Di usia 20-an ini, kamu boleh dibilang sudah lebih matang soal cinta. Asam-manisnya sudah cukup kamu cicipi dan segala tantangannya kamu coba. Kamu pernah jatuh cinta sampai gila, memendam rasa yang bertepuk sebelah tangan, menjalin hubungan dengan orang yang salah, hingga patah hati tanpa pernah merasa bisa jatuh cinta lagi.
Dari sekian perjalanan cinta yang pernah terlewati, pernahkah kamu berpikir pelajaran apa saja yang bisa kamu terima? Apakah kamu cukup kuat untuk melihat kembali kisah cinta yang pernah kamu lakoni?
Di artikel kali ini, Hipwee akan sejenak mengajakmu melihat ke masa lalu. Mengambil pelajaran dari cerita yang lalu… demi kehidupan percintaan yang lebih baik di masa depan.
ADVERTISEMENTS
1. Di usia ini, kamu harus sadar bahwa cinta tidak boleh buta. Justru kamu harus tetap melihat agar tak tersesat.
Perasaan memang seringkali tak bisa berkompromi dengan nalar dan logika. Rasa cinta atau sayang yang berlebih bisa jadi membuatmu abai dengan kualitas pasanganmu sendiri. Bukannya memilih pasangan yang tepat, kamu justru bertahan dengan dia yang pemalas dan tak punya rencana masa depan yang jelas.
Jika pasanganmu saja tak bisa mantap menentukan tujuan hidupnya sendiri, lalu bagaimana dengan hubungan kalian? Menjalani hubungan di usia 20-an membuatmu sadar bahwa setiap keputusan yang diambil haruslah punya orientasi yang jelas. Sebagai individu dewasa, kamu layak masak-masak memikirkan kriteria pasangan yang ideal demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.
ADVERTISEMENTS
2. Seperti namanya, hubungan itu menghubungkan dua jiwa; bukannya mengekangnya. Kamu dan dia sama-sama butuh
Usia muda memang sangat lekat dengan kata “bebas”. Namun, entah disadari atau tidak, rasa sayang dan perasaan takut kehilangan yang berlebihan membuatmu mengekang pasangan. Kamu panik atau bahkan marah saat dia tak terlihat disekitarmu, tak membalas SMS atau mengangkat telepon darimu. Bahkan, saat ingin pergi dengan teman atau mengakrabi hobinya pun harus terlebih dahulu minta ijin padamu.
Saat kamu dan pasanganmu sama-sama saling mengekang, kalian justru rentan berselisih paham. Alih-alih menikmati hubungan, kalian justru sibuk saling menyalahkan. Padahal, hubungan yang sehat adalah hubungan yang membebaskan; menghargai dan menghormati hak-hak pasangan. Apapun yang ingin dilakukan selama tak merugikan diri sendiri dan orang lain tentu sah-sah saja.
ADVERTISEMENTS
3. Kamu tak harus kehilangan jati diri demi menyatukan dua karakter berbeda dalam hubungan ini
Berusaha jadi pasangan yang ideal bagi pasangan, terkadang kamu rela mengubah diri. Karakter aslimu yang tomboy perlahan berubah jadi feminin lantaran dia yang memintanya. Hobi traveling sendirian pun jadi jarang kamu lakoni karena pasangan berharap kamu selalu ada disampingnya.
Padahal, usia 20-an adalah waktu yang paling tepat untuk menikmati hidupmu sendiri. Kamu berhak jadi apa saja atau pergi kemana saja mengikuti panggilan hatimu. Dia yang kini menjadi bagian dalam hidupmu tak selayaknya mengubah karakter aslimu. Toh kalian pernah sama-sama jatuh cinta meskipun tampil “apa adanya”. Jika setelah menjalani hubungan dia justru berusaha mengubahmu, mungkin dia tak benar-benar punya perasaan yang dalam padamu.
ADVERTISEMENTS
4. Sebelum mencintai pasangan, kamu wajib mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu
Rasa cinta pada diri sendiri erat kaitannya dengan kepercayaan diri. Hal inilah yang akan menjauhkanmu dari pikiran negatif atau perasaan “tidak aman” dalam sebuah hubungan. Cara pertama yang harus dilakukan adalah berdamai dengan segala kelebihan dan kekurangan diri – menerimanya sebagai satu paket komplit yang membuat dirimu sah sebagai individu yang unik.
Saat berhasil mencintai diri sendiri, kamu akan bertumbuh jadi pribadi yang lebih kuat. Berbeda dengan saat masih remaja, usia 20-an menempamu untuk siap menghadapi berbagai masalah yang jadi ujian dalam hubungan. Kamu bukan lagi pribadi yang lemah dan butuh ditopang pasangan. Meskipun harus menjalani hubungan jarak jauh atau bahkan putus sekalipun, kamu masih sanggup melanjutkan hidupmu sendiri setelahnya.
ADVERTISEMENTS
5. Menginjak usia dewasa kamu mengerti: benar-benar mencintai berarti percaya sepenuhnya pada pasangan
Dalam sebuah hubungan, wajar jika ada rasa takut dikhianati. Lumrah jika ada rasa khawatir kalau-kalau perasaanmu yang tulus ternyata tak dibalas dengan sepadan oleh pasanganmu. Namun, kebiasaan meragukan pasangan inilah yang justru bisa jadi racun dalam hubungan yang kalian jalani. Pasangan tentu tak nyaman jika selalu dicurigai atau tak dipercaya. Saat bisa benar-benar menyayangi dia, seharusnya kamu memberikan kepercayaanmu sepenuhnya, ‘kan?
ADVERTISEMENTS
6. Di usia ini, kamu akan merasa tak punya lagi waktu untuk ragu pada perasaanmu sendiri
Ungkapkan berbagai perasaan yang kamu rasakan dalam hubungan, baik saat senang maupun susah. Kondisi hati, perasaan, dan emosimu memang sepantasnya disuarakan. Usia dewasa akan menuntunmu untuk jujur dan berdamai dengan segala kenangan di masa lalu. Pengalaman gagal yang sudah lalu tak membuatmu menyerah. Berbagai pengalaman justru membuatmu lebih mantap menjajal hubungan baru yang lebih menjanjikan.
6. Ibarat datang dari dua planet berbeda, cewek dan cowok jelas punya karakter unik mereka sendiri
Cowok kadang terlalu cuek, sedangkan cewek biasanya cerewet dan terlalu banyak mengatur. Masalah-masalah yang timbul lantaran perbedaan karakter antara cowok dan cewek sudah pernah kamu alami. Hal itu membuatmu mau belajar untuk pintar-pintar berkompromi dan menyiasati perbedaan. Agar tak terjadi perselisihan atau putus hubungan, kamu dan pasanganmu pun sama-sama berusaha bersikap dewasa demi mengatasinya.
7. Fakta bahwa kamu berharga untuknya tak lantas membuatmu berhak bersikap seenaknya saja
Kedewasaan membuatmu mengerti bahwa sikap hormat dan saling mengerti bisa jadi fondasi bagi hubungan yang sehat dan langgeng. Status sebagai pacar tak lantas menjadikanmu merasa berhak memerintah atau menyuruh pasangan untuk melakukan inginmu. Kata “tolong” saat meminta bantuan atau ucapan terima kasih pun pantas didapat dia yang selama ini bersedia mendampingimu.
8. Tak peduli seberapa pun kamu ingin mencintai pasanganmu, hubunganmu akan kandas jika kamu tak menghargai diri sendiri dulu
Berhati-hati saat mencari pasangan bisa jadi salah satu caramu untuk menghargai diri sendiri. Di usia produktifmu, kamu tak seharusnya menghabiskan waktu dan tenaga untuk menjalin hubungan dengan orang yang salah. Kamu tak sepatutnya memilih dia yang enggan memperjuangkan mimpinya, tak gigih mewujudkan cita-cita, atau malas belajar hal-hal baru. Yang pasti, menghargai diri sendiri adalah cara paling mudah untuk perlahan menata dan mempersiapkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.
9. Kamu mulai mengerti bahwa orang yang kamu cintai harus pula menjadi sahabat, serta orang yang bisa diandalkan tiap saat
Di usia 20-an, kamu bisa jadi pernah merasakan momen mencintai dengan begitu dalam. Kamu pun tak segan menjadi penopang bagi pasanganmu. Berusaha datang saat diperlukan, memperhatikan segala kebutuhannya, hingga menjadi pendukung utama segala keinginan dan cita-citanya.
Namun, momen bertambahnya usia berhasil menyadarkanmu. Bahwa sepasang kekasih sepatutnya bisa saling menyeimbangkan perasaan. Tak boleh berat sebelah; salah satu yang selalu memberi, pun satu lagi yang hanya mau menerima. Kamu dan pasanganmu wajib bisa bertukar posisi sesuai kondisi.
10. Seberapa penuh kasih sayang pun hubunganmu dengan pasangan, kamu masih punya bagian hidup lain berupa keluarga dan teman
Kadang, hadirnya pasangan dalam keseharian membuatmu melupakan hal-hal lain yang sebenarnya tak kalah penting. Keluarga, teman, hobi, mimpi; banyak hal yang selayaknya tetap mendapat waktu dan perhatian yang seimbang darimu. Bagaimanapun, teman adalah mereka yang menemani perjalanan hidupmu, sedangkan keluarga sudah pasti selalu ada untuk mendukungmu.
Di usia ini kamu akan sadar bahwa kehadiran pasangan tak lantas merenggangkan hubunganmu dengan teman dan keluarga. Justru kehadirannya layak menjadikan ikatan pertemanan maupun keluarga menjadi semakin erat.
11. Meski sudah lama menjalin hubungan, bukan berarti kamu dan pasanganmu tak perlu lagi bersikap romantis
Salah jika kamu beranggapan bahwa perilaku romantis hanya milik mereka yang baru menjajaki pendekatan atau masa awal pacaran. Salah pula jika menganggap bahwa hubungan yang manis hanya milik mereka yang masih remaja.
Sikap romantis selayaknya dipertahankan sampai kapan pun demi hubungan yang seterusnya hangat dan membahagiakan. Jangan pernah mengabaikan pasanganmu atau merasa jumawa lantaran hubungan kalian sudah berlangsung lama dan baik-baik saja – tak perlu banyak usaha. Sikap menggampangkan inilah yang justru jadi “penyakit” yang perlahan-lahan akan merenggangkan hubungan kalian.
12. Momen 20-an adalah kesempatanmu menemukan pelajaran cinta yang paling berharga, bahwa mencintai berarti merelakan dia yang tak tertakdirkan untukmu
Kamu mungkin pernah mencintai begitu dalam; menemukan seseorang yang menurutmu paling tepat dan sempurna. Kamu punya rencana dan harapan indah untuk diwujudkan bersamanya. Setelah beberapa tahun pacaran, berharap bisa segera menikah di umur 25 dan hidup bahagia.
Sayangnya, nasib dan takdirmu berkata lain. Dia yang kamu banggakan ternyata tak benar-benar baik dan justru mengkhianatimu. Meskipun dihantam rasa sakit yang luar biasa, kedewasaan menuntunmu untuk rela melepaskan dia yang memang tak layak dipertahankan. Setelahnya, kamu pun bersiap melanjutkan hidupmu, memperbaiki diri, dan berharap menemukan tambatan hati yang baru.
Momen memori perjalanan cinta sama halnya seperti sedang belajar. Banyak hal yang bisa jadi pengingat demi kehidupan cinta yang lebih baik di masa depan. Semoga kehidupan cintamu selalu berbahagia, ya! 🙂