Sudah Menemukan Calon Pendamping Hidupmu? Sebaiknya Sampaikan 15 Pertanyaan Ini Terlebih Dahulu

Menikah bukan perkara sederhana. Ini soal menjalin komitmen serius, komitmen seumur hidup. Ada pasangan yang bisa terus bertahan, namun tak jarang suami-istri memilih berpisah. Bagaimanapun, kehidupan setelah menikah memang tak selalu mudah.

Karena itu, sikap hati-hati sebelum menikah itu mutlak diperlukan. Pada akhirnya kamu harus meyakinkan dirimu sendiri sebelum membuat keputusan. Untuk memudahkannya, utarakan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mengganjal di pikiranmu berikut ini, ya!

ADVERTISEMENTS

1. Karena alasan mencintai seringkali mengganjal hati: “Apa yang membuatmu jatuh cinta padaku?”

jatuh cinta

kenapa kamu jatuh cinta sama aku? via www.londonpreweddingphotographer.co.uk

Sebuah pertanyaan yang bisa jadi rumit untuk dijawab. Jika sudah kesulitan, yang ditanya biasanya akan berkata:

“Ya, pokoknya aku cinta sama kamu…”

Percayalah, kamu berhak mendengar jawaban yang logis; pernyataan yang menegaskan kelebihan sekaligus kekuranganmu di matanya.

Mencintai bisa jadi hal paling egois yang sah dilakukan siapapun. Pasangan juga berhak mencintaimu atas apa yang kamu punya dan apa yang bisa kamu lakukan untuknya. Ketika dia mampu menyadari dan mengukur rasanya, dia tak akan mendampingimu dengan “buta” – tak akan tersesat atau hilang arah setelah menikah dan memilihmu sebagai pasangannya.

ADVERTISEMENTS

2. Pernikahan selayaknya hanya sekali seumur hidup: “Yakinkah kamu memilihku?”

seumur hidup

yakinkah memilih aku yang menemani sisa umurmu? via www.dennisyap.com

Hidup adalah perjalanan. Cinta dan komitmen yang kalian sepakati pun layaknya jalan panjang yang siap dijelajahi bersama. Kelak, mungkin akan ada saatnya kamu dan pasanganmu menemui jalan bercabang atau persimpangan. Kalian dihadapkan pada pilihan yang menyulut ragu dan menggoyahkan hubungan. Apakah kamu dan pasanganmu akan sama-sama bertahan, atau bersiap berpisah lantaran tak menemukan jalan tengah?

ADVERTISEMENTS

3. Walau romantisme pacaran tak bisa sepenuhnya diulang: “Maukah kamu sekali-kali tetap memberi kejutan?”

ulang tahun

maukah melakukan hal-hal romantis untukku? via theblossomtree.blogspot.com

Ikatan yang erat dan hubungan yang selalu hangat tak begitu saja terjadi. Kamu dan pasanganmu layak sama-sama memupuk niat dan tulus menginginkannya. Sekadar merayakan hari lahir, ulang tahun pernikahan, atau momen-momen penting lainnya. Bahkan, tak ada anehnya jika suatu pagi kamu bangun tidur dan menemukan secarik memo bertuliskan:

“Selamat pagi…Terima kasih untukmu, yang sampai detik ini masih mau berdampingan denganku…”

Tak ada pencapaian yang tak disertai usaha. Tak ada hubungan yang bahagia tanpa kalian yang mengusahakannya. Apakah kamu bersedia menjaga api cinta kalian agar tetap menyala dan menebar kehangatan? Jika iya, akankah pasanganmu pun akan melakukan hal yang sama?

ADVERTISEMENTS

4. Pernikahan bukanlah tujuan, tapi justru awal perjalanan: “Siapkah kamu belajar hal-hal baru dan bertumbuh bersamaku?”

tumbuh

siapkah kamu belajar dan tumbuh bersamaku? via rimadarwash.com

Jika hidup ibarat pendakian, menikah adalah momen dimana kalian melangkahkan kaki bersama untuk pertama kalinya. Berbekal rasa cinta, kasih sayang, keyakinan, dan rasa percaya. Saat susah payah mendaki, pasangan adalah rekan yang akan menemanimu menikmati pemandangan.

Bersamanya, kamu bisa mengabaikan haus, lapar, atau lelah yang terasa luar biasa. Yang pasti, kalian sudah menentukan tujuan bersama; mencapai puncak sebelum matahari pagi menyapa. Meskipun banyak suka duka yang akan kalian cerapi bersama, pasangan dan komitmen kalian memang layak diperjuangkan.

ADVERTISEMENTS

5. Karena hidup tak akan selalu mudah: “Beranikah kamu menghadapi masa-masa sulit itu bersama?”

masa sulit

siapkah menghadapi masa sulit bersama? via bridalmusings.com

Sah menikah bukan berarti hubungan kalian akan “aman”. Hampir pasti banyak ujian yang akan menjajal komitmen kalian. Sikap pasangan yang berubah, banyaknya masalah, hingga mungkin hadirnya orang ketiga.

Ada kalanya kamu menjadi sangat rapuh; meragukan pasangan yang selama ini sudah mendampingimu. Namun, seberat dan sehebat apapun keadaan menekan kalian, kamu dan pasanganmu selayaknya bisa kuat-kuat memegang janji suci yang dahulu pernah diucap.

ADVERTISEMENTS

6. Beda pendapat mungkin jadi hal yang biasa terjadi: “Tapi, setujukah kamu untuk berdebat dengan kepala dingin lalu mengakhirinya lewat kecupan hangat?”

berdebat

setujukan untuk berdebat dengan kepala dingin bersamaku? via linenandsilk-weddings.com

Sebuah pernikahan hanya akan berhasil jika pasangan bisa menekan ego-nya masing-masing. Suami dan istri ibarat dua pemain dalam satu tim. Tak harus berdebat siapa benar atau siapa salah, bahkan siapa yang paling hebat. Kalian hanya perlu berkompromi demi menemukan keputusan yang paling tepat.

7. Karena hidup menuntut keseimbangan antara keluarga dan karir: “Berjanjikah kamu menjadikan keluarga kecil kita yang utama?”

cita-cita

menjadikan keluarga sebagai yang utama? via greenweddingshoes.com

Pekerjaan bisa jadi menyita waktumu. Selesai berkantor sejak pagi hingga sore hari, menjelang malam pun masih banyak tugas-tugas yang harus diselesaikan. Namun, bukankah kamu punya pasangan yang tak kalah berhak untuk diperhatikan?

Keberadaan pasangan sepatutnya jadi pertimbangan utamamu setiap akan mengambil keputusan. Memilih pekerjaan baru, menentukan rencana studi, atau memulai bisnismu sendiri; banyak hal yang layak kamu tentukan atas pertimbangan pasangan. Lepas dari berbagai pencapaian pribadi yang bisa kamu raih, pasanganlah yang akan setia mendampingimu.

8. Menikah bukan hanya tentang dua orang, ada anak-anak yang kelak dilahirkan: “Sudahkah kamu siap menjadi ayah atau ibu yang baik bagi mereka?”

keluarga

siapkah menjadi ayah atau ibu yang baik? via simply-creative-maybe.blogspot.com

Adakah rumus dan aturan-aturan yang bisa kamu terapkan demi menjadi orang tua yang baik? Sayangnya, tak pernah ada tuntunan yang pasti untuk diikuti. Naluri alami sebagai orang tua kelak akan kamu peroleh cuma-cuma setelah anakmu lahir. Selama bisa membesarkan mereka dengan sepenuh hati dan tak enggan belajar, percayalah bahwa kamu bisa jadi orang tua yang baik. Kadang, banyak hal yang terlalu takut dilakukan lantaran kita tak berani menjalaninya, termasuk soal menikah dan punya anak.

9. Bosan adalah hal yang wajar: “Meski kita sudah lama bersama, relakah kamu sesekali mengatakan ‘aku mencintaimu’ tiba-tiba?”

aku cinta kamu

katakan: aku masih mencintaimu via bridalmusings.com

Setelah menikah, kamu akan terbiasa melihat wajah yang sama di sampingmu; setiap saat pertama kali kamu membuka mata di pagi hari. Meskipun tak lunas 24 jam kalian habiskan bersama setiap harinya, rumah selalu jadi tujuan sepulang beraktivitas. Di rumah itu pulalah kamu akan kembali bertemu dia – pasangan hidupmu.

Jika kelak kamu merasa bosan atau jenuh dengan pasanganmu, hal itu sah-sah saja. Tapi, bukan berarti kamu merelakan hubunganmu berubah hambar. ‘kan? Kamu dan pasanganmu selayaknya sama-sama bisa menjaga. Bukan dengan sekadar kata-kata manis, tapi juga perbuatan. Saat kamu berharap pasanganmu akan mengatakan “aku sayang kamu” sepulang kantor, tak ada salahnya kamu mengucapkan kalimat yang sama saat membangunkannya di pagi hari.

10. Sebuah hubungan sudah pasti ada naik turunnya: “Akankah kamu tetap bersemangat menjalaninya bersamaku?”

semangat

akan kamu semangat menjalani hidup bersamaku? via www.wedresearch.net

Ada kalanya kalian bisa jadi sangat mesra, pun tak jarang memilih sedikit “berjarak”. Sesaat bisa tertawa bersama, tapi dilain waktu terpaksa berselisih hingga saling menyakiti. Bagaimanapun, tak ada hubungan yang sempurna dan bisa selalu bahagia. Tapi, selama kamu dan pasanganmu punya kemauan dan semangat yang sama hebatnya, kalian tentu akan bisa mempertahankan hubungan.

11. Setiap orang pasti akan mengalami fase ‘jatuh’: “Saat aku benar-benar lemah, maukah kamu menguatkanku?”

mendukung saat lemah

mendukung saat aku lemah? via www.wedresearch.net

Banyak hal di dunia ini yang seringkali menawarkan rasa kecewa. Tak tuntas dengan tugas kantor, gagal membangun bisnis, hingga mendapat musibah berupa sakit. Di titik-titik rendah dalam hidupmu inilah, pasangan selayaknya ada untuk menguatkan – menghibur dan memberimu semangat. Meskipun dirimu sendiri tak boleh patah semangat, kehadirannya bisa memberimu kekuatan hingga dua kali lipat.

12. Pernikahan tak harus mengubah jati dirimu:“Apakah kamu mau berjanji untuk tak mengkhianati cita-citamu?”

mimpi

jangan pernah merelakan mimpimu via greenweddingshoes.com

Memutuskan untuk menikah bukan berarti kamu harus meninggalkan dunia dan kehidupan pribadimu – renjana, mimpi, dan cita-cita. Sebagai individu yang utuh, kamu tak harus merubah segala yang sudah ada pada dirimu sebelumnya. Kamu berhak punya pencapaian pribadi yang tetap diperjuangkan.

Yang pasti, menyerah pada cita-cita dan mimpi justru menjadikanmu kehilangan jati diri. Sementara, kehilangan dirimu sama halnya melepaskan orang yang kamu cintai. Percayalah bahwa cita-cita dan mimpi yang kamu perjuangkan akan membawa kebaikan bagi dirimu dan pasanganmu.

13.  Umur manusia tak pernah bisa diukur, tapi setidaknya setiap orang berhak mengusahakan umur yang panjang: “Apakah kamu akan rajin-rajin olahraga dan menjaga kesehatanmu?”

keluarga

menjaga diri demi keluarga via juleswiegand.com

Selain penting, kesehatan pun mahal harganya. Menerapkan gaya hidup sehat dengan olahraga jelas akan sangat bermanfaat. Ingat, kamu tak lagi hidup sendiri. Ada pasangan dan anak-anak yang sudah pasti peduli dan mengkahawatirkanmu.  Saat kamu enggan menjaga kesehatan hingga akhirnya sakit, merekalah yang akan mengalami masa sulit. Meskipun ada pasangan yang siap merawat dan mendampingimu, menjadi beban bagi orang yang kamu cintai tentu lebih menyakitkan.

14. Kematian adalah rahasia yang Maha Kuasa: “Maukan kamu berusaha tetap bersamaku hingga kematianlah yang akhirnya memisahkan kita?”

akhir

pasangan menemani di akhir hidupmu via linenandsilk-weddings.com

Kamu tak pernah tahu kapan kematian akan menjemputmu, atau memilih pasanganmu lebih dulu. Di saat itu, kalian akhirnya harus terpisah – tak lagi hidup bersama. Perpisahan sepasang kekasih tentu sangat menyedihkan, tapi bukankah takdir sangat berhak kali ini? Meskipun akhirnya harus terpisah, setidaknya kalian bisa berbagga karena bisa menjaga cinta yang kalian punya.

15. Hidup selalu pantas diperjuangkan: “Jika aku yang meninggalkanmu lebih dulu, akankah kamu bersedia melanjutkan hidupmu?”

masa tua

kehilangan tak menjadikan hidupmu selesai via libertypearlphotography.com

Sekali lagi, hidup mati manusia adalah teka-teki takdir. Kamu dan pasanganmu sama-sama tak kuasa menerka atau bahkan melawannya. Salah satu dari kalian mungkin harus “pergi” lebih dulu; meninggalkan keluarga kecil yang kalian punya. Jika itu pasanganmu, kamu berhak merasa kehilangan – bersedih bahkan sejenak mengutuki sekitarmu.

Tapi, saat kamu masih diberi kesempatan untuk hidup, kamu layak baik-baik menggunakannya. Meskipun keluarga kalian harus kehilangan satu anggota, kalian tetap sebuah keluarga. Ada kehidupan yang harus dilanjutkan, pun ada anak-anak yang tak layak diabaikan. Meskipun kehilangan sempat mengacaukanmu, kamu layak melanjutkan sisa hidupmu dengan bahagia.

Apakah pertanyaan-pertanyaan dalam artikel ini bisa dijawab pasanganmu? Jika iya, apakah setelahnya kamu akan lebih mantap membuat keputusan untuk menikah dengannya? Apapun itu, semoga kehidupan cintamu selalu berbahagia, ya! 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka kopi, puisi, band beraliran folk, punya hobi mikir dan pacaran di bangku taman.