Soal cita-cita dan harapan baiknya memang diputuskan bersama orangtua. Ayah dan ibu bukan hanya merawatmu sedari kecil, mengerti akan perkembanganmu, kemampuan dan kelemahanmu. Lebih dari itu, orangtua memiliki banyak pengalaman, setidaknya mereka tahu benar bagaimana harapan dan cita-cita semestinya dibangun. Tapi adakalanya kehendak ayah dan ibu sedikit berlawanan dengan keinginanmu. Alih-alih ingin membanggakan orangtua, kalian malah tersungkur karena melakukan sesuatu tanpa rasa bahagia.
Anak juga memiliki hak untuk membangun masa depannya sendiri, cita-cita dan harapan harus direncanakan olehmu karena walau bagaimanapun kamu lah yang akan menjalaninya. Saat keinginan ini terbentur dengan kemauan orangtua, kamu malah memilih mengalah atau bahkan terpaksa menuruti kemauan mereka yang nyatanya membuatmu jenuh. Kamu perlu bersikap, biar orang tua tak kburu kecewa dengan keputusan pribadimu, obrolkan baik-baik supaya restu pun didapat.
ADVERTISEMENTS
1. Jangan langsung meluapkan keluhan, cari momen yang tepat biar sama-sama nyaman membicarakan apa yang kamu inginkan
Momen yang tepat untuk diskusi bisa kamu dapat saat suasana hangat. Jangan ungkapkan keluhanmu saat ayah dan ibu sedang sibuk atau repot, biarkan mereka menyelesaikan pekerjaan kalau perlu kamu membentu mereka. Saat tak ada lagi kesibukan, kamu bisa mengungkapkan keberatanmu atas tuntutan yang mereka berikan. Kamu jangan takut salah, karena kalau kamu nggak menyampaikannya malah bisa menyakiti hatimu sendiri dan itu nggak sehat.
ADVERTISEMENTS
2. Ungkapkan dengan tutur kata yang baik, supaya ayah dan ibu pun menanggapinya tanpa kesalahpahaman
Pasti ada alasan yang melatarbelakangi kenapa kamu memilih menolak untuk mengikuti tuntutan ayah dan ibu soal cita-cita. Pastikan kamu berikan alasan yang cukup kuat, jangan ucapkan keluhanmu dengan nada tinggi. Dengan nada pelan dan penuh kejujuran pasti orangtuamu memikirkan keberatanmu. Ayah dan ibumu juga akan bermusyawarah untuk memutuskan hal ini, jadi kamu nggak perlu menuntut untuk diberi tanggapan secara langsung. Mereka perlu memikirkannya.
ADVERTISEMENTS
3. Pikir panjang dulu mulai dari risiko, sampai cara meyakinkan orangtua, kalau pilihanmu ini bukan keputusan yang gegabah
Kalau kamu masih ragu dengan penolakanmu sendiri baiknya pikirkan matang-matang dulu. Ayah dan ibu tahu jalan yang terbaik untukmu, jangan lantas karena nggak nyaman kamu menolaknya. Kamu harus memikirkan benar-benar resiko apa saja kalau kamu menghindari kemauan orang tua. Tanyakan pada dirimu sendiri, seberapa yakin keputusanmu itu bisa memberimu kebaikan. Jangan-jangan kamu hanya pikir pendek atau emosi sesaat, itu berbahaya untuk masa depan, kamu bisa saja salah jalan.
ADVERTISEMENTS
4. Ambil selembar kertas, tulis semua yang ada dipikiranmu. Sebab terkadang surat mampu meluluhkan hati orangtua
Kadang tulisan bisa bicara lebih banyak, manfaatkan hal ini. Kamu bisa mengungkapkannya dengan berlembar-lembar surat kalau nggak berani atau kikuk saat berhadapan langsung dengan orangtua. Ayah atau ibu pun kadang lebih mengerti isi hati anaknya dengan membaca surat dari anaknya. Nggak berlebihan, kadang memang saat berhadapan dengan ayah dan ibu bikin segala hal yang ingin diungkapkan di kepala hilang begitu saja.
ADVERTISEMENTS
5. Jika keinginanmu ditolak, tak perlu melawan. Perlahan-lahan buktikan saja, kalau pilihanmu pun layak dipertimbangkan
Kamu punya ayah dan ibu yang mendidikmu untuk disiplin, semua keputusanmu adalah hasil dari keputusan mereka. Menolak tuntutan orangtua kadang malah berbalas dengan kemarahan orangtua. Tapi ada saatnya orang tua luluh, kemauan ayah dan ibu yang terlampau memaksa bisa diredam dengan ungkapan keresahanmu setiap hari. Bukan melawan orangtua, ini demi jiwamu karena hal apapun kalau dijalani tanpa rasa senang di hati akan menyiksa. Kamu perlu memberikan pengertian ke orangtua, pelan dan pasti. Jangan takut, kamu punya hak untuk melakukan itu.
Cita-cita dan harapan harus dimiliki setiap manusia, tak ada larangan atau aturan yang mengekang harapanmu. Sebagaimana harapan, kamu jangan lantas terlalu percaya diri dan egois, pertimbangkan baik-baik. Salah melangkah bisa malah menimbulkan penyesalan, tapi tanpa kesalahan kamu tak akan pernah mengerti kegagalan yang bisa jadi batu loncatan untuk hari depan. Ungkapkan segala keluhan kepada ayah dan ibu, rasa sayang yang mereka miliki tak akan membuatmu terpuruk. Siapa tahu mereka malah mendukung keputusanmu.
Tak perlu banyak membantah, tapi buktikan kalau pilihamu tak salah.