Hubungan cinta beda agama tentu sudah lazim terjadi di sekitar kita. Seringkali pasangan yang sedang kasmaran memilih untuk mengesampingkan perbedaan karena kuatnya perasaan.
Tapi meski sudah banyak yang menjalani, hubungan jenis ini masih saja tergolong unik tabu di negara kita. Umumnya, kamu yang punya pasangan beda agama akan mendapat tentangan dari lingkungan. Dari mulai sekadar pertanyaan klise hingga komentar-komentar pedas pun pasti akrab di telingamu.
Nah, kamu yang pernah atau sedang menjalin hubungan beda agama, pasti sudah sering mendengar pertanyaan-pertanyaan ini ‘kan?
ADVERTISEMENTS
1. Saat punya pacar yang beda agama, kamu akan terbiasa mendengar orang-orang di sekitarmu bertanya: “Lho, kok bisa sama dia? Kenapa?”
Tinggal di lingkungan yang plural memungkinkan kamu berhubungan baik dengan siapapun, termasuk mereka yang berbeda agama denganmu. Bukan tidak mungkin, hubungan baik itu akhirnya berubah jadi kedekatan yang melibatkan perasaan.
Seperti pada umumnya, prosesnya pun sama seperti pasangan lain yang seagama kok. Mulai dari kenalan, muncul rasa cocok dan nyaman, hingga kemudian berubah jadi rasa sayang dan takut kehilangan. Pasangan beda agama juga merasakan momen jatuh cinta yang sebenarnya lumrah dialami siapa saja, termasuk dua orang yang punya keyakinan berbeda.
“Kok bisa sih? Kenapa?”
“Hmmm… Namanya juga cinta.” *sambil senyum-senyum sendiri
ADVERTISEMENTS
2. Rasa peduli membuat teman dan sahabat dekatmu semakin ingin tahu. Mereka akan lanjut menginterogasimu: “Keluargamu sudah tahu? Apa mereka setuju?”
Yup! Keberadaan kita memang tak bisa lepas dari keluarga, sehingga apa saja yang kita lakukan pasti berkaitan dengan mereta. Termasuk soal pasangan, sebaik-baiknya pasangan adalah yang direstui keluarga khususnya orang tua.
Sementara, tidak semua agama mengizinkan penganutnya menjalani hubungan (pernikahan) beda agama. Bahkan yang secara terang-terangan melarang pun ada. Belum lagi, aturan atau hukum negara juga tidak mengakui pernikahan jenis ini. Itulah mengapa hubungan beda agama dianggap tabu atau menyimpang karena memang tak sesuai aturan agama dan negara.
Nah, kalau ditanya “Keluargamu sudah tahu? Apa mereka setuju?” tentu jawabannya macam-macam. Banyak pasangan yang memilih terbuka dengan keluarga, tapi tak sedikit pula yang memilih merahasiakannya alias backstreet lantaran takut ditentang. Padahal, ada pula lho keluarga yang bisa selow dan mengizinkan anaknya punya pacar yang beda agama.
ADVERTISEMENTS
3. Bagi banyak orang, agama adalah prinsip dan pegangan hidup. Kalau prinsip saja sudah beda, pasti akan banyak masalah nantinya. Pertanyaan mereka: “Ngapain sih punya pasangan beda agama?”
“Ya kalau boleh milih sih mau yang seagama, ganteng, kaya raya, anak tunggal, mapan, terus mencintai aku apa adanya deh…”
Tidak bisa dipungkiri bahwa bagi banyak orang, agama sudah dijadikan prinsip dan pegangan hidup. Apapun yang dilakukan dalam hidup harus didasarkan pada aturan-aturan dan hukum-hukum agamanya. Bagi mereka yang percaya, hidup mengikuti aturan agama adalah yang paling mulia.
Yang pasti, gak ada orang yang sengaja ingin menentang aturan kok. Tapi sebagian besar akan mengaku “gak punya pilihan lain”. Perasaan yang begitu kuatlah yang akhirnya membuatmu menemukan dia. Meski hubungan ini akan lebih rumit daripada hubungan seagama, tapi toh kamu masih mantap menjalaninya.
ADVERTISEMENTS
4. Kadang, pertanyaan orang-orang juga bisa sangat frontal. Tanpa peduli soal perasaan korban yang ditanyai, mereka langsung nyeletuk: “Lhah, emang bisa nikah?”
Sayangnya, hukum pernikahan sipil di Indonesia tidak memungkinkan pasangan beda agama untuk menikah secara sah di hadapan hukum. Dalam pasal 2 Undang-Undang Perkawinan ayat 1 disebutkan bahwa:
Perkawinan itu sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.
Dalam pasal 8 UU Perkawinan, lebih dipertegas lagi dalam kondisi apa saja perkawinan dilarang:
Yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.
Kamu yang menjalani pacaran beda agama pasti juga sudah banyak tahu tentang hal ini. Hanya saja, disodori pertanyaan macam ini memang kadang bikin kamu baper. Akibatnya, kamu jadi sedih dan kenyataan bahwa hubungan beda agama akan sulit dijalani semakin meneror dirimu.
ADVERTISEMENTS
5. Entah betul-betul peduli atau sekadar kepo, mereka biasanya juga lantang melontarkan pertanyaan: “Jadi, siapa yang bakal pindah agama?”
“Duh, emang pindah agama sesederhana itu? Bukan caranya, tapi sulit itu soal memantapkan hatinya.”
Berpindah agama memang jadi solusi yang dipilih banyak pasangan beda agama di luar sana yang memang akan menikah. Ada yang memang terpanggil hatinya untuk akhirnya mengikuti agama pasangan, tapi ada juga yang sekadar cari cara paling aman dan katanya gampang. Padahal, berpindah agama pastilah sesuatu yang sangat tidak sederhana. Agama itu urusan hati, dirimu sendiri, dan yang kamu yakini sebagai Tuhanmu. Kompromi dan negoisasi soal ini mungkin saja terjadi, tapi sekali lagi, agama itu tentang apa yang kamu yakini dalam hati.
ADVERTISEMENTS
6. Bagi pasangan yang memang sepakat untuk sama-sama tidak berpindah agama, pertanyaan lain pun akan muncul: “Kalian mau nikah keluar negeri, ya?”
Seperti dijelaskan di poin sebelumnya, peraturan dan hukum di Indonesia sudah jelas, bahwa nikah beda agama di Indonesia tidak sah. Maka, pasangan beda agama yang sepakat untuk tetap memegang agamanya masing-masing haruslah berusaha ekstra. Biasanya, banyak yang memilih untuk menikah atau mencatatkan pernikahannya di negara lain yang memang mengakui atau mengizinkan pernikahan beda agama. Tapi jangan lupa, untuk yang satu ini, soal biayanya juga harus diperhatikan ya! Hehehe.
7. Ada juga lho pertanyaan yang menjurus ekstrim, seperti: “Kalau sampai nikah beda agama, anaknya gimana? Ikut agama siapa?”
“Ehmm… Ikut agama siapa, ya? Dua-duanya aja deh! *kemudian anakmu dibully teman-teman satu kelasnya.
Sebagai warga Indonesia sekaligus pemeluk agama yang baik, peraturan dan norma mengharuskan anak-anak memeluk satu agama sejak kecil. Hal ini juga penting untuk menentukan perihal pelajaran agama apa yang akan diterima si anak saat mengikuti pendidikan di sekolah.
Yang pasti, Indonesia mengakui adanya 5 agama. Undang-undang juga menyebutkan tentang kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai kepercayaan masing-masing. Pada akhirnya, anak-anak pun akan mendapatkan kebebasan itu setelah mereka genap berusia 17 tahun nantinya.
8. Konon, hubungan beda agama itu ribet bin rumit untuk dijalani. Orang-orang di sekitarmu pun akan melontarkan pertanyaan bernada solusi ini: “Kenapa nggak putus aja, sih? ‘Kan masih bisa cari yang lain?”
Hubungan beda agama memang terkenal lebih rumit untuk dijalani. Selain pertentangan batin yang pasti dirasakan, pertentangan dari lingkungan pun tak kalah membuatmu ciut mental. Itulah mengapa akan banyak orang-orang yang sayang dan peduli sama kamu menyarankan untuk putus alias mengakhiri hubungan saja. Singkatnya,
“Masih banyak pilihan di luar sana, lebih baik putus dan mencari pasangan yang seagama.”
Padahal, tanpa perlu disodori pertanyaan bernada solusi ini pun, kata “putus” sudah berputar-putar di kepalamu sejak pertama jadian dulu. Tapi, toh sampai hari ini kamu masih memilih lanjut menjalaninya.
Jadi, semua kembali pada pilihan masing-masing kok. Susah dan mudah itu relatif, sedangkan perbedaan itu niscaya. Apakah mau melanjutkan hubungan beda agama, putus saja, atau seumur hidup melajang pun itu pilihanmu sebagai manusia. Ketika pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang di sekitar mulai menghantuimu, ya udah sih sabar aja! 🙂