Fase pacaran memang nggak ada bandingannya. Masa-masa di mana sejoli saling kasmaran, berbagi kasih sayang, sampai merasakan banyak kupu-kupu yang terbang di perutnya. Pokoknya semua hal yang menyenangkan dan bikin berbunga-bunga. Saking membahagiakannya, hampir nggak ada yang minus dalam diri kekasih di matanya. Semuanya terasa begitu sempurna.
Namun, sadarkah kamu? Di saat kamu lagi berada di puncak asmara, ada orang lain yang memperhatikan. Mereka adalah orangtuamu. Terlepas dari perasaannya yang juga ikut bahagia melihat anaknya tengah berproses menuju dewasa, ada hal-hal yang menjadi ganjalan di hati mereka. Mereka melihat perubahan dalam dirimu yang nggak diharapkannya. Perubahan-perubahan yang justru membuat mereka sedih dan kecewa.
ADVERTISEMENTS
1. Dulu, berlaku kasar bukan ciri khasmu. Sekarang kamu berubah jadi orang yang sensitif dan mudah emosi sama orang-orang di sekitarmu
Jatuh cinta itu sangat bisa mengubah emosi seseorang. Jika kamu kurang jeli menghadapi masa-masa ini, bukan nggak mungkin logikamu yang dipertaruhkan lantaran hampir semua perhatianmu tercurah pada sang pacar. Akibatnya, apapun yang menjadi keberatan orangtua terhadap sang pacar, meskipun logis dan bertujuan, selalu dianggap sebagai permusuhan. Tak pelak, kamu pun mulai bertentangan dengan orangtua dan kerap melancarkan perkataan bernada tinggi demi membela pacarmu. Padahal sebelumnya kamu selalu bersikap lembut di hadapan orangtua.
ADVERTISEMENTS
2. Nasihat orangtua bukan lagi jadi sesuatu yang berarti. Justru kamu menganggapnya sebagai batu sandungan yang menghalang-halangi
Sebagai orangtua, wajar jika mereka punya prinsip-prinsip kebaikan yang ingin diterapkan pada anaknya. Namun, sejak fokus utamamu beralih ke sang pacar, nasihat-nasihat orangtua seringkali dipandang sebagai penghalang kebahagiaan. Apapun saran-saran baik yang diutarakan orangtua dianggap sebagai larangan untuk berpacaran. Orangtua yang terus-terusan diserang dengan pembenaran oleh anaknya pun akhirnya memilih diam, meski hatinya menangis.
ADVERTISEMENTS
3. Orangtua akan kecewa jika pacaran membuatmu nggak melakukan kewajiban. Konsentrasimu jadi terpecah dan menghambat kuliah atau pekerjaan
Di masa-masa pacaran, banyak waktumu yang terbuang untuk sang pacar. Sebentar-sebentar berkirim pesan, baru jeda beberapa menit teleponan. Lalu asyik kencan sampai lupa waktunya pulang. Alhasil kewajibanmu jadi terbengkalai dan kuliah berantakan, kerja pun seringnya nggak terselesaikan. Coba renungkan, seharusnya kamu bisa lebih dewasa dan profesional tanpa pengawasan dari orangtua. Mereka memercayakanmu untuk mengemban tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Bukan lalu mudah terperdaya dengan kesenangan dan mangkir dengan kewajiban.
ADVERTISEMENTS
4. Sayang sekali jika setelah berpacaran, banyak kebiasaan baik yang kamu tinggalkan
Meskipun pernah muda dan punya pengalaman yang sama perihal percintaan, orangtua nggak akan rela jika anaknya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan baik yang seharusnya dilakukan. Kecenderungan sejoli yang berpacaran memang begitu, mudah berubah karena lebih menghamba pada kekasihnya. Tapi jika hal ini kerap terulang apalagi sampai nggak ada waktu lagi untuk beribadah (misalnya) karena terlalu sibuk berbalas pesan dengan pacar, orangtua mana yang nggak kecewa?
ADVERTISEMENTS
5. Menyembunyikan status pacaran di belakang orangtua yang memicu kebohongan-kebohongan lainnya
Satu hal yang sangat disayangkan orangtua oleh anaknya adalah menyembunyikan status berpacaran. Bagi mereka, segala sesuatu yang disembunyikan artinya nggak baik. Logikanya, jika memang kamu menjalin hubungan dengan orang yang baik, kenapa harus sembunyi-sembunyi? Kecuali memang orangtua melarang kalian berpacaran karena beberapa hal. Terlepas dari larangan berpacaran, orangtua justru lebih lega jika mengetahui status berpacaranmu sejak awal PDKT, sehingga mereka bisa memberi kontrol yang baik bagi anak-anaknya. Jika sudah sekali berbohong, nggak jarang kamu akan harus berbohong lagi dan lagi. Inilah yang membuat mereka sedih.
ADVERTISEMENTS
6. Ditelepon pacar, cepat-cepat diangkat. Giliran yang nelepon orangtua, kamu ogah-ogahan mengangkat
Banyak kisah sejoli yang pada perjalanan asmaranya, lebih memilih kekasihnya ketimbang orangtuanya sendiri. Seolah-olah hidupnya bakal bergantung sepenuhnya pada kekasihnya, bukan pada orangtuanya. Tahukah kamu bahwa orangtuamu rindu diperhatikan? Mereka rindu dibuatkan teh hangat saat soremu begitu terburu-buru lantaran harus menjemput sang kekasih pergi berkencan. Mereka begitu sedih mendapati perhatianmu yang kian berkurang setiap harinya. Mereka sakit hati karena dinomorduakan. Mereka begitu takut kehilanganmu, anak kesayangan.
Jatuh cinta itu bisa mengubahmu jadi siapa saja. Namun, baik buruknya perubahanmu, orangtualah yang jadi saksi pertamanya. Meski mereka turut bahagia atas kebahagiaan anaknya, mereka jugalah orang pertama yang akan terluka ketika melihat perubahanmu yang nggak sesuai dengan tuntunan kebaikannya. Karena itu, jatuh cintalah sewajarnya. Jangan sampai cintamu padanya membutakanmu terhadap realita. Relita bahwa hidupmu juga masih terikat dengan orangtua.