Usia kita sudah bukan lagi termasuk jajaran usia remaja, apalagi anak-anak. Selain karena sekarang kita sudah punya banyak tanggung jawab yang diemban, dewasanya usia kita ini juga tampak dari postingan beberapa teman dekatmu di media sosial. Kalau nggak posting undangan nikahan, foto nikahan mereka, ya posting foto bersama suami dan anak yang terlihat ceria nan bahagia. Membuat iri yang melihat, rasanya jadi pengin nikah cepat-cepat.
“Uuuuhh…cute banget sih keluarganya si Andi! Anaknya lucu banget!”
Namun menjadi orang tua tidak sesederhana yang kamu lihat di foto-foto keluarga itu. Di balik tawa dan senyum bahagia yang diabadikan dalam foto, ada sejuta cerita yang mungkin membuatmu merasa belum siap untuk itu. Lelah dan jenuh tentu ada. Tak seperti pekerjaan, menjadi ibu tidak bisa cuti apalagi resign. Kamu yang tidak percaya, silakan bertanya pada ibu kita masing-masing. Di balik potret keluarga itu, ada perjuangan-perjuangan ini yang harus dilakukan seorang ibu.
ADVERTISEMENTS
1. Memandang bayi merah di pangkuan rasanya ambigu. Bahagia dan cemas jadi satu
Setelah 9 bulan lamanya mengandung, akhirnya bisa melihat tubuh mungil dan paras lucu dari buah hatimu. Kalau boleh jujur, bahagianya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun di balik rasa harunya, jutaan kekhawatiran yang terselip: Sudah pantaskah aku menjadi seorang ibu? Bagaimana bila nanti makhluk mungil ini menangis karena bentakan atau cubitanku? Bagaimana bila ternyata aku bukan ibu yang baik?
ADVERTISEMENTS
2. Katanya jadi ibu itu sudah naluri. Kenyataannya memandikan bayi saja belajarnya harus setengah mati
“Tenang, perjuangan jadi Ibu itu akan berjalan secara alami kok”
Barangkali benar bahwa dalam naluri seorang perempuan, sudah tertanam insting bagaimana untuk menjadi seorang Ibu. Namun, praktiknya tak semudah itu. Sesederhana memandikan bayi saja, harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan mendebarkan. Gimana kalau bayimu lepas dari gendongan dan tenggelam di bak???? Belum lagi menenangkan buah hatimu yang menangis di tengah malam. Naluri memang ada, tapi proses belajarnya tak semudah yang dibayangkan orang.
ADVERTISEMENTS
3. Bangun pagi dan sarapan bukanlah hal penting saat masih lajang. Sekarang bagaimana pun suasana hatimu, sarapan layak keluarga harus terhidang setiap harinya
Menjadi ibu juga mengorbankan waktu. Dulu waktu masih lajang, kamu bebas bangun jam berapa pun. Tak ada tanggungan memasak, karena kamu bahkan sering skip sarapan. Tapi setelah menjadi ibu, pola pikirmu pun berubah. Bangun lebih pagi dan memastikan sarapan yang layak agar nutrisi keluarga terjaga adalah tanggung jawabmu.
Sekilas sederhana, tapi terkadang hal ini menyulitkan juga. Belum lagi bila kamu adalah working mom yang dua kakinya berpijak pada dunia yang berbeda. Pagi hari adalah waktu yang sangat krusial, karena semua hal harus diselesaikan bersamaan. Untung saja ada GoWell, sereal susu yang mudah diseduh dan penuh nutrisi. Saat tak sempat memasak besar, suami dan anak tetap bisa sarapan dengan layak.
ADVERTISEMENTS
4. Me-time hanyalah cerita usang di masa lajang. Sekarang seluruh waktumu hanya untuk keluarga~
Bila kamu membaca artikel di koran, sejenak minta waktu untuk me-time adalah kunci supaya tetap bisa bahagia. Tapi setelah predikatmu menjadi ibu, segalanya akan berbeda. Setiap menit waktumu hanya untuk mengurus keluarga. Tak ada lagi acara shopping habis-habisan untuk melampiaskan stres. Tak ada lagi cerita traveling sendirian. Suamimu barangkali mengizinkan. Tapi apakah hatimu sendiri memperbolehkan? Yang ada setiap kali pergi tanpa suami dan anak, kamu tetap saja kepikiran: Anakku sedang apa? Anakku sudah makan belum ya?
ADVERTISEMENTS
5. Namanya hidup pasti ada saja masalah. Tapi di depan anak, Ibu harus tetap memasang ekspresi ceria
Sudah jelas bahwa sosok ibu adalah wonder woman yang sesungguhnya. Sebab ibu harus pandai-pandai menyembunyikan luka di balik senyum bahagia. Sebab seorang ibu adalah sosok pertama yang akan dituju oleh anak saat sedang butuh sandaran dan perlindungan. Mau kamu tengah pusing karena masalah pekerjaan atau bahkan ketika kamu dan suami tengah bersebeberangan, di depan buah hati kamu tetap wajib memberikan senyuman.
Susah? Jelas. Namun bagi seorang ibu, urusan paling penting di dunia adalah yang menyangkut anaknya. Seberantakan apapun suasana hati kamu hari itu, sarapan bergizi di pagi hari tetaplah penting. Siasati dengan menyiapkan sarapan praktis bergizi seperti sereal susu GoWell yang memang bisa diandalkan. Dengan Extra Vit (11 Vitamin & 5 Mineral) serta gandum asli yang lebih banyak, membuat nutrisi keluarga terjaga. Mau rasa cokelatt atau vanila, GoWell bisa bikin kenyang sampai siang. Yah, menjadi ibu memang harus pandai-pandai menyiasati persoalan. Namun tak bisa dipungkiri, sesederhana apapun menu sarapan yang disiapkan, bermakna kasih ibu yang besar.
ADVERTISEMENTS
6. Ada masanya nanti kamu harus akrab dengan rasa kehilangan. Terutama saat sang anak mulai menentukan langkah kaki untuk mengejar mimpinya sendiri
Memang sudah kewajibannya seorang anak untuk berbakti kepada orang tua. Namun sebagai orang tua, kamu tidak bisa terus-terusan berharap anak ada di sampingmu. Ada masanya nanti, kamu harus melepasnya sendiri. Misalnya saat dia memutuskan untuk menempuh pendidikan tinggi di kota lain yang jauh sekali.
Apakah dia bisa bangun pagi sendiri? Apa dia bisa menyiapkan makanan sendiri? Apa dia akan tertib sarapannya? Sedihnya perpisahan dan berbagai kecemasan harus kamu pendam rapat-rapat. Sembari membekalinya dengan sereal susu GoWell agar dia tetap bisa sarapan meski bangun kesiangan. Doa pun tak lupa kamu panjatkan setiap malam: “Semoga engkau baik-baik saja di luar sana, Nak”.
7. Ego pun harus ditekan dalam-dalam. Terkadang, keinginan anak tak sesuai dengan yang diharapkan
Harus diakui bahwa ada banyak harapan yang kamu titipkan saat buah hati lahir ke dunia. Kamu ingin anakmu kelak begini dan begitu. Karena itulah terkadang orang tua terkesan memaksakan kehendaknya. Dibalik itu, keinginan ibu sebenarnya hanya satu, yaitu anaknya bahagia. Namun, pada saatnya nanti kamu harus belajar melepaskan segala ego.
Apa yang kamu inginkan belum tentu diinginkan juga oleh anakmu. Apa yang kamu pikir membuat bahagia, ternyata tidak membuat anakmu bahagia. Kamu ingin dia jago matematika, ternyata dia lebih suka menulis cerita. Meski tidak sesuai dengan keinginanmu, selama anak bahagia, kamu bisa menyingkirkan apapun itu perasaanmu.
Menjadi ibu memang berat dan tak selalu seindah foto-foto yang diabadikan. Namun justru itu adalah kebahagiaan terbesar bagi perempuan. Setiap tahapan pahit dan manisnya adalah anugerah yang rasanya tak akan cukup disyukuri dengan kata. Menjadi ibu, adalah sebuah perjalanan panjang dari “kontrak kerja” yang berlaku selamanya. Sekali setuju, kamu akan menjalaninya seumur hidupmu. Sudah siap?