Semua orang juga tahu bahwa perselingkuhan itu adalah mimpi buruknya sebuah hubungan. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada mengetahui bahwa pasangan tidak setia dan mengkhianati kita demi orang lain. Masalah orang ketiga ini kerap jadi alasan retaknya sebuah hubungan dan memburuknya hal-hal yang bersifat dasar seperti kepercayaan terhadap pasangan.
Menariknya, selingkuh memang bisa terjadi pada pasangan yang hubungannya baik-baik saja. Pasangan yang rekam jejaknya bagus dan kerap menjadi contoh ideal bagi sekitarnya. Esther Perel (EP), seorang ahli hubungan interpersonal asal Belgia, menjelaskan mengapa pasangan yang terlihat bahagia ternyata tetap saja melakukan perselingkuhan. Bukannya membenarkan perselingkuhan, tetapi alasan-alasan ini masuk akal, dan mungkin bisa dijadikan ilmu agar kamu dan pasangan tidak terjebak di dalamnya.
ADVERTISEMENTS
1. Keinginan untuk merasa “hidup kembali”, salah satunya dengan rasa penasaran kepada orang yang tidak pernah bisa dimiliki
Kontras dengan anggapan orang kebanyakan, perselingkuhan ternyata tidak selalu tentang hubungan fisik atau material. Selingkuh lebih banyak bercerita tentang keinginan. Keinginan untuk diperhatikan secara berbeda, keinginan untuk menjadi spesial, keinginan untuk merasa penting. Semuanya bermuara menjadi satu: keinginan untuk diinginkan.
Ada hal-hal yang tidak dapat diberikan oleh ‘hubungan yang baik-baik saja’ kepada kita. Hubungan seperti itu menunjukkan bahwa kita pernah diinginkan dan saat ini sudah didapatkan. Ketika sebuah keinginan sudah didapatkan, kita tidak lagi mengejarnya seperti orang gila, bukan?
Perselingkuhan, di sisi lain, menawarkan paradoks bahwa kamu tidak akan pernah bisa memiliki orang tersebut. Hal ini membuatmu merasa tetap menginginkannya. Karena dengan begitu, rasanya kamu hidup kembali. Oleh karena itu, sangat penting bagimu dan pasangan untuk tahu bagaimana menjaga hubungan yang dinamis dan tetap bernyawa, agar ia tidak pelan-pelan menjadi mati dengan cara membosankan.
“Kita punya kecenderungan untuk menyimpang yang sangat kuat saat ini. Bukan karena kita memiliki keinginan-keinginan baru di masa sekarang, tetapi karena kita hidup di zaman di mana kita merasa berhak untuk mengejar keinginan kita. Karena saat ini adalah era di mana kita merasa, saya berhak bahagia.” – EP
ADVERTISEMENTS
2. Hubungan yang spesial menjadi tidak lagi spesial dan justru menjadi beban
Monogami awalnya adalah kepentingan mempertahankan garis keturunan, memberikan dan mendapatkan perlindungan, serta memiliki status yang layak dalam kehidupan sosial. Saat ini, hubungan monogami adalah sebuah pernyataan bahwa kita adalah satu-satunya yang eksklusif bagi pasangan kita. Tetiba di laman Facebook terpampang status “in relationship with”, ke mana-mana berdua, tidak bebas lagi berpergian dengan teman lain karena harus izin pasangan dulu, dan lain-lain.
Orang selingkuh bukan karena ia tidak percaya pada monogami atau hubungan tetap dengan satu orang. Justru orang-orang seperti ini biasanya sangat percaya pada tipikal hubungan seperti ini. Tetapi selain kepercayaan, mereka punya kebutuhan untuk memenuhi keinginan-keinginan mereka yang lain. Mereka terlalu takut untuk mendiskusikan dengan pasangannya, tentang kemungkinan-kemungkinan apakah mereka benar-benar bisa hidup cuma eksklusif romantis berdua saja, selama-lamanya? Karenanya, ketika eksklusivitas ini mulai membebani, dan tidak ada ruang diskusi, maka banyak orang cenderung mengambil jalan belakang. Diam-diam selingkuh.
“Perselingkuhan adalah suatu tindakan pengkhianatan, dan juga ekspresi rasa rindu dan kehilangan.” – EP
ADVERTISEMENTS
3. Kebutuhan akan rasa aman dan petualangan yang saling bertentangan, tapi tidak pernah sepaket dalam satu orang
Setiap orang memiliki dua kebutuhan dasar: kebutuhan akan sesuatu yang menawarkan rasa tenang dan stabil tidak tergoyahkan, dan juga kebutuhan akan sesuatu yang menawarkan rasa senang yang meledak-ledak. Apesnya, kita menginginkan keduanya dalam satu waktu yang sama. Mungkin karena tantangan ini, banyak pasangan yang gagal mempertahankan hubungan jangka pajang.
Ketika sudah memasuki fase nyaman dengan pasangan, mendadak semuanya menjadi rutin dan stabil. Hal ini justru membuatmu merindukan petualangan di tempat lain, yang bukan bersama si dia. Tapi, terlalu banyak berpetualang pun bisa melelahkan, tidak ada tempat yang kokoh untuk bersandar justru membuat kita merasa tidak aman. Manusia memang makhluk yang kompleks. Pasangan yang berhasil adalah mereka yang bisa mengimbangi dua kebutuhan ini. Memang butuh banyak usaha, tapi begitulah yang namanya hubungan.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu tidak sedang mencari sosok lain pada orang lain. Kamu sedang mencari sosok lain pada dirimu sendiri
Orang dewasa mengalami beberapa fase dalam pencarian jati dirinya, dan itu terus berkembang. Secara psikologis, ada kebutuhan untuk berubah setelah beberapa waktu. Ketika krisis internal itu terjadi, orang cenderung melanggar hal yang sudah mereka sepakati sebagai prinsip di masa lalu. Termasuk juga melanggar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam hubungan. Dengan melanggarnya, ada perasaan bahwa kita sudah menjelma menjadi sosok lain yang diperlukan oleh diri kita.
Di momen ini, perselingkuhan rentan terjadi. Terlebih lagi di masa ini, orang-orang selalu didorong untuk mencari sosok terbaik dalam diri mereka, dan ingin mengejar apa yang mereka inginkan di dunia ini. Beberapa orang akan menginterpretasikannya sebagai mengejar hubungan baru.
“Alasannya bukan karena kita ingin meninggalkan orang yang sedang bersama kita, tetapi orang yang telah sekian lama menjadi diri kita.” – EP
Hubungan yang berhasil adalah hubungan yang mampu menemukan pencarian jati dirinya bersama-sama, dan tidak saling meninggalkan atau mendahului dalam perjalanan itu. Mampukah kamu?
ADVERTISEMENTS
5. Mereka mengambil resiko merusak hubungan, demi kesempatan memperbaikinya kembali
Perselingkuhan memberikan luka permanen yang efeknya traumatis, karena selain menyakitkan ia juga bisa mengancam jati diri kita. Tidak banyak yang bisa pulih dari pengkhianatan. Namun faktanya, mayoritas pasangan yang telah mengalami perselingkuhan akan terus bersama. Namun beberapa hanya akan terus bertahan dengan saling menyakiti, sementara yang lain akan dapat mengubah krisis menjadi kesempatan.
Ketika masa kekacauan sudah berlalu, ada pola komunikasi baru yang tercipta. Pasangan akan membuat percakapan yang sarat kejujuran dan keterbukaan, yang mungkin sudah lama tidak mereka lakukan selama bertahun-tahun. Selain itu, ketakutan akan kehilangan akan membangkitkan kembali rasa penasaran dan perhatian yang sudah lama hilang. Pasangan akan mulai mengenal dan mendalami satu sama lain lagi dari awal.
Itulah alasan-alasan mengapa orang-orang dalam hubungan yang baik-baik saja pun bisa terlibat hubungan dengan orang ketiga. Memang sebaiknya tidak terjadi, namun jika suatu saat kamu mengalaminya, setidaknya kamu sudah bersiap-siap untuk memahami kenapa perselingkuhan terjadi. Memang, dibutuhkan kedewasaan yang matang untuk rela memperbaiki hubungan yang sudah dirusak. Namun perlu diingat, pilihan selalu ada di tanganmu ‘kan?