Mempertahankan sebuah hubungan tidak pernah gampang. Kadang kita bertekad bertahan, tapi si dia memutuskan berhenti di tengah jalan. Atau kita ingin bertahan, namun sebenarnya sadar bahwa hubungan itu sudah tidak bisa terselamatkan.
Sama seperti makanan atau minuman. Terkadang cinta juga mengenal kadaluwarsa. Mau dibuang sayang, tapi dikonsumsi justru bisa membahayakan. Seperti itu cinta yang kadaluwarsa. Direlakan terasa sayang, namun diteruskan pun yang ada hanya akan menyakiti kalian. Berikut tanda-tanda cinta kalian sudah kadaluwarsa, yang mungkin lebih baik jika direlakan saja.
ADVERTISEMENTS
1. Komunikasi sering mandeg sampai berhari-hari. Nggak ada satupun yang berinisiatif untuk mengabari
Inti sebuah hubungan adalah komunikasi. Berantem dan marahan itu wajar asalkan semua masih bisa dikomunikasikan. Tapi kamu dan dia seperti sama-sama enggan memulai duluan. Terkadang hari-hari berlalu tanpa memberi kabar sampai lupa kalau sudah punya pasangan. Mungkin kamu dan dia sama-sama mengandalkan “ah, biar dia duluan deh yang ngabarin”, sampai tanpa sadar sama-sama diam.
ADVERTISEMENTS
2. Seringkali masalah diakhiri dengan “Udah deh, daripada ribut”. Enggan bertukar pikiran padahal setiap persoalan butuh dibicarakan
Kalau punya pacar tapi setiap hari bertengkar pasti terbersit pemikiran “Kayaknya kami nggak cocok deh…”. Itu wajar kok. Tapi hubungan yang tidak pernah bertengkar juga bukan pertanda bagus. Setiap ada persoalan selalu diakhiri dengan kalimat “Ya udah deh, iya. Daripada ribut”. Padahal setiap masalah harus dibicarakan dan dicarikan solusi. Justru kadang pertengkaran dalam tahap yang wajar adalah tanda bahwa hubungan masih berjalan dua arah. Kalau tidak pernah ribut sama sekali mungkin kalian sudah sama-sama malas dan menyerah satu sama lain dan sekadar menjalani yang ada saja.
ADVERTISEMENTS
3. Dia ngomong apa saja terdengarnya selalu meragukan. Rasa percaya sudah terkikis sedemikian besarnya
Bukan berarti kalau cinta maka harus mempercayai 100%. Tapi bukankah menyiksa diri sendiri kalau menjalani hubungan yang terlalu banyak dihiasi rasa curiga? Apa pun yang dia bilang selalu meninggalkan ragu dalam hatimu. Sebaliknya, dia sering menunjukkan rasa tidak percayanya padamu. Mempercayai orang memang berat, apalagi kalau sudah pernah dikecewakan. Tapi hidup bersama dengan begitu banyak rasa curiga, tidak bagus juga bukan?
ADVERTISEMENTS
4. Me-time memang perlu. Tapi bila kebutuhan itu datang terus menerus dan semakin sering, mungkin kamu memang tak bahagia bersamanya
Dalam sebuah hubungan, me-time adalah kebutuhan yang hakiki. Setidaknya untuk memberi kesempatan pada rindu dengan tidak selalu bertemu. Tapi kebutuhanmu akan me-time ini juga bisa menunjukkan kode expired perasaanmu. Kalau makin lama kamu makin butuh banyak waktu untuk me-time, bahkan di satu waktu kamu berpikir bahwa kayaknya kamu lebih happy kalau tidak sedang bersamanya tentu harus dipertanyakan. Rasa itu, apa iya masih ada?
ADVERTISEMENTS
5. Terlalu banyak kata “terserah” yang kalian ucapkan. Bukan terlalu sayang, tapi mungkin kalian sudah bosan
Mau makan apa? Terserah. Mau jalan ke mana? Terserah. Hubungan kita mau dibawa ke mana? Terserah. Satu kata itu memang seperti duri dalam daging dalam sebuah hubungan. Kalau kamu membiarkannya memutuskan segala-galanya sendirian atau sebaliknya dia yang membiarkanmu memutuskan semuanya sendiri, lalu buat apa jalan sama-sama? Bukankah hubungan itu antara dua orang? Kalau satu orang saja namanya bertepuk sebelah tangan bukan? :”)
ADVERTISEMENTS
6. Kamu jarang bercerita padanya kalau ada masalah. Muncul rasa enggan untuk melibatkannya tentang hal-hal penting yang kamu alami
Dulu kamu selalu dilibatkan saat dia hendak mengambil putusan penting. Yah, meski pada akhirnya keputusan itu ada di tangannya, sebagai pasangan, kamu diajak bicara dan berdiskusi. Kini semuanya seperti jalan sendiri-sendiri. Dia jarang benar-benar cerita saat ada masalah. Kamu juga sama, enggan melibatkannya dalam persimpangan-persimpangan penting yang kamu alami. Kalau sudah begini, mungkin sebenarnya kalian sudah tidak saling membutuhkan lagi.
7. Rasa tidak cocok dan ingin berpisah muncul berkali-kali. Tapi selalu terganjal hasrat malas mencari lagi
Sebenarnya kamu sendiri sudah menyadari bahwa hubungan itu kian sulit dan hambar setiap hari. Bukan hanya satu dua kali kamu merasa ragu atas masa depan hubungan ini dan terpikir untuk jalan sendiri-sendiri. Namun lagi-lagi ragu melanda dengan pembenaran: sayang sekali sudah sejauh ini. Entah hubungan yang sudah tahunan, atau mempertimbangkan usia yang dirasa tidak mungkin mulaim dari awal lagi. Tapi masa iya mau bertahan saling menyakiti hanya karena malas mencari lagi?
Seerti makanan kadaluwarsa, cinta yang kadaluwarsa juga akan menyakitkan bila dipaksa. Jangan hanya terlalu sayang pada kenangan sehingga enggan membuang, padahal tahu pasti bahwa terus-terusan dikonsumsi pun akan membahayakan. Karena terkadang, merelakan adalah keputusan paling bijak untuk menyayangi dan berhenti saling menyakiti.