Baru bersama orang ini kata-kata jadi kehilangan tajinya. Cerita panjang lebar tidak harus selalu ada dalam hubungan kalian berdua. Saat mata saling menemukan, atau tangan bertaut nyaman — di situ ada percik-percik baru percakapan.
Kamu bisa tertawa geli saat membaca ini.
‘Apa-apaan?’, pikirmu. Iseng sekali gadis yang selama ini mendampingimu.
Buat kita diam memang jadi riuh yang baru. Semua rasa sudah bisa tertransfer dalam lirik dan rengkuh hangat. Sebenarnya kata-kata tak perlu lagi berjingkat. Namun biarkan kali ini saya membuatnya terbaca, agar kian lekat.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Saya selalu suka melihatmu mengacak poni saat sedang gemas sekali. Sejujurnya saya merasa disayang karena ini
Ada rasa dicintai setiap kamu menangkis seluruh perkataan saya dengan acakan di kepala. Dalam bahasa tubuhmu ada kalimat panjang: “Ssssst…diam. Kamu ini ribut sekali, tapi lucu.” Sesekali saya sengaja memancing kekesalanmu. Bukannya ingin melihatmu marah — hanya saja saya merasa tindakanmu ini penuh cinta dan sangat lucu.
ADVERTISEMENTS
2. Kamu memang tidak pernah bertanya apakah saya mau dijemput atau diantar. Namun kesungguhan terlihat dari kesigapanmu pasang badan
Kamu tidak pernah memanjakan saya dengan pertanyaan hari ini mau diantar ke mana. Apakah saya perlu dijemput sepulang beraktivitas lalu kita makan malam bersama. Selama ini saya tidak pernah membuka percakapan tentang apa yang jadi alasannya. Namun rasa-rasanya kamu hanya tidak mau cinta membuat kita kehilangan kemandirian yang selama ini ada.
Namun kesungguhanmu tetap terlihat dari kesigapan pasang badan. Setiap saya meminta bantuan, kamu selalu menciptakan kesempatan. Sesungguhnya loyalitasmu tak perlu dipertanyakan.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Masa depan berdua tidak pernah jadi topik perbincangan manis kita. Kamu, malah mengajak saya menyiapkannya
Hubungan yang penuh dengan kata, ‘Seandainya….’ sudah lewat masanya. Kamu tidak lagi memenuhi otak saya dengan iming-iming manis khas remaja. Jarang sekali kita berbincang tentang bayangan jadi suami dan istri nanti. Namun kamu tidak menolak waktu tirai cokelat di kamarmu berubah jadi fuschia karena pilihan saya. Alasanmu sih hanya karena malas berdebat saja. Tapi bagi saya, ini bermakna.
ADVERTISEMENTS
4. Untuk ruang lapang saat kamu mengenalkan hobi yang membuatmu tetap waras jadi manusia. Di situ saya merasa diterima
Tidak mudah membuka diri pada orang baru dan membiarkan dia melihat versi paling jujur dari dirimu. Buatmu, ini tercermin dari bagaimana kamu membiarkan saya memasuki sisi paling personalmu.
Kamu mengijinkan saya melihatmu iseng bermain. Walau katamu permainanmu hanya untuk sekadar membuang penat dan jauh dari ahli, buat saya itu sudah jadi bentuk penghargaan tinggi. Tidak semua orang bersedia membuka diri semudah ini. Untuk itu, saya rasa kamu perlu mendapat salutation dengan mengangkat topi.
5. Kita tidak pernah suka saat harus terpisah lama. Namun kita juga sama- sama paham bahwa ini memang prosesnya
Jika boleh memilih, jelas kita akan memencet tombol vote pada hubungan yang selalu bisa bersama setiap waktu. Pada ikatan yang tak perlu jeda berminggu-minggu.
Sebab saling memeluk di akhir hari membuat semua beban jadi lebih ringan dijalani.
Walau tak pernah membahasnya lama kita sama-sama tahu bahwa ini memang prosesnya. Dari jeda ini kita dibentuk jadi 2 manusia dewasa. Untuk itu, sesungguhnya kita mesti bersyukur alih-alih menggerutu lama. Toh saat bertemu nanti akan ada banyak cerita — jeda terlalu berharga untuk dikutuk keberadaaannya.
6. Rasa-rasanya semua debar bisa menguar lewat pori-pori. Peluk dan rengkuh adalah penawar di ujung hari
Tentu ini bukan cuma soal hubungan fisik saja. Bagi kita, bercumbu atau membuka baju selalu bisa menunggu. Sebab kita lebih dari semua itu. Hanya saja kamu memang definisi ‘Klik’ dalam berbagai sisi. Dalam berbagai sentuh kasual kamu selalu berhasil membuat saya berdebar. Untuk itu, kadang saya merasa Tuhan baik sekali pada Hamba macam saya yang masih sering tidak menurut dan nakal.
7. Masa lalu buat kita sudah habis masanya. Sesekali kita saling bertanya — namun tak berminat menguliknya lama
Wajar kan jika saya ingin tahu siapa yang sebelumnya berhasil memenangkan hatimu? Kamu pun menyimpan rasa penasaran itu. Sesekali kita akan saling iseng bertanya tentang kenapa hubungan sebelumnya berakhir. Lalu kenapa di ikatan yang baru ini kita sama-sama merasa bisa jadi yang terakhir.
Masa lalu buat kita hanya satu etape yang sudah berlalu. Membincangkannya jadi bukti bahwa kita memang sudah seterbuka itu. Tapi ini tak pernah jadi pemantik perbincangan yang mencipta sembilu.
8. Kita jelas pasrah pada semesta. Namun sesungguhnya ada harap kita jadi tanda titik yang mengakhiri pertanyaan sederhana: “Setelah ini — apa?”
Kita sudah terlalu lelah untuk jadi orang yang merasa sok tahu bisa mengatur segalanya. Karena sebenarnya semesta sudah punya jalan terbaiknya. Namun diam-diam kali ini kita mengajukan permohonan yang sama. Barangkali doa kita sering bertemu di tengah lintasan menuju padaNya.
“Jika ada tanda titik yang menjawab pertanyaan paling standar ‘Selepas ini — apa?’ Tolong, ijinkan dia jadi opsi satu-satunya. Hidup terasa bearable jika dihadapi bersamanya.”
Hal-hal ini memang tak pernah kita bicarakan. Saya hanya berharap getar yang sama pun kamu rasakan. Dalam tiap tatap dan sergap, sesungguhnya sudah lebih banyak rasa yang terungkap.
Semoga malam ini kamu tidur hangat. Meski kita tidak berbagi dekap.