Sekarang Ikat Rindumu Lebih Kencang, Pasanganmu di Perantauan Tengah Sungguh-sungguh Berjuang

pasangan merantau

Kok pacarmu jarang kelihatan, sih?

Ya kalik. Pacar gue ‘kan merantau. Pulangnya setahun sekali!

Duh, sedih. Sabar ya.

Iya. Gue kuat kok. *sambil nahan nangis

Ilustrasi di atas bisa jadi mirip dengan yang kamu alami saat ini. Ya, ditinggalkan pasangan untuk pergi merantau mungkin saja membuatmu sedih. Tinggal terpisah kota, pulau, atau bahkan negara memaksa kalian untuk menjalani hubungan jarak jauh.

Pertemuan terhambat jarak, sedangkan komunikasi terganjal kesibukan dan rutinitas harian. Duh, apakah punya pasangan yang sedang merantau memang sedemikian menderitanya? Tak adakah alasan yang membuatmu pantas untuk mempertahankan dia? Ada kok. Berikut 8 alasan yang akan Hipwee jabarkan untuk meyakinkanmu!

ADVERTISEMENTS

Tinggal dan bekerja di kota asal memang membuatnya cukup. Namun dia yang memilih merantau sadar, bahwa hidup harus lebih dari sekadar cukup

dia mencari lebih dari cukup

dia mencari lebih dari cukup via time.com

Setelah lulus kuliah, pasanganmu mungkin pernah dilanda bimbang. Bingung menimbang-nimbang, memilih antara bekerja di kota asal atau pergi merantau saja. Yang pasti, tinggal di kota asal membuatnya bisa tetap dekat dengan keluarga dan kamu sebagai pasangannya. Toh, gaji yang ditawarkan perusahaan-perusahaan di tempat asal juga cukup menjanjikan.

Tapi, dia menyadari bahwa hidup tak seharusnya berhenti pada kata “cukup”. Alih-alih merasa puas, dia justru tertantang untuk semakin mengembangkan diri. Menjajal kesempatan-kesempatan baru yang terbuka di berbagai tempat di belahan bumi. Memilih hengkang dari kota asal demi bisa menempa dirinya sendiri.

ADVERTISEMENTS

Dia pantang tunduk pada rasa nyaman. Kemauan untuk berjuang dan memaksimalkan kemampuan membuat dia layak dijadikan teman hidup di masa depan

dia layak diajak menyiapkan masa depan

dia layak diajak menyiapkan masa depan via dylandsara.com

Dia tak pernah menampik bahwa tinggal di kota asal memang lebih nyaman. Selain ada keluarga dan teman-teman yang selama ini tumbuh bersama, tentu kamulah salah satu alasannya. Selama sekolah dan kuliah, kalian biasa menghabiskan waktu bersama. Tak ada hari yang dilewatkan tanpa sekadar bertemu lalu makan di warung langganan berdua misalnya.

Namun, hidup katanya adalah perjuangan. Pasanganmu tak mau terbuai dalam rasa nyaman dan memilih pergi mengejar karir dan cita-citanya. Dan jika pasanganmu tak pernah enggan untuk berjuang demi memaksimalkan kemampuan, bukankah dia memang layak untuk diajak menata masa depan bersama?

ADVERTISEMENTS

Merantau memungkinkan dia menyerap banyak ilmu. Kelak dia pula yang pantas dijadikan rekan satu tim untuk menjejaki jenjang hidup yang baru

dia menyerap banyak ilmu

dia menyerap banyak ilmu via www.businessinsider.co.id

Hidup jauh dari keluarga membuatnya terlatih melakukan segala sesuatunya sendiri. Perkara pekerjaan, soal urusan makan, merapikan kamar, hingga memenuhi kebutuhan lainnya pun khatam dia lakukan. Selain menempanya untuk hidup mandiri, merantau memungkinkannya menyerap banyak ilmu baik dari kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan yang dia tekuni.

Banyaknya ilmu yang dimiliki inilah yang akan meyakinkanmu bahwa kelak dia pantas jadi rekan satu timmu. Bagaimana pun, kelak membangun rumah tangga bersama bukanlah perkara mudah. Tak sekadar pasangan atau teman hidup, kamu butuh rekan yang selalu bisa diandalkan.

ADVERTISEMENTS

Setelah menikah, kalian akan dihadapkan dengan banyaknya kebutuhan. Kamu patut bersyukur karena dia sudah punya skill mengelola keuangan dan berhemat selama di perantauan

punya skill mengatur pengeluaran

punya skill mengatur pengeluaran via www.telegraph.co.uk

Kelak setelah menikah, kamu dan pasanganmu akan menyandang status sebagai suami atau istri. Namun bukan sekadar status saja, untuk bisa benar-benar menjalaninya kalian butuh bekal yang mumpuni. Salah satunya adalah skill dalam berhemat dan mengatur keuangan.

Dia yang pernah atau kini sedang merantau tentu sudah memiliki skill itu. Toh, selama hidup jauh dari orang tua dan keluarga dia sudah terlatih bersikap dewasa untuk mengatur keuangannya. Tenang, dia tak akan suka menghamburkan uang demi kebutuhan yang tak perlu kok. Justru keadaan atau kondisi selama di perantauan membuatnya pintar berhemat.

ADVERTISEMENTS

Wajar jika kamu khawatir kalau-kalau dia akan mengkhianati. Tapi di titik ini kamu justru bisa meyakini bahwa dia mampu menjaga hati

dia yang baik-baik menjaga hati

dia yang baik-baik menjaga hati via dylandsara.com

“Ketemu cuma 5 bulan sekali, yakin tuh dia nggak punya cinta yang selainnya lagi?”

Wajar jika punya pasangan yang merantau seringkali membuatmu was-was. Tak bisa dipungkiri, tinggal berjauhan memungkinkan hubungan kalian minim komunikasi. Selain itu, kamu akan khawatir kalau-kalau pasanganmu tergoda cinta yang lain dan tega mengkhianati.

Sesekali was-was atau berusaha waspada itu sah-sah saja kok. Tapi, bukan berarti kamu harus terus-terusan merasa insecure. Merantau memang memberi masing-masing dari kalian untuk merasakan kebebasan. Tapi yakinlah jika pasanganmu mau berusaha menjaga hubungan kalian, justru tandanya dia adalah kekasih yang baik. Meski tinggal berjauhan, dia pasti tahu bagaimana harus menjaga hatinya untukmu.

ADVERTISEMENTS

Saat dihadapkan dengan persoalan, dia tak akan menyerah atau angkat tangan. Skill-nya sudah terasah untuk cepat mengambil keputusan dan penyelesaian

dia yang pintar mengambil keputusan

dia yang pintar mengambil keputusan via dylandsara.com

Skill mengambil keputusan adalah salah satu yang akan didapat pasanganmu saat merantau. Bagaimana tidak, sehari-harinya dia harus mandiri dan bertanggung jawab pada hidupnya sendiri. Jauh dari keluarga dan teman membuatnya terlatih untuk mengandalkan naluri ketika akan mengambil keputusan.

Pasangan seperti inilah yang layak kamu pertahankan. Saat ada masalah misalnya, dia bukan pasangan yang akan angkat tangan atau menjawab dengan kata “terserah”. Kepekaan yang selama ini terasah membuatnya tak malas mengambil peran dan bersama-sama menyelesaikan setiap masalah berdua.

Hubungan jarak jauh mungkin membuatmu mudah curiga. Tapi selama kalian bisa saling percaya, dia pasti mampu menjaga komitmen untuk tetap setia

dia mau menjaga komitmen kalian

dia mau menjaga komitmen kalian via dylandsara.com

Soal kesetiaan tentu akan jadi topik yang tak habis-habis dibicarakan bagi pasangan yang salah satunya pergi merantau. Sekali lagi, minimnya komunikasi dan pertemuan jelas jadi faktor utama yang memungkinkan kandasnya hubungan. Belum lagi, kehadiran orang ketiga mungkin saja menjadi penyebabnya.

Tapi selama kamu dan pasanganmu bisa saling percaya, tentu tak perlu terlalu khawatir. Meski ditinggal merantau, kamu pasti sudah paham betul sifat dan watak pasanganmu ‘kan? Kamu juga pasti bisa meyakinkan diri sendiri bahwa pasanganmu bisa menjaga komitmen dan mau setia. Dan ketika dia bisa baik-baik menjaga kepercayaanmu, tak ada lagi yang bisa membuatmu ragu memilihnya.

Bagi dia, kamu adalah “rumah” tempatnya menitipkan hati. Sejauh apapun pergi, dia pasti akan kembali demi pasangan yang paling dicintai

bagi dia, kamu adalah rumah untuknya

bagi dia, kamu adalah rumah untuknya via dylandsara.com

Bagi dia yang merantau, rumah tentu akan jadi tempat yang paling dirindukan. Rumah adalah tempatnya bertemu keluarga dan sahabat-sahabat terdekat. Rumah pula tempat yang paling membuatnya merasa nyaman untuk tinggal karena di sanalah dia mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

Tapi tahukah kamu bahwa dia yang merantau juga memilihmu sebagai “rumahnya”? Ya, kamu adalah “rumah”, tempat dia menitipkan hatinya. Sejauh apapun dia pergi merantau, dia pasti akan kembali pulang padamu. Kamu adalah harapan terakhirnya. Satu-satunya yang dia inginkan untuk bisa diajak menua bersama.

Nah, gimana? Apakah dia yang mendampingimu saat ini juga sedang merantau? Jika iya, jangan lepaskan dia, ya! Hayo…sudah mulai kangen dia yang sedang berjuang di perantauan, belum? 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka kopi, puisi, band beraliran folk, punya hobi mikir dan pacaran di bangku taman.

Editor

Not that millennial in digital era.