Betapa mudahnya untuk jatuh cinta. Seseorang hanya harus terpesona pada kecantikan rupa atau manisnya kata-kata. Untuk mencintaimu lebih mudah lagi. Sebelum ada aku yang mengisi, entah berapa orang yang padamu pernah menawarkan diri.
Dari semua manusia yang pernah mengetuk pintumu itu, aku beruntung jadi yang akhirnya memilikimu. Dan seperti yang kukatakan sejak dulu, bukan untuk saat ini saja aku menginginkanmu. Namun juga untuk nanti, juga untuk esok hari. Hingga waktu di mana kita berdua telah “kenyang” pada dunia dan tinggal mencicipi damainya hari tua.
Ini bukan cita-cita yang sembarangan. Demi mewujudkannya ini jadi kenyataan, aku harus bersiap sejak sekarang.
Mempertahankan hubungan — lebih lagi membawanya ke tahap yang lebih di mata Tuhan — memang tak semudah jatuh cinta. Kau dan aku mesti bekerja keras, tak cukup hanya melempar kata manis atau rutin menghabiskan waktu berdua. Kita harus siap berkompromi, memahami pendapat yang mungkin berbeda dari masalah sehari-hari yang bisa muncul tiba-tiba. Dalam perihal cicilan rumah dan kendaraan, membagi waktu untuk rumah tangga dan pekerjaan, atau menghadapi keluarga besar, kau dan aku harus mengandalkan kualitas selain cinta. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkannya.
ADVERTISEMENTS
Denganmu, masa depan bukan hal abstrak yang hanya bisa diandaikan. Ia menjadi takdir yang layak diusahakan.
Masa-masa pencarian telah menjadi masa lalu sejak aku menemukanmu. Tanpa ingin membanding-bandingkanmu dengan mereka yang pernah menghampiriku, kurasa aku bisa berkata bahwa kau berbeda. Denganmu, aku tak hanya memikirkan masa sekarang. Aku pun berani memikirkan masa depan. Denganmu, hari esok bukanlah hal abstrak yang hanya bisa diandaikan. Ia menjadi takdir yang layak diusahakan.
Denganmu, mengobrol soal apa yang kita bayangkan akan terjadi dalam tiga-lima tahun lagi menjadi wajar. Kau ingin menyelesaikan S-2 lalu merintis karier di bidang sesuai minatmu. Aku ingin lebih berkembang lagi bersama teman-teman dan rekan yang sudah kukenal sekarang. Kita berdua menginginkan hubungan yang lebih formal, yang tercatat di buku mungil warna merah dan hijau tua. Setiap pembicaraan tentangnya adalah cambuk untukku agar lebih gigih berusaha.
Aku bukanlah seseorang yang romantis dan mudah berkata manis. Sebelum bertemu denganmu pun, memikirkan masa depan selalu membuatku gentar. Bagiku, di umur yang masih muda hal seberat itu tak usah banyak dipikirkan. Ini sudah berubah sekarang, karena seseorang yang tepat telah datang.
ADVERTISEMENTS
Tak perlulah mengumbar di sini apa yang membuatku berani berhenti mencari. Kita berdua sudah dewasa — cinta yang kita punya tak perlu dipamerkan berlebihan ke seluruh dunia
Katakanlah aku tak romantis. Bukan seseorang yang pandai berkata manis. Apa yang membuatku berani meyakini bahwa kaulah orang yang tepat untuk masa kini hingga tua nanti, tentu kau sudah bisa menebaknya. Sadarkan betapa dewasanya sifatmu ketika menghadapi perbedaan pendapat denganku? Betapa kau mampu menghadapi saat-saat terburukmu dengan kepala dingin dan ketenangan, alih-alih nada tinggi dan teriakan.
Bukan hanya itu saja, tentu. Kau masih memiliki banyak kualitas yang dilatih dengan baik oleh lingkungan dan pengalamanmu. Namun tak perlulah aku mengumbar kelebihanmu lebih jauh lagi di sini. Tuduhlah aku terlalu ingin memiliki, tak ingin berbagi — namun bagiku, cinta yang sebenarnya adalah cinta yang tak perlu dipamerkan berlebihan ke seluruh dunia. Aku ingin ada bagian dari kita yang tetap hanya diketahui kita berdua.
ADVERTISEMENTS
Kita akan bahagia. Namun maaf, jika kini banyak yang harus kukorbankan agar bisa meraihnya
Kini aku memasuki bagian yang tidak seindah omongan. Kuharap kau paham: walau aku percaya kita akan bahagia, tak bisa kututup mata bahwa kebahagiaan itu hanya akan ada jika kita mampu menggapainya.
Maafkan aku yang harus terlalu sering mengambil lembur agar ada sedikit uang yang bisa terkumpul. Maafkan aku yang harus mulai memotong kuota untuk pergi ke tempat-tempat yang jauh dari sederhana. Maafkan jika aku justru menolak kau beri hadiah-hadiah mahal — bagiku menyimpan uang atau berinvestasi, melihat situasi kita saat ini, adalah jauh lebih masuk akal. Tujuan kita besar, dan untuk mencapainya, harus ada dari kita yang dikorbankan.
Masa depan yang bahagia adalah masa depan yang dipikirkan dengan rasional.
Memikirkan masa depan artinya tak boleh lagi sembarangan. Aku ingin berhenti jadi anak-anak dan mulai berpikir apa yang harus kusiapkan jika nanti memiliki anak. Aku ingin berhenti mencita-citakan dan mulai berusaha mewujudkan. Bisa kautebak, aku sudah mulai bergulat dengan pertanyaan matematis. Seberapa banyakkah yang harus kita kumpulkan demi modal pesta pernikahan? Seberapa banyak lagi yang harus dicari agar hidup setelah pesta bisa tetap nyaman? Pengeluaran apa yang harus dikencangkan, demi terwujudnya hal yang lebih dicita-citakan?
Laptopku sudah seperti leher yang nyaris putus, layarnya harus disangga karena engselnya patah. Ponselku pun sudah tiga tahun kumiliki. Kau selalu bertanya apa aku berencana mengganti mereka. Entahlah, mungkin segera. Jika sudah terpenuhi targetku menabung untuk kita.
ADVERTISEMENTS
Tak ada kebahagiaan yang datang kebetulan. Setiap jengkalnya harus diperjuangkan. Tersenyumlah, Sayang. Kita punya banyak untuk dipersiapkan.
Waktu yang kuhabiskan denganmu selama ini membuatku ingin bersamamu lebih lama lagi. Mencari yang lainnya adalah sia-sia — buat apa jika kau lebih baik dari jutaan orang di luar sana? Namun aku mengerti, mempersiapkan masa depan kita tak bisa kulakukan sendiri saja. Selayaknya, kita berdua bekerja sama.
Sekarang kita bahagia karena cinta. Di masa depan nanti, untuk bertahan tak akan cukup dengan perasaan saja. Ada banyak hal yang harus dilakukan, dan kita bisa memperjuangkannya sejak sekarang.
Tersenyumlah, Sayang. Kita punya jutaan kebahagiaan untuk dipersiapkan.