Sebelumnya, saya selalu tertawa sinis saat mendengar ungkapan: cinta itu buta. Buat saya, itu klise dan bodoh rasanya. Kalau cinta tak membuat bahagia, kenapa orang tak meninggalkannya saja?
Tapi sekarang saya tahu, cinta tak sesederhana itu. Sangat sulit meninggalkan seseorang yang sudah menyakiti, jika kita masih punya hati. Saya seperti menelan ludah sendiri. Dan rasanya tak enak sekali. Kamulah yang membuat saya seperti ini. Kamu yang selalu berjanji, namun tampaknya alpa menepati.
ADVERTISEMENTS
Saya masih ingat ketika kamu menenangkan hati ini — bahwa kelak kita akan bertemu kembali.
Siang itu, saat jarak belum datang, kamu tak henti-hentinya menenangkan sekaligus meyakinkan. Bahwa cinta ini patut dijaga dan dipertahkan. Sebab janjimu, kelak kita pasti akan bertemu kembali. Kelak, kita akan selayaknya pasangan normal yang merajut cinta bersama-sama setiap harinya. Membangun masa depan bersama, hingga sama-sama menua.
Tentu saja saya percaya. Tak ada opsi lain selain membutakan mata dan berkata iya. Tanpa sadar, saya sedang menggadaikan kebahagiaan sendiri. Karena kamu dan janji-janji.
ADVERTISEMENTS
Saya pun berharap pertemuan. Walau rindu tumbuh dan tak tertuntaskan
Entah sudah berapa banyak omongan teman ataupun keluarga yang saya abaikan, karena saya terlalu keras kepala. Sampai kalender habis dan waktu bergulir tak terasa. Kamu tak datang juga. Jika janji dan ekspektasi adalah bab pertama, kamu “sang penulis” lupa mengembangkannya menjadi satu cerita utuh yang berakhir bahagia.
ADVERTISEMENTS
Sampai datang tawaran cinta yang lain, saya masih tetap bergeming
Cinta kepada kamu benar-benar membuat saya buta untuk melihat cinta lain yang lebih nyata. Beberapa bulan setelah perpisahan kita, lelaki yang datang mendekatiku terus saja bergulir. Awalnya saya berpikir ini sebuah ujian, apakah saya kuat menghadapi tawaran cinta-cinta itu. Namun kini saya sadar, jika semua itu adalah cara Tuhan membukakan mata, hati dan telinga untuk tak terus bergeming pada sosokmu juga janji indah itu.
Tapi sekali lagi, saya ini gadis yang terlalu keras untuk menerima kenyataan dan membuka mata lebar-lebar. Saya masih terus saja bergeming dalam angan tentang bagaimana kira-kira pertemuan kita nantinya. Saya masih saja bergeming, berharap pengorbanan akan terbayar bersama takdir yang kelak datang.
ADVERTISEMENTS
Andai kamu membaca ini, saya jelaskan sekali lagi. Saya tetap percaya meski telah tersakiti.
Mungkin ini memang konsekuensi dari menjadi keras kepala. Tapi, saya tetap tak bisa membunuh cinta yang sudah telanjur ada. Justru saya masih sedikit berharap, kamu akan membaca tulisan ini. Lalu berpikir ulang, tentang si gadis yang meski telah disakiti tapi tetap setia mencintaimu sepenuh hati.
Wahai Maha Pembolak Balik Hati, bisakah itu terjadi?
Merasa hatimu terwakilkan oleh artikel ini? Film I Love You From 38.000 Feet layak kamu tonton karena jauh lebih mampu mewakili hatimu!
I Love You From 38.000 Feet adalah kisah drama antara Alleta (Michelle Ziudith) yang jatuh cinta dengan Arga (Rizki Nazar) saat mereka dipertemukan dalam sebuah perjalanan ke Pulau Dewata. Arga yang saat itu harus pergi, berjanji untuk menemui Alleta di Jakarta. Namun sayang, saat Alleta sudah percaya, Arga tak juga kembali menemuinya.
Penasaran bagaimana nasib Alleta yang telanjur mencintai? Penasaran apakah Arga akan kembali dan menepati janji?
Kamu bisa menyaksikan filmnya tanggal 5 Juli 2016 nanti. Psst… Kalau berani, ajak dia yang memiliki hati kamu, untuk juga ikut menonton film ini ya. Cinta boleh saja, tapi jangan lupa bahagia. Semoga kisahmu bisa terwakili oleh Alleta dan Arga 🙂