Banyak pasangan rela menjalani ikatan yang mereka tahu tak membahagiakan. Bukan tidak mungkin kalau kamu salah satunya. Kamu dan pasanganmu saling merendahkan, berkata kasar, bahkan mungkin saling dendam. Namun, hubungan yang demikian tidak membuat kalian mengucap kata putus. Alasan kalian, “masih sayang”.
Nah, lewat artikel ini, Hipwee ingin mengajakmu untuk jujur pada diri sendiri. Apakah kamu benar masih sayang, atau justru alasan-alasan di artikel ini yang membuatmu bertahan?
ADVERTISEMENTS
1. Putus memaksamu mencicipi kesepian, dan itulah yang paling kamu takutkan
Putus berarti melepaskan dia yang selalu hadir menemanimu — dia yang selama ini mengirimimu pesan singkat, melayani panggilan teleponmu, hingga mengajakmu kencan tiap akhir minggu. Setiap merasa hubungan kalian tak bisa dipertahankan, kamu selalu beralasan: bagaimana kalau nanti kamu merasa sepi?
Tapi, bukankah rasa sepi hanya rekaan pikiranmu? Ketika putus dan menyandang predikat single, bukan berarti kamu harus kesepian. Di dunia ini kamu tidak pernah benar-benar sendiri. Selain keluarga yang selalu siap menopangmu, ada sahabat dan teman-teman yang akan menceriakan hari-harimu. Dan jangan lupa: pasangan mungkin membuat fisikmu tidak sendirian, tapi belum tentu dia mampu mengisi jiwamu yang kosong dan kesepian.
ADVERTISEMENTS
2. Kamu tak yakin bisa menemukan yang lain, sementara di luar sana ada yang menunggumu sejak lama
Bersamanya, kamu pernah merasa yakin bahwa dialah yang terbaik. Segala sifat dan sikapnya menyamankan, dan kamu maklum atas kekurangan dan kealpaannya. Pikirmu, dialah pasangan yang sengaja disiapkan Tuhan.
Namun, tidak ada alasan untuk diam jika hubungan kalian memang tidak bisa dipertahankan. Putus tidak menjadikan kehidupan cintamu selesai. Kamu hanya perlu menyiapkan hati dan dirimu untuk menyambut cinta yang baru. Akhir ceritamu dengannya justru jadi babak baru dalam kisah cintamu yang lain.
ADVERTISEMENTS
3. Mengakhiri Hubungan Akan Membuatmu Merasa Bersalah dan Kejam
Kalian pernah sama-sama berusaha mempertahankan hubungan yang bahagia. Memaafkan kesalahan, memaklumi kekurangan, hingga meredam amarah demi tidak saling menyakiti. Ketika usahamu tidak lagi sekeras dulu karena lelah atau bosan, sah-sah saja kok untuk melepaskan pasanganmu.
Mengucapkan kata “putus” tidak lantas menjadikanmu bersalah. Kamu bukan si tokoh jahat yang serba tega atau tidak punya perasaan. Toh memaksa bertahan dalam hubungan yang sebenarnya sudah tidak diinginkan justru jauh lebih kejam. Bahkan, berpura-pura berjuang mempertahankan hubungan sama halnya menyakiti pasanganmu. Memilih bersama tidak akan menjadikan keadaan lebih baik.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu takut akan menyia-nyiakan waktu yang selama ini telah kamu habiskan
Telah menjalani hubungan selama bertahun-tahun bukan alasan yang baik untuk bertahan. Seberapa banyakpun bulan maupun tahun yang telah “terbuang”, tak akan seberapa dibandingkan waktu yang kamu punya di masa depan. Jangan menghitung berapa lamanya kalian pacaran. Tanyakan hatimu lebih dahulu: apakah kamu benar-benar masih nyaman?
Putus tak akan membuat semua usaha yang telah kamu berikan sia-sia. Justru kamu sudah memanfaatkan waktumu untuk menumpuk pengalaman. Inilah yang akan membuatmu menjadi lebih bijaksana setelahnya. Lebih baik melepaskan hubungan yang kamu yakini tidak akan berhasil, daripada terus-menerus menyiksa diri sendiri. Kamu pun patut berbangga karena setidaknya pernah mencoba dan berusaha.
ADVERTISEMENTS
5. Kamu begitu menyayangi — tidak hanya dia — namun juga teman-teman dan keluarganya
Dirimu begitu terikat padanya. Duniamu dan dunianya sudah saling beririsan. Bukan cuma kamu, keluarga dan teman-temanmu pun sudah mengenalnya dengan baik. Atas alasan keterikatan yang demikian erat, berat rasanya untuk mengakhiri hubungan kalian.
Sejenak, abaikanlah orang lain dan segala yang ada disekitar kalian. Kamu dan dia adalah dua individu yang paling bertanggung jawab dalam hubungan yang sedang kalian jalani. Keputusan untuk lanjut atau bertahan jadi otoritas kalian. Putus sudah pasti membentangkan jarak diantara kalian, tapi hubungan baik tentu masih bisa diusahakan. Teman-teman dan keluarga mantan kekasihmu tidak lantas jadi orang asing. Mereka akan tetap jadi bagian hidupmu, jadi teman dan keluarga walaupun tidak sedekat dahulu.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu takut menyesal ketika sudah sendirian, padahal sesal pun bisa datang saat kamu memilih bertahan
Perubahan status dari punya pasangan menjadi single bisa jadi membuatmu banyak-banyak berpikir. Ada kalanya kamu menjadi sering mengingat masa lalu dan membandingkannya dengan masa sekarang. Dulu, dia yang menjadikan Sabtu malam tidak pernah terlewatkan dengan sederhana. Dia pernah membawakan sekotak coklat, sebuah boneka kelinci, seikat mawar dan surat tertulis tangan. Kenangan akan dengan hebat mengobrak-abrik perasaanmu. Kamu lupa pernah merasakan masa-masa sulit dalam hubungan kalian.
Di saat seperti ini, kamu justru tidak pantas untuk menyesal. Ingat, kamu tidak sedang mengkhianati kekasihmu. Kamu hanya memilih keluar dari hubungan yang membuatmu lebih sering menangis daripada bahagia.
7. Kamu percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Padahal, realita berteriak sebaliknya.
Harapan menjadikanmu enggan beranjak. Saat pacaran, kalian sudah sering membicarakan tentang rencana masa depan. Berharap bisa menikah muda, punya rumah mungil, dan dua orang anak. Membayangkan kelak kalian bisa membangun keluarga kecil yang harmonis dan bahagia.
Tapi, dengan keadaan yang seperti sekarang ini, apa kamu yakin harapan itu bisa jadi kenyataan? Berhenti berharap malah bisa lebih sehat. Ketika kalian sudah menapaki jalan berbeda, membayangkan kalau kalian masih bisa bersama hanya akan membuatmu hilang kewarasan.
Tidak seorang pun setuju bahwa kata “putus” itu sederhana. Namun, ketika putus adalah pilihan terbaik, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menguatkan diri sendiri dan pasanganmu. Yuk, belajar menemukan kebahagiaan baru.