Waktu terus bergerak, dan hidup serta merta terus berjalan. Perjalanan hidup akan selalu berubah. Hubungan pacaran pun begitu, dinamis. Nggak selamanya kelangsungan hubungan percintaan berlangsung rukun. Ada kalanya bahagia nggak terkira, ada kalanya sedih, nelangsa penuh siksa.
Hubungan percintaan juga memiliki fase-fasenya tersendiri. Namun yang paling kentara perbedaannya setelah kamu melewati satu-dua bulan pertama, dan menjalani 3 bulan awal hubunganmu dengan dia. Mungkin kamu pernah melewatinya, tapi nggak ada salahnya dong mengingat kembali masa-masa itu sebagai ajang nostalgia masa lalu. Kira-kira beberapa hal ini yang mungkin bakal terjadi saat hubungan pacaran kamu dan dia memasuki fase tiga bulan.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu dan dia tidak lagi berkirim pesan setiap menit. Kalian mulai punya jadwal rutin, kapan harus bertukar kabar
Ketika tiga bulan sudah terlewati, umumnya sepasang kekasih sudah nggak lagi sibuk menanyakan kabar kekasihnya setiap saat. Pesan yang ditukar pun tak melulu, lagi di mana, sudah makan belum, atau sedang apa. Dan sekarang kalau dipikir-pikir lagi, kamu kadang bingung sendiri kenapa mesti harus berkirim kabar setiap saat, seperti nggak punya kegiatan lain. Karena sekarang urusan berkirim kabar itu sudah sesempatnya saja. Kalau memang sedang sibuk sama pekerjaan atau tugas, ya chatnya bisa nanti-nanti.
ADVERTISEMENTS
2. Pacarmu mulai bertransformasi menjadi sahabat, yang bisa diajak berbagi cerita banyak hal, kadang sesederhana membicarakan orang
Karena sudah sering ketemu dan berbaur interaksi kalian menjadi lebih paham akan satu sama lain. Kamu tahu makanan kesukaan dia, dia tahu klub sepak bola favoritmu, dan segenap hal lainnya–dari yang terpenting sampai yang remeh sekalipun. Musabab sudah tahu banyak tentang satu sama lain, kalian menjadi lebih terbuka, lebih nyaman membicarakan sesuatu–tentang apapun, dari yang lumrah sampai tabu sekalipun.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Kalian mulai hafal keunikan fisik pasangan, entah di mana letak tahi lalatnya atau bentuk giginya
Karena rutin bertemu dan menghabiskan waktu berdua, setelah tiga bulan kamu menjadi hafal dengannya. Bukan hanya difat, tapi juga fisiknya. Kamu mulai hafal letak tahi lalatnya, bentuk giginya, warna bola matanya, semerbak, aroma tubuh dan hal detail lainnya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Kamu tidak lagi jaga image di depannya karena sudah sama-sama hafal kebiasaan dan kesukaan masing-masing
Saat memasuki usia ketiga, umumnya kebiasaan dari kamu dan dia satu per satu terkuak ke permukaan. Mulai dari kamu yang tukang tidur, dia suka ngupil, kamu jarang mandi, sampai dia yang kalau kentut baunya seperti Rafflesia Arnoldi. Yap! di tiga bulan kalian sudah nggak canggung lagi menunjukan sifat yang sebenarnya.
Hal ini tergolong baik sebab dengan begini kalian kembali pada diri kalian yang sebenarnya. Kalau punya banyak kejelekan pun dia tetap suka berarti tandanya dia menerimamu apa adanya.
5. Saking terbukanya, kebosanan mulai muncul perlahan, lalu pertengkaran, hingga kamu menyadari bahwa pasanganmu ini tak sempurna
Karena saking terbukanya, semua sifat atau laku burukmu akan bersinggungan dengan ketidaksukaan pasanganmu. Disinilah mulanya pertengkaran terjadi. Ditambah lagi karena sering ketemua ia menjadi bosan denganmu. Nah dalam fase inilah hubunganmu teruji, kalau kamu dan dia berhasil melewatinya, kalian tergolong pasangan yang serasi dengan hubungan yang sehat.
Sabar dan mesti berjuang!
6. Kalian mulai mempertanyakan kelangsungan hubungan. Tapi pada akhirnya menyadari bahwa kalian hanya harus menjalani
Biasanya setelah tahu sifat maupun kelakuan asli dari pasangan, hubungan kalian menjadi lebih sering bersitegang daripada sayang-sayangan. Pada fase itu kita cenderung menyesal dan mempertanyakan dua hal; kenapa dulu kita memilih dia? dan, bagaimana kelangsungan hubungan setelah ini?
Keadaan ini menjadi dilematis bagi kamu dan dia, di satu sisi kamu ingin berhenti karena kamu merasa nggak sesuai dengan ekspektasi, di sisi lain kamu teringat bagaimana dulu kamu memilihnya dan bagaimana indahnya kenangan bersamanya, Hingga pada akhirnya semua terjawab, baik kamu dan dia, menyadari bahwa kalian hanya harus menerima dan menjalaninya dengan penuh cinta. Kalian sama-sama yakin kalau berhenti dan memilih orang baru bukan jaminan ada yang lebih baik darinya–kembali lagi, semua manusia punya kekurangan.
Memang ketika jatuh cinta semua hal terasa indah dan bahagia apalagi setelah jadian. Tapi jangan lupa, cinta sepaket dengan bahagia dan derita, kamu harus siap menjalani fase di mana hubunganmu baik-baik saja. Mau nggak mau kamu mesti bersabar dan belajar memahami pasanganmu. Setelah lulus dari berbagai cobaan pertama kamu mesti bersiap menghadapi cobaan kedua, ketiga, dan seterusnya. Karena begitulah hubungan, sama laiknya hidup yang nggak selamanya semulus-lancar seprti jalan tol Cipularang.