Bolehkah aku menuliskan pengakuanku di sini?
Bukan, tulisan ini bukan sejenis pengakuan segala dosa kepada Yang Mahakuasa. Di secarik kertas pendek ini aku hanya akan membongkar hal-hal yang selama ini dengan rapi kusembunyikan. Namun sebenarnya ketika tulisan ini selesai, aku pun tak berniat memberikannya kepada siapapun. Aku mungkin akan memasukkannya ke dalam perut bumi atau mengirimkannya ke pelukan gelombang laut. Karena aku terlalu malu jika kamu dan manusia lain tahu bahwa aku suka padamu.
ADVERTISEMENTS
Percayalah, aku juga sering bertanya-tanya. Di antara milyaran manusia, entah mengapa hanya sosokmu yang tertangkap oleh mata.
Kau tak perlu sibuk melontarkan rentetan tanya, kenapa, bagaimana, dan kapan. Jujur saja, aku pun tak bisa menjawabnya. Semuanya terjadi begitu kilat. Anggap saja mungkin si Dewa Asmara memang sedang bercanda. Tanpa alasan, tanpa sebab, seenaknya dia membuatku jatuh cinta. Aku yang tak tahu menahu menuruti saja kata-katanya. Membungkus hatiku dengan rapi kemudian meninggalkannya di ruangan hatimu ketika kau sedang pergi.
Hal yang aku tahu selanjutnya, sosokmulah yang selalu menyedot perhatianku hingga tandas. Jika aku adalah bumi, maka kamu menjelma jadi matahari. Bumi setia mengelilingi Sang Surya, tak jemu pada orbit yang itu-itu saja. Begitu pula aku, tak jengah pada tindak tanduk maupun kebiasaanmu yang saban hari terekam kepala.
Alasan mengapa aku jatuh hati padamu biarlah jadi rahasia si Dewa Asmara maupun Empunya Dunia. Toh aku tak ingin tahu. Aku hanya ingin menjalaninya saja. Menikmati tiap detiknya untuk berjalan pada orbitku demi puas-puas mengamatimu.
ADVERTISEMENTS
Bukan parasmu yang membuatku cinta. Apa adanya dan kesederhanaan yang kamu bawa justru sanggup membuatku bertekuk lutut tanpa banyak kata.
Baiklah jika memang kau masih ingin mendesakku dengan pertanyaan kapan, bagaimana, dan mengapa, aku akan berusaha menemukan jawaban untuk memuaskanmu. Dari sekian banyak kemungkinan, aku berani bertaruh bukan keelokan parasmu yang membuatku jatuh hati. Jika kesempurnaan wajah yang membuatku cinta, toh tentunya aku sudah menitipkan hati pada para aktor layar kaca. Parasmu memang cukup rupawan, namun bukan itu yang berhasil menyedot segala perhatian.
Sepertinya aku jatuh hati pada kepribadian yang selalu kau bawa kemana-mana. Kesederhanaan, kebaikan, rasa humor yang pas, serta sifat yang apa adanya tertakar sempurna di dalam ragamu. Kusadari pria macam itu sudah semakin langka dan hampir tak ada. Mungkin karena itulah aku terpikat dan ingin memilikimu.
Supaya mereka tahu, justru pria dengan sifat sederhana yang bisa membuat bahagia.
ADVERTISEMENTS
Rasa suka, meremang, dan berdebar tak luput aku telan setiap kali kamu ada. Kusadari itulah candu yang membuatku makin ingin mencinta.
Sebagai seorang gadis yang memendam perasaan, tentunya aku sudah hapal benar terhadap ragam rasa. Entah meremang, girang, hingga debar jantung yang tak beraturan. Semuanya bercampur aduk menjadi satu kesatuan dan selalu bercokol di dalam sana. Jika boleh jujur, melihat sosokmu dari kejauhan saja rasanya sudah seperti surga.
Kau tak usah menanyakan seberapa besar keinginanku untuk bersandar padamu dan mengecup keningmu. Timbunan keinginan itu selalu ada. Aku pun selalu ingin menyeka keringat yang mengucur di dahimu tanpa permisi, menepuk punggungmu demi menguatkan ketika dunia sedang keji-kejinya.
Namun untuk sekarang ini aku harus berpuas diri pada kesempatan yang Tuhan beri. Memandangmu tak jemu demi menikmati keajaiban yang Dia cipta.
ADVERTISEMENTS
Asal kau tahu, menantimu sudah jadi kegiatanku saban harinya. Tak putus aku berharap semoga kau segera tahu apa yang diam-diam aku rasa.
Sepertinya surat ini harus kusudahi saja. Biarlah Dewa Cinta dan Sang Semesta yang meniupkan padamu pesan-pesan yang kutuliskan. Tak putus pula aku berdoa,
Semoga saja kau bisa tahu apa yang sebenarnya aku rasa.