Sebuah hubungan yang siap untuk dimuarakan pada pelaminan tidak ditentukan oleh berapa lama kalian sudah pacaran. Sebulan, dua bulan, setahun, ataupun tujuh tahun, bukan penentu utama dari apakah kamu dan dia sama-sama siap untuk berumah tangga. Apa yang menentukan justru sikap dari kamu dan dia, dua orang yang akan bekerja sama untuk menjalankan perahu untuk mengarungi bahtera.
Hubungan yang siap untuk disahkan, tentu hubungan yang dewasa. Sebab pernikahan memang diperuntukkan untuk orang dewasa. Namun umur yang sudah banyak juga bukan jaminan untuk seseorang bisa bersikap dewasa. Kalau kamu dan pasanganmu masih sering melakukan hal-hal ini, barangkali hubungan kalian termasuk yang kurang dewasa. Yuk, benahi diri supaya lanjut terus sampai pelaminan.
ADVERTISEMENTS
1. Sengaja membuat pasangan cemburu untuk mengecek perasaan. Tapi apa harus dengan cara itu untuk membuktikan cinta?
Mungkin kita terlalu percaya pada roman-roman percintaan yang membuat seseorang berimajinasi begitu indahnya soal cinta. Katanya, rasa cemburu dari pasangan adalah tanda bahwa dia benar-benar sayang dan takut kehilangan. Apa ini yang membuatmu sering sengaja membuat pasanganmu cemburu, untuk memastikan bahwa rasa cintanya masih ada seperti dulu-dulu?
Bila kamu dan dia punya hobi yang sama, yaitu sengaja membuat cemburu pasangan, siap-siap saja nanti kalau pada akhirnya hubungan benar-benar bubar. Seperti kata pepatah, hobi bermain api, jangan heran bila akhirnya terbakar. Padahal banyak cara untuk memahami dan merasakan cinta. Tak ada kasus cemburu-cemburuan, belum tentu cinta itu memang tidak lagi ada.
ADVERTISEMENTS
2. Ketika sudah sama-sama dewasa, pilihan untuk ‘break’ tentu bukan hal yang bijaksana. Harus tegas dan tidak membiarkan rasa menggantung tanpa ujung
Hubungan berada dalam fase ‘break’ seperti saat kita nonton film dan diselingi oleh iklan (namanya saja sudah commercial break). Mau nonton terus tapi yang ditonton tidak ada, mau ditinggal tapi filmnya belum selesai. Anak-anak remaja biasa menggunakan pilihan ini ketika sedang hubungan sedang panas-panasnya. Bertemu hanya akan membuat pertengkaran, tapi mau dilepas rasanya masih sayang.
Break jelas bukan pilihan yang jelas, karena perasaan digantung tanpa kejelasan. Sementara untuk menjadi dewasa, kamu harus bijak dan tegas menentukan keputusan. Dengan begitu, kamu jadi tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya: bertahan atau move on.
ADVERTISEMENTS
3. Mengungkit-ungkit ke masa lalu setiap ada kesempatan. Hubungan tak jalan ke mana-mana
Setiap orang pasti mempunyai masa lalu. Namun masa lalu bukan sesuatu yang perlu dibawa-bawa sampai masa kini untuk dijadikan bahan pertengkaran. Karena itulah setiap masalah yang timbul harus benar-benar diselesaikan sehingga kelak tidak menjadi batu sandungan saat kalian melangkah ke depan. Masa lalu yang belum selesai akan menjadi ganjalan di hati, sehingga, barangkali, karena akan selalu memunculkan hasrat untuk mengungkit-ungkitnya di masa sekarang. Sering mengungkit masa lalu ketika hubungan sedang terguncang, tidak akan membawamu ke mana-mana. Justru dari sini, dua orang yang berhubungan harus saling introspeksi. Jangan-jangan ada sesuatu di belakang, yang memang belum kalian selesaikan dengan tuntas.
ADVERTISEMENTS
4. Hubungan kalian tidak punya jarak, ke mana-mana maunya barengan. Â Waktu untuk diri sendiri justru dilupakan
Saat kamu masih remaja, maunya lengket ke mana-mana. Mulai dari berangkat dan pulang sekolah, ikut organisasi, belanja, pensi, semuanya maunya bersama dia. Chat harus seharian non-stop, tak boleh berhenti karena artinya itu mungkin dia sedang sibuk chatting dengan yang lain. Telepon pun harus setiap malam, sampai salah satu ketiduran duluan. Namun apakah kamu masih menerapkan pola pacaran yang sama, saat kebutuhanmu bukan hanya perhatian dan chat-chat dari pacar saja?
Sebuah hubungan yang dewasa membutuhkan jarak untuk masing-masing saling bergerak. Kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri dalam rangka mengembangkan segala potensi. Kamu butuh waktu untuk berkarya dan bekerja, karena hidup yang dewasa bukan hanya soal asmara saja. Dengan begitu kamu dan dia bisa sama-sama memantaskan diri, hingga saatnya nanti bertemu di pelaminan dengan pribadi yang saling melengkapi.
ADVERTISEMENTS
5. Masalah yang datang tidak diselesaikan dengan diskusi. Tapi masing-masing malah saling menyalahkan dan ngambek tanpa niat untuk mencari jalan keluar
Khas anak kecil, adalah mencari kambing hitam ketika melakukan kesalahan. Wajar, karena mungkin pada waktu kecil kita belum tuntas belajar soal rasa tanggung jawab. Namun bila selama ini pertengkaranmu dengannya didominasi oleh aksi saling menyalahkan, yang satu menyudutkan yang lain dan sebaliknya, ini yang perlu dipikirkan. Menemukan titik temu persoalan memang penting, namun daripada sibuk menentukan siapa yang paling salah, bukankah lebih baik kita fokus mencari solusi dulu?
Uniknya lagi, aksi saling menyalahkan ini biasanya diakhiri dengan ngambek hingga akhirnya salah satu menyerah dan mengaku salah. Sekilas ngambek-ngambekan memang unyu, mendiamkan pasangan tak akan menyelesaikan persoalan. Yang dibutuhkan oleh pasangan yang bertengkar adalah duduk bersama dan bicara dengan cara dewasa. Meski menenangkan diri dahulu itu perlu, tapi jangan sampai lupa untuk membicarakan semuanya baik-baik dan mencari jalan keluar.
ADVERTISEMENTS
6. Pembuktian cinta via kata-kata sayang, cinta, atau kangen jauh lebih penting dari apapun. Sikap romantis dari pasangan adalah kewajiban
Pada usia dewasa, cinta juga bukan sekadar kata-kata, ‘aku sayang kamu’ atau ‘cinta banget deh sama kamu’ yang wajib diucapkan minimal sehari satu kali. Apakah kamu selalu menuntut pasanganmu untuk bersikap romantis? Mengirimkan puisi-puisi yang menggetarkan hati, bunga yang membuat pipi merona, dan kejutan yang membuatmu merasa bahagia?
Cinta yang dewasa, bisa dibuktikan dengan berbagai cara. Terlebih setiap orang punya cara sendiri untuk menunjukkan rasa sayang. Dia yang lebih banyak diam dan tidak pernah mengumbar kata-kata cinta, bisa jadi justru mencintai pasangannya dengan cara yang tak biasa. Tak melulu melalui kata atau bunga, tapi keteguhan hati untuk berjuang bersama, adalah wujud cinta yang sebenarnya.
7. Kamu dan dia sama-sama sibuk menyembunyikan diri sendiri. Menjadi pribadi lain dilakoni hanya sekadar gengsi
Jaim dan gengsi muncul akibat ada rasa ketakutan diri untuk tidak diterima. Kamu ingin dilihat dan dikelani sebagai orang lain, sehingga fantasi dalam diri pasanganmu tidak tercemar oleh sikap-sikap manusiawi dalam dirimu. Pihak pria yang ingin dianggap sebagai dewa, selalu memilih untuk membayari pasangan, alasannya memang begitulah yang seharusnya.
Padahal pada saat yang sama, hati ketar-ketir karena tak tahu besok mau makan apa. Sementara si perempuan sibuk menjaga sikap agar tetap cantik dan elegan, padahal di saat yang sama kakinya sakit akibat terlalu lama memakai high heels. Hubungan yang kekanak-kanakan membuatmu perlu mengubah diri untuk bisa dicintai, sementara hubungan yang dewasa akan membuatmu nyaman dengan dirimu sendiri, karena kamu merasa begitu diterima.
8. Ke manapun dan apapun yang dilakukan, foto-foto tak boleh ketinggalan. Update kemesraan di media sosial menjadi keharusan
Makan bareng, foto. Lagi di mobil mengarungi kemacetan, foto. Traveling bareng, foto. Lagi skype-an, di capture. Semuanya diunggah ke media sosial. Seolah-olah semua orang mau dan perlu tahu bahwa hubunganmu dengan dia berjalan baik-baik saja. Kamu sibuk mengabadikan momen, sampai lupa esensi yang utama adalah menikmati momen berdua itu. Kamu sibuk untuk mempercantik timeline media sosial dengan momen-momen mesra yang diabadikan, padahal akan lebih bermakna bila kemesraan itu menjadi konsumsi pribadi saja.
Sebab dalam hubungan yang dewasa, rasa cinta itu tak perlu dipertontonkan. Kamu dan dia sama-sama tahu, seberapa banyak likes atau love yang kamu dapatkan, tak berarti apa-apa bagi kelanjutan hubungan yang kalian tapaki berdua.
Pasangan yang kekanak-kanakan adalah kenangan di masa remaja yang sudah sepatutnya ditinggalkan saat kamu mulai dewasa. Hubungan dewasa tidak hanya membutuhkan cinta yang membara, tapi juga komitmen untuk jalan bersama, sembari memperbaiki diri untuk jadi lebih baik setiap harinya.