Alasan di balik pasangan yang posiseif | Credit by Hipwee via www.hipwee.com
Kita mungkin setuju bahwa sikap saling percaya adalah salah satu kunci dari berhasilnya sebuah hubungan. Apalagi, pada hubungan romantis di mana kepercayaan pada pasangan nggak hanya sebagai kunci, tapi juga salah satu fondasi supaya bisa saling menguatkan saat ada masalah yang menimpa. Namun, rasa memiliki dan takut kehilangan kadang mengalahkan rasa percaya pada pasangan.
Hal inilah yang mungkin pernah dirasakan orang-orang posesif. Dalam suatu hubungan romantis aku juga pernah bersikap posesif, punya rasa memiliki yang sangat berlebihan. Rasa memiliki ini memang sah-sah saja dilakukan pada taraf yang wajar, misalnya memberi perhatian, menyatakan kepemilikan dengan kalimat-kalimat romantis, dan ingin tahu kabar pasangan. Namun, posesif sudah pada taraf yang berlebihan atau ekstrem jika sudah sampai mengekang, membatasi, bahkan menguntit pasangan.
Aku menganggap bahwa perilaku ini adalah wujud rasa sayang dan takut kehilangan pada pasangan. Aku juga merasa memiliki hak penuh untuk mengatur dan membatasi pertemanan atau hubungan sosialnya.
Bahkan, sikap posesif seperti ini membuatku mudah curiga, cemburu berlebihan, dan sulit percaya dengan pasangan. Mungkin kamu pernah mendengar alasan klise yang biasa diungkap orang-orang posesif, misalnya “Aku melarang karena sayang,” atau “Aku begini karena aku cinta,” dan sebagainya. Namun, setelah melalui lika-liku hubungan romantis, aku sadar dan mulai berpikir, benarkah jika alasan posesif yang sebenarnya hanya karena sayang? Atau ada hal lain di balik sikap berlebihan itu?
Di Hipwee Premium kali ini, aku ingin mengulik sesuatu di balik perilaku posesif yang dulu pernah kulakukan sebelum menyadari suatu hal. Yuk, simak juga pengakuan orang-orang posesif ektrem dan pandangan Kei Saourie, seorang dating coach dalam memahami perilaku tersebut!
Orang yang posesif selalu punya cara untuk mengetahui dan membatasi semua hal yang pasangannya lakukan
Video call tiap saat bikin pasangan jadi terganggu | Credit Alex Green on Pexels
Pada umumnya, orang akan bertanya langsung pada pasangan tentang ke mana akan pergi atau kegiatan apa yang dilakukan, tapi tidak demikian bagi orang posesif yang berlebihan. Biasanya, orang ini punya cara-cara ‘ajaib’ untuk mengetahui informasi semacam itu, yaitu dengan mengawasi pasangan secara langsung. Bahkan, kadang dilakukan secara diam-diam.
Menurut Coach Kei Savourie, orang yang posesif akan mengatur pasangan karena merasa memiliki kontrol. Hal ini diperkuat oleh sebuah penjelasan dari Psychology Today bahwa perilaku posesif membuat orang mudah curiga karena sulit percaya pada pasangan, sehingga sebisa mungkin ia akan mengontrol sendiri segala hal yang dilakukan pasangan.
“Minimal aku telpon terus 15 menit sekali kalau dia (pasangan) pamit pergi sama teman, apalagi kalau dinas ke luar kota. Kalau telepon nggak diangkat, aku bakal lacak diam-diam GPS di ponselnya dan aku juga pernah hack akun Facebook dia biar bisa tahu interaksinya di medsos,” tutur Ryan (29 tahun) laki-laki yang mengakui pernah bersikap posesif secara ekstrem pada pasangannya.
Sikap Ryan tersebut nyatanya banyak dilakukan pula oleh orang-orang lain. Yang perlu kamu tahu, jika satu cara tidak berhasil, biasanya orang posesif punya ‘jalan ninja’ lain untuk mengawasi pasangannya, lo. Pada posesif yang ekstrem, sikap menguntit dengan cara mengikuti pasangan, mencari mata-mata, melacak GPS, atau bahkan menyabotase media sosial bisa saja dilakukan. Hal semacam ini tentu salah karena sudah melewati batas privasi dan termasuk hubungan yang tidak sehat, ya.
Selain tak percaya, biasanya beberapa hal berikut ada di pikiran orang posesif saat mengekang bahkan menguntit pasangannya
Pasangan yang posesif | Credit by Alex Green on Pexels
Mungkin sebagian besar orang yang posesif pada pasangan berpikir bahwa pengekangan adalah cara untuk mempertahankan hubungan. Begitu pun yang aku pikirkan dulu ketika posesifku sedang kambuh. Kalau menurut Coach Kei Savourie, perilaku posesif sebenarnya berawal dari rasa cemas dan tidak percaya diri seseorang terhadap hubungan yang dijalaninya, sehingga ia merasa tidak layak untuk dipertahankan dan mudah ditinggalkan oleh pasangannya.
Hal ini pun dialami oleh Ryan yang mengakui bahwa ia berpikir sikapnya tersebut adalah cara untuk membuatnya merasa aman dan percaya diri terhadap hubungan yang dimiliki bersama pasangan. Ia menganggap bahwa posesif bisa mengendalikan hubungan romantis seperti yang ia inginkan meski harus mengabaikan kenyamanan pasangan.
“Aku cuma takut kalau dia main belakang. Bukan nggak percaya sih, tapi merasa tenang aja kalau bisa memastikan sendiri soalnya dia emang orangnya gampang bergaul dan banyak yang suka,” tutur Ryan saat ditanyai soal alasan sikap posesifnya.
Orang-orang yang posesif sebenarnya tahu kalau pasangan mereka tidak nyaman dengan sikap tersebut. Namun, kadang kami memang tidak tahu cara lain untuk merasa aman terhadap hubungan romantis yang sedang dijalani. Dulu aku berpikir bahwa selalu ada kemungkinan pasangan untuk meninggalkanku, bahkan berkhianat.
Seorang perempuan bernama Hida juga menuturkan alasan di balik pemikirannya saat bersikap posesif pada pasangannya. “Aku tahu kok kalau dia nggak nyaman kalau aku banyak tanya dan terkesan curigaan. Aku berpikir selalu ada kemungkinan dia nggak jujur. Bukan berarti bohong, tapi ada hal yang disembunyikan.” tutur Hida (25 tahun).
Di balik orang yang posesif, ada kemungkinan mereka punya masalah psikologis menyangkut pengalaman buruk soal hubungan romantis yang pernah dialami
Pasangan posesif karena punya pengalaman buruk | Credit by Alex Green
Pernahkah kamu berpikir jika orang yang bersikap posesif pada pasangannya disebabkan mereka punya pengalaman hubungan romantis yang buruk?
Ternyata pengalaman buruk, seperti dikhianati, dibohongi, dan sejenisnya punya andil yang cukup besar terhadap perilaku posesif seseorang. Melansir dari WebMD, perilaku posesif biasanya dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri terhadap suatu hubungan romantis. Orang yang posesif juga biasanya memiliki kecemasan terhadap hubungan karena pengalaman yang pernah dialami.
Hal ini persis seperti yang aku alami. Dulu aku pernah memiliki pengalaman dikhianati, hal tersebut membuatku lebih waspada pada pasangan. Pengalaman buruk semacam ini bisa saja diterima dari orang lain di masa lalu termasuk pasangan sendiri, bisa juga dari melihat pengalaman buruk orang-orang terdekat. Luka batin akan pengalaman buruk tersebut membuat seseorang merasa harus lebih waspada dan ingin menegaskan kepemilikian pasangannya dengan bersikap posesif.
Kendati ada kemungkinan seseorang yang posesif punya pengalaman buruk secara psikologis, Coach Kei Savourie menegaskanbahwa hal tersebut bukanlah alasan yang bisa dijadikan pembenaran atas perilaku posesif. Apa pun alasannya, posesif tetap perilaku yang salah.
Apakah kamu termasuk pasangan yang posesif? Begini cara menyadari apakah kita posesif atau tidak terhadap pasangan
Pasangan enggan terbuka | Credit by Alex Green on Pexels
Perilaku posesif tidak hanya dilakukan secara ekstrem dengan mengekang, mengatur, dan menguntit saja, lo. Ada beberapa sikap lain yang termasuk perilaku posesif, tapi mungkin kita tidak menyadarinya. Nah, jika hal ini dibiarkan, bukan nggak mungkin perilaku jadi semakin ekstrem lagi. Makanya, yuk pahami apakah perilakumu posesif!
Banyak orang yang posesif mungkin tidak menyadari perilakunya sudah berlebihan. Tahu-tahu hubungan yang dibangun bersama pasangan terasa kehilangan arah dan tidak jelas lagi komunikasinya. Menurut Coach Kei Savourie, tanda-tanda bahwa kita terlalu posesif adalah sikap pasangan yang berubah jadi tertutup dan takut berkata jujur karena selalu dicurigai. Pasangan juga memilih untuk bersembunyi-sembunyi saat melakukan sesuatu karena takut dikira berbohong.
Nah, jika pasanganmu sudah melakukan hal semacam itu, lebih baik introspeksi diri supaya bisa menyadari perilaku posesif justru membuat pasangan jadi menjauh. Hal inilah yang dulu menyadarkanku, kalau sikap posesifku sudah keterlaluan dan membuat hubungan dengan pasangan jadi makin sulit. Kalau menurut Ryan beda lagi nih, dia sadar karena pasangannya ikut-ikutan posesif~
“Wah, ternyata nggak dipercayai pasangan itu menyebalkan dan sangat merepotkan. Di situlah titik balik aku menyadari ini justru nggak baik untuk hubungan kami. Akhirnya, aku berlatih lebih percaya sama dia. Sekarang udah nggak pernah interogasi apa pun dan justru bikin dia lebih nyaman untuk bicara secara terbuka,” ujar Ryan.
Apa yang harus dilakukan jika terlanjur terjebak dalam hubungan romantis bersama pasangan yang posesif?
Kalau pasanganmu posesif | Credit by Hipwee
Menjalani hubungan romantis dengan pasangan yang posesif bisa menyebabkan hubunganmu menjadi tidak sehat. Melansir dari The Minds Journal, berikut beberapa hal yang bisa lakukan jika saat ini kamu menjalani hubungan dengan dia yang posesif:
Pahami alasan di balik sikap posesif pasanganmu
Coba cari tahu apa yang membuatnya ingin membatasi dan mengekangmu. Kamu bisa tanyakan langsung padanya secara terbuka atau cari tahu lewat orang-orang terdekatnya. Siapa tahu dia punya masalah kecemasan, trauma dalam hubungan, atau ada hal lain yang mengganggunya dan membutuhkan pertolongan profesional.
Komunikasikan ketidaknyamanan yang kamu rasakan
Memendam perasaan tidak nyaman dalam sebuah hubungan bisa membuatmu merasa jenuh. Jika ini sudah terjadi, komunikasikan dengan terbuka tentang ketidaknyamanan yang kamu rasakan karena sikap posesifnya.
Bantu pasangan lebih yakin pada hubungan yang dijalani
Orang yang posesif biasanya karena tidak percaya diri dan merasa pasangannya bisa meninggalkannya kapan saja. Hal ini membuatnya tidak yakin akan hubungan yang dijalani dan sulit percaya pada pasangan. Cobalah untuk membantunya lebih yakin dengan hubungan kalian dan sering-sering mengungkapkan perasaaanmu padanya.
Libatkan pasangan untuk membuat keputusan kecil
Melibatkan pasangan dalam membuat pertimbangan dan memutuskan sesuatu akan membantunya merasa lebih berarti untukmu. Hal ini bisa membuatnya lebih yakin dan percaya diri pada hubungan kalian.
Mengontrol emosi
Sikap posesif pasti sering membuatmu kesal, tapi berusahalah untuk mengontrol emosi supaya tidak menimbulkan pertengkaran. Jika sudah keterlaluan dan membuatmu kesal, usahakan untuk mengajaknya bicara secara terbuka.
Nah, sekarang jadi paham kan di balik perilaku pasangan yang posesif, bisa saja alasannya tidak sesimpel karena rasa sayang dan takut kehilangan. Namun, meski ada alasan terkait pengaruh pengalaman buruk terhadap hubungan romantis yang dialami sebelumnya, tetap saja perilaku posesif yang sampai mengekang bahkan menguntit pasangan tidak bisa dibenarkan, ya.