Menjadi pasangan yang menyenangkan namun tetap serius sepertinya pilihan yang paling tepat dalam menjalin sebuah hubungan. Sayangnya, nggak sedikit di antara kita yang belum sadar bahwa menjadi pasangan yang dewasa adalah sebuah kebutuhan, bukan hanya omongan belaka.
Berikut ini ada beberapa kriteria pasangan yang belum sampai ke titik yang dinamakan “kedewasaan”. Simak dengan seksama ya…
ADVERTISEMENTS
1. Kamu terus memaksanya memenuhi segala permintaan, meskipun ia sedang dilanda kesibukan
Kamu yang memiliki pasangan super sibuk harusnya bersyukur karena berarti ia memiliki prioritas dalam hidupnya. Bukannya malah mendorongnya untuk selalu menemanimu kapanpun dan kemanapun. Ini nggak banget, guys! Lebih baik kamu atur jadwal bertemu dengannya saat weekend, toh bertemu seminggu sekali atau dua kali lebih mendebarkan bukan?
ADVERTISEMENTS
2. Kamu bercerita hanya agar didengar. Kamu lupa kalau dia juga punya masalah besar
Pertemuan kalian semestinya menjadi sesuatu yang berharga, bukan sesuatu yang memaksa antar kedua belah pihak. Coba sesekali dengar apa yang ingin ia ceritakan kepadamu, jangan hanya kamu yang minta didengarkan soal ban motormu yang bocor, misalnya. Mengeluh terus menerus didepannya juga bukan sikap dewasa sebagai pasangan, lebih baik kalian saling mengisi dan memberi masukan terbaik atas berbagai masalah yang menerpa.
ADVERTISEMENTS
3. Cinta kekanakan tak perlu melibatkan keluarga. Sementara cinta yang dewasa membuat kalian sangat terbuka
“Duh, aku malu ngenalin dia ke keluargaku, takutnya nggak dapet restu!”
“Kita kan masih dalam tahap happy-happy aja, buat apa ngenalin ke mama papa.”
“Gampang lah, kalau udah mau nikah aja ketemu orang tuanya.”
“Kalau orang tua kita udah saling tahu, takutnya kita nggak bisa sebebas dulu!”
Cinta yang dewasa adalah cinta yang bijaksana dan nggak pernah malu untuk melakukan hal-hal yang benar. Mengenalkan pasangan ke keluargamu sebenarnya hal yang romantis, lho. Tak melulu untuk mengejar restu orang tua, langkah ini bisa kamu ambil untuk memulai sebuah keterbukaan dan kejujuran pada orang tuamu.
ADVERTISEMENTS
4. Bagimu, makan dan liburan berdua adalah yang utama. Hubungan bukan cuma tentang tumbuh bersama dan percaya
Kalau kamu hanya mengikuti trend pacaran yang ada seperti, makan berdua di cafe bagus untuk selfie, liburan berdua ke tempat keren hanya untuk pamer ke teman-temanmu, ini hal yang kurang tepat ya. Pasangan yang sehat adalah mereka yang mampu memberikan dukungan serta kepercayaan penuh pada pasangannya tanpa pamrih. Kamu juga nggak perlu malu jika di sebut “pasangan kuno” karena jarang menunjukkan kemesraan dengan pasanganmu. Tentunya berjuang keras di awal akan menghasilkan akhir yang manis, kan?
ADVERTISEMENTS
5. Amarahmu mudah tersulut bahkan karena hal-hal kecil. Kamu selalu benar — dia yang harus salah
Menjadi pasangan yang penuntut memang tak banyak menghasilkan efek yang baik. Kamu boleh marah dengan pasanganmu, jika penyebab yang ada memang cukup pantas untuk menyulut amarahmu. Hal-hal kecil seprti, dia yang telat 5 menit menjemputmu atau dia yang lupa hari ulang tahunmu tak perlu diperdebatkan, sikapi segala hal dengan bijak dan meminta maaflah jika memang kamu yang melakukan kesalahan.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu tak pernah memberikan ruang pribadi untuknya. Motto dalam hubunganmu adalah “Pacar adalah yang utama, memilih hal lain berarti kita putus!”
Ingat, pasanganmu juga ditakdirkan sebagai makhluk sosial sama sepertimu. Dia juga membutuhkan ruang untuk mengusir penat dengan teman-temannya. Jangan marah dan uring-uringan jika seminggu sekali ia pamit untuk pergi bermain futsal dengan timnya atau 2 minggu sekali ia meminta izin untuk pergi berbelanja dengan mamanya. Kamu memang punya hak atas dirinya, tapi bukankah hubungan yang bisa saling mengerti adalah yang paling dicari?
“Jangan buang waktumu hanya untuk mengutuki pasanganmu, beri dia kebebasan selama dalam batasan wajar, sayangi dia dengan sikap saling percaya dan kasihi dia dengan kejujuran yang tulus tanpa pamrih.”