Dear Kale,
Aku sudah menonton film NKCTHI, minggu lalu. Semestinya aku fokus saja menyimak kisah keluarga Awan yang mengharu-biru mengundang air mata. Gara-gara itu juga aku terpaksa keluar bioskop malu-malu, karena makeupku yang nggak waterproof luntur semua. Tapi di antara tangis soal konflik keluarga, konflik Awan denganmu juga cukup menyita perhatianku.
Apa istilah yang tepat untuk menggambarkan relasi kalian? Apa pun istilahnya, aku ingin sejenak pura-pura jadi Awan. Jadi, simaklah beberapa hal yang ingin kusampaikan padamu, andai aku adalah Awan di film itu.
ADVERTISEMENTS
1. Orang itu mudah sekali jatuh cinta, ya. Sekali obrolan yang menyenangkan, membuatku menginginkan kali kedua, ketiga, dan seterusnya
Masih ingatkan bagaimana kita pertama kali bertemu? Kamu menyapaku di tengah-tengah konser itu. Mungkin tingkahku yang lebay saat penyanyi favoritku tampil menggelitik rasa ingin tahumu. Lalu kita pun lanjut ngobrol sembari mengisi waktu. Orang bilang kita hanya butuh waktu 4 menit untuk jatuh cinta. Kurasa itu ada benarnya. Obrolan pertama yang menyenangkan itu membuatku menginginkan obrolan kedua, ketiga, dan seterusnya. Tahu-tahu, menjadi orang yang kucari-cari dan kuberikan porsi besar untuk mengisi waktuku.
ADVERTISEMENTS
2. Tapi bisa juga aku bertemu kamu di momen yang nggak tepat. Sebab kamu menawarkan pintu keluar saat duniaku benar-benar sesak
Sebenarnya aku pernah bertanya-tanya, apa sih yang membuatku mudah jatuh hati padamu? Ya, selain kamu memang tampan, manajer band keren, punya style yang oke, pembawaan yang menyenangkan, dan kata-kata cerdas yang kamu bicarakan soal passion dan hidup itu. Tapi kurasa kini aku tahu sebab lainnya.
Kamu datang di saat yang salah (atau justru di saat yang tepat?). Kekangan dan perhatian keluarga yang menyesakkan, membuatku mendamba sebuah pintu keluar. Sebuah petualangan yang lebih menggairahkan. Dan kamu punya itu semua. Kamu menawarkan dunia dan rasa yang belum pernah kececap sebelumnya.
ADVERTISEMENTS
3. Aku yakin kamu pasti tahu hati cewek mudah terjebak di rasa yang salah. Jadi, mengapa pura-pura tak akan terjadi apa-apa?
Kamu pasti sudah tahu bahwa aku sangat menyukai momen-momen bersamamu. Kamu pasti sudah tahu bahwa kemungkinan besar aku akan baper pada hari-hari yang akan kita lalui. Kamu pasti sudah tahu bahwa kaum hawa mudah terjebak di rasa yang salah. Kamu juga pasti sudah tahu kalau kebanyakan perempuan menginginkan sebuah ikatan, bukan sekadar bersama-sama dan bersenang-senang.
Memang rasa baper ini sepenuhnya milikku. Aku juga mengerti bila seringkali kita dikecewakan oleh ekspektasi sendiri. Tapi, bukankah tak ada asap bila tak ada api? Jadi, agar nggak dicap softboy yang hobi menebarkan harapan palsu seperti di media sosial itu, ada baiknya kamu tekankan dulu batasmu sebelum kedekatan terlalu jauh. Setidaknya, itu bisa membantu mengontrol perasaanku.
ADVERTISEMENTS
4. Aku tak memintamu bertanggung jawab atas kebahagiaanku. Karena saat bertanya kita ini apa, aku sedang mengusahakan kebahagiaanku sendiri
Kamu beralasan bahwa kamu nggak bisa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain. Kamu bilang, bahagia itu tanggung jawab masing-masing. Aku setuju sekali soal ini. Jadi, aku nggak memintamu untuk bertanggung jawab atas kebahagiaanku. Karena saat kuberanikan diri bertanya sebenarnya kita ini apa, sesungguhnya, aku sedang mengusahakan kebahagiaanku sendiri. Lagipula, apa sih hubungan itu? Kukira, menjalin sebuah hubungan adalah cara seseorang untuk membahagiakan diri sendiri, meski salah satunya adalah dengan membuat orang lain bahagia.
Kale, aku nggak menyalahkanmu karena setiap orang berhak memutuskan sesuatu. Aku yakin kamu punya alasan sendiri untuk setiap keputusanmu.
Tapi aku juga perlu justifikasi untuk perasaan ini. Katakanlah aku terlalu lebay mengolah perasaan. Katakanlah, aku yang salah mengartikan hal-hal yang kamu lakukan. Tapi dengan kisah permen jeruk di tengah pasar, dengan perjalanan-perjalanan yang kita lalui berdua, juga dengan caramu menyemangatiku dengan kalimat “sabar, satu per satu”, beri tahu aku bagaimana caranya untuk nggak berharap apa pun dari semua itu.
Dari Aku (yang berpura-pura jadi Awan).