Kata orang memutuskan berpisah dengan orang yang tersayang itu susah. Jalinan cinta yang sudah dibangun lama dan diharap-harap bakalan sukses hingga naik jenjang pelaminan nyatanya nggak berjalan sesuai keinginan. Tapi apabila dicermati, sejatinya yang susah bukan saat memutuskan hubungan melainkan masa di mana kamu harus move on dari yang sudah menahun bersama.
Sesulit apa pun move on itulah harga yang harus kamu bayarkan atas keberanianmu menjalani suatu hubungan. Meski sudah tahu resiko, kamu masih tetap coba menjalaninya. Setidaknya kamu lebih baik daripada mereka yang untuk mencoba jatuh cinta saja takut karena nggak ingin dikecewakan lagi. Yap! Bicara soal putus memang rumit dan nyesek, tapi di balik itu semua sejatinya ada hal lain yang lebih pelik dan nyesek, berikut di antaranya.
ADVERTISEMENTS
1. Siapa yang nggak capek kalau mendapat tuntutan dari pacar terus-terusan. Menuntut boleh, tapi tolong lihat kemampuan pasangan
Punya pacar penuntut barangkali jauh lebih pelik dan nyesek dijalani daripada proses putus dan move on. Ketika kamu sudah membicarakan ketidaksukaan dan ketidaknyamananmu dengan tuntutannya yang bertubi-tubi, tapi ia masih tetap menuntutmu di kemudian hari – karena mungkin itu sudah menjadi tabiatnya. Daripada dongkol melulu apakah nggak lebih baik diakhiri?
ADVERTISEMENTS
2. Ketika kamu dipaksa menahan rindu tahunan, sedang kasih sayang dan perhatiannya timbul tenggelam, mungkin ini yang dinamakan hubungan yang penuh bualan
Menjalani hubungan jarak jauh terkadang terasa lebih pelik dari pada memutuskan untuk pisah hubungan. Saat kamu ingin berpisah, pertimbanganmu sudah jelas bahwa kamu sudah nggak nyaman lagi dengannya. Segala cara sudah kamu coba tapi tetap saja nggak bisa.
Tapi itu masih tergolong beruntung karena kamu sempat menjalani indahnya pacaran dengan perhatian dan kehadiran pasangan. Tapi apa yang terjadi dengan mereka yang LDR sejak awal hubungan? Sudah jarang ketemu, sering lost contact, malam minggu kesepian, dan lain-lain –praktis cuma ada janji-janji manis kepulangan dan perhatian yang itupun kadang-kadang saja. Hmmm… miris!
ADVERTISEMENTS
3. Definisi nyesek itu ketika kamu sudah sayang-sayangan, tapi ketika ditanya hubungan dia cuma menganggapmu sebagai teman
Yap! Friendzone boleh dibilang terasa lebih pelik dan nyesek daripada ketika kamu memutuskan untuk berpisah. Kamu yang sudah terlanjur berharap karena sudah sayang-sayangan dengan dia ternyata harus menanggung sakit hanya dianggap sebatas teman saja olehnya. Daripada merasakan nyesek melihat ia memperlakukan orang lain dengan cara yang sama denganmu, rasanya lebih baik nggak usah kenal saja.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Alih-alih memberikan kasih sayang, punya pacar yang terlampau posesif hanya akan membuatmu lelah dan bosan sendirian
Mendapat perhatian dari pasangan tentu rasanya menyenangkan. Tapi perhatian itu bisa jadi sangat menjemukan apabila diberikan secara berlebihan. Capek, itulah yang dirasakan mereka yang punya pacar rewel. Dikit-dikit harus memberi kabar, main jauh dikit dilarang, jalan sama temen dibatasi. Ampun, kalau begitu mah rasanya kayak berada di tahanan.
ADVERTISEMENTS
5. Memberi kesempatan kedua adalah kebaikan. Tapi jika yang dimaafkan mengulangi lagi kesalahan yang sama, apakah kamu masih rela jadi pesakitan lagi seperti dulu?!
Barangkali nggak ada hal yang lebih mengecewakan dari melihat pacarmu melakukan kesalahan yang sama. Terlebih kesalahannya berkaitan denganmu, pasti nyesek dan terasa sakit di dada. Boleh di bilang nyeseknya terasa dua kali. Pertama, saat dia melakukannya. Kedua, saat kamu tahu bahwa kamu pernah memaafkannya dan membiarkannya melakukan kesalahan yang sama dua kali. Kalau cuma bohong sih nggak begitu terasa, tapi kalau sudah menyangkut menyangkut perselingkuhan apakah nggak lebih pelik dari sekadar putus cinta?
6. Level tertinggi hubungan yang susah dijalani barangkali cinta tapi beda rumah ibadah. Mau berjuang sekeras apapun tetap saja akan terhalang restu orangtua
Peliknya hidup pasca berpisah memang sukar dijalani, tapi menjalani hubungan beda agama jauh lebih rumit masalahnya. Terutama dari restu orangtua, sikap sinis dan sindiran pasti kerap diterima oleh mereka yang menjalaninya. Belum lagi selesai bagaimana cara meyakinkan orang tua, keyakinanmu juga sedikitnya akan sedikit teruji di sana. Sesekali pasti muncul dalam pikiran “apakah aku harus mengikuti dia saja daripada begini ribetnya?“. Bagaimana, Pelik bukan?
Putus cinta dan move on setelahnya memang nggak mudah dijalani. Tapi sejatinya kamu nggak perlu terlalu khawatir, kamu pasti bisa melewatinya. Bagaimanapun hidup mesti berlanjut. Kalau kamu masih menganggap nasibmu pelik dan merasa paling sesak dalam menjalani hubungan, lantas apa kabar mereka-mereka yang berada dalam momen-momen di atas? Mending mana putus, apa lanjut tapi menyesakkan dada?
Nasibmu memang kurang beruntung, tapi jangan berputus asa lantas berhenti untuk mencoba menjalin hubungan cinta lagi. Yang penting dari kandasnya suatu hubungan adalah pembelajaran yang bisa kamu petik darinya – yang berguna untuk hubungan selanjutnya. Seiring berjalannya waktu kesedihanmu perlahan akan berkurang, terlebih apabila kamu gercep mencari penggantinya. Kesedihanmu bisa disembuhkan dengan cinta yang baru.