belum ada motor baru)
HUAAAA. BAPAAAK!
Perlu kamu tahu. Bukannya dia tidak mau, hanya saja kadang dia memang benar-benar belum mampu
Bisa jadi gajinya belum cukup untuk membelikanmu motor baru. Waktu luangnya tak ada untuk mengantarmu ke latihan sepak bola.
Tapi ketahuilah, setiap dia gagal mewujudkan keinginanmu sebenarnya hatinya mencelos. Ia merasa tak bisa menjadi ayah, pemberi nafkah — yang sempurna.
Ia selalu berkata, “Belajarlah menghargai dan mensyukuri apa yang kita punya, Nak.”
Kamu menganggapnya sebagai kalimat pemakluman.
“Papa memintaku bersabar dan bersyukur karena Papa gak bisa kasih apa yang aku mau ‘kan?”
Kamu membalasnya dengan, “Ayah nggak asyik! Nyebelin! Aku gak mau jadi seperti Ayah!”
Mungkin kamu lupa…..
Ayah yang sering kamu salahkan adalah orang yang rela berjaga sepanjang waktu sebelum momen kelahiranmu
Dia bahkan mengaku jatuh cinta sebelum pernah bertemu kamu.
Dia merelakan impian pribadi dan kebebasan khas laki-lakinya demi menciptakan kehidupan yang nyaman untukmu
Pria yang sering kamu bilang kaku dan menyebalkan itu adalah orang yang rela bekerja jungkir-balik demi mewujudkan impianmu
(kamu waktu masih kecil)
“Pak, Teteh pengen jadi dokter.”
“Wah, iya gak papa, Teh. Biar Bapak nabung dari sekarang.”
(setelah kamu dewasa, kamu baru sadar betapa jarang ayahmu membeli baju baru. Semua kelebihan uangnya ia masukkan ke rekening pendidikanmu yang sudah menasbihkanmu jadi Sarjana Kedokteran)
Dia adalah tangan pertama yang mengajarimu bagaimana caranya jadi lelaki
Mulai dari bercukur hingga berani mengambil keputusan, bagaimana mengatur waktu untuk bekerja keras siang malam namun tetap menjadi bagian penting dari masyarakat. Dia mengajarkan kamu soal menjaga etika, tetap jujur, selalu bersyukur serta menyelaraskan ucapan dengan perbuatan.
Dari tangannya pula, kamu belajar bagaimana seharusnya kamu diperlakukan sebagai wanita
Ayahmu menciptakan standar perlakuan yang bisa kamu terima. Ketika ayahmu bisa memperlakukanmu dengan penuh kasih sayang setiap harinya, tak ada pria lain di luar sana yang layak memperlakukanmu kurang dari itu.
Ayah adalah pemimpin yang selalu siap pasang badan demi melindungi keluarga kalian
Ganti lampu dan membenarkan alat elektronik yang rusak – menjemputmu sekolah – maju duluan saat rumah dibobol pencuri. Semua akan ayahmu lakukan. Ia selalu berusaha menjadi laki-laki yang bisa diandalkan demi keluarganya
Ketika kamu kencan sampai terlalu malam, dia yang akan menunggumu sampai kamu pulang
Ketika kamu sudah mulai dewasa dan mencoba-coba pacaran, kamu akan tergoda untuk pulang sedikit lebih malam. Menghabiskan waktu dengan pacar terasa jauh lebih mengasyikkan, daripada berdiam di rumah bersama beliau.
Tak terasa waktu sudah lewat pukul 10 malam. HP-mu berdering berkali-kali memanggilmu pulang, namun kamu biarkan. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 ketika kamu pulang.
Kamu membuka pintu rumah yang tak terkunci dan menemukan Ayah di sofa, TV di depannya masih menyala. Ia terlalu khawatir pada keselamatanmu, hingga harus tertidur menunggumu pulang. Bukankah itu bukti cinta yang nyata?
Segalak apapun dia, namamu tak pernah luput dibawa dalam tiap doanya
Pertanyaannya, seberapa sering kamu membawa nama Ayahmu dalam doa?
Walau tak banyak mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata, ayahmu adalah orang yang paling bangga saat melihatmu berhasil dalam hidup
Saat kamu sukses lulus sekolah, mendapatkan pekerjaan pertama, dan memutuskan untuk membawa hidup ke tingkat selanjutnya — ayahmu adalah orang yang paling merasa bahagia dan bersyukur.
Perjuangannya membesarkanmu sudah tuntas. Tanggung jawabnya lunas.
Di matamu, ia tetap orang tua yang punya cela. Namun baginya, kamu adalah anak paling sempurna yang pernah ia miliki di dunia
Tak peduli seberapa sering kamu mengecewakannya, maaf dan cinta darinya terus tersedia. Saat ditanya apa kekurangan Ayahmu, kamu bisa dengan muda menyebutkannya: “Terlalu galak, terlalu kolot, terlalu banyak aturan, atau bahkan pelit.”
Tapi baginya, kamu adalah anugerah Tuhan terbesar yang bisa ia terima. Membesarkanmu, mengawal keberhasilanmu, mendampingi langkahmu sampai dewasa sudah cukup membuatnya merasa lengkap menjadi manusia.
Semua cowok bisa aja punya anak dan menyebut dirinya sebagai orang tua, tapi dibutuhkan lelaki bermental baja seperti ayahmu untuk menjadi seorang ayah yang hebat. Jadi buat apa mengharapkan adanya pahlawan super kalau kamu udah punya ayah yang hebat?