Apa yang kamu ragukan dari kasih sayang Bapak dan Ibumu? Meski kadang keputusan Bapak Ibumu itu nggak sejalan dengan keinginanmu, tapi setelah dijalani ternyata apa yang dikatakan Bapak dan Ibumu banyak benarnya juga. Kadang juga kita sering bertanya-tanya, kapan mereka ngobrol serius tentang kita? Kapan mereka punya waktu untuk memikirkan kita? Atau jangan-jangan mereka ngobrol dan membahas semua hal tentang kita saat kita tertidur? Bisa jadi memang begitu.
Banyak hal yang mereka perbincangkan saat kamu tidur. Nggak hanya soal sekolah dan kuliahmu, sering kali mereka membicarakan kelakuan lucumu. Meski nggak selalu tentang hatimu, paling tidak saat kamu tertidur mereka menilaimu dan memperhitungkan setiap langkah yang akan mereka ambil dengan intens. Nggak hanya itu, kadang saat kamu lelap tertidur, mereka biasa mengungkapkan keluh kesah tentang kamu, kesedihan dan semangat yang membara untuk membuatmu senang dan berbangga hati.
ADVERTISEMENTS
1. “Pak, biarpun penghasilan kita tak seberapa, adik tetap harus kuliah. Dan kita harus kerja lebih keras lagi, Pak!”
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. “Nggak kerasa ya Buk, anak kita sudah kepala dua. Semoga kita diberi kesehatan ya Buk, biar bisa lihat anak kita berkeluarga.”
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. “Alhamdulillah ya Pak, anak kita sekarang lebih rajin dan mandiri. Padahal dulu bandelnya setengah mati.”
ADVERTISEMENTS
4. Ibu tak tahu harus cari uang ke mana lagi, Pak… dia butuh laptop katanya buat sekolah. Semoga besok ada rejeki buat anak kita
5. “Ibu istirahat aja dulu, biar nanti seragam adek bapak yang siapin….”
Karena di balik sikap ayah yang lebih banyak diam, tegas dan keras, beliau tetap punya perhatian yang tak kalah besar untukmu.
6. “Akhirnya anak kita wisuda ya Bu…. Semoga dia tak lantas tinggi hati, apalagi malu punya orangtua seperti kita yang sederhana ini.”
7. “Sudahlah, Bu…. anak kita harus merantau, simpan dulu rasa kangenmu. Boleh kamu nangis seperti itu, tapi jangan di hadapannya ya….”
8. “Beruntung banget kita, Pak. Punya anak nurut dan prihatin seperti dia. Besok kalau kita punya rejeki lebih, ibu mau belikan dia hadiah.”
9. “Kasihan lihat dia, Pak. Teman-temannya sudah banyak yang punya motor, sedangkan kita beri dia uang saku sekolah aja cuma sedikit.”
10. “Yang sabar ya, Nak. Bapak Ibumu belum bisa wujudkan semua keinginanmu, semoga kalau umur kami panjang apa yang jadi maumu kita wujudkan.”
11. “Kita sudah setua ini, Pak. Semoga anak kita secepatnya dapat jodoh, sudah nggak sabar gendong cucu….”
Mirisnya kita sering menyangsikan keseriusan mereka dalam merawat dan memikirkan kita. Kamu harus paham bahwa kamu pun sering curhat bersama teman tentang orang tuamu tanpa sepengetahuan mereka. Mereka juga begitu, mereka punya cara bijak untuk menentukan langkahmu ke depan, banyak rasa syukur kepada Tuhan tentang kehadiranmu, dan kamu nggak perlu tahu itu. Mereka bangga punya anak seperti kamu, sebandel-bandelnya kamu dan senakal-nakalnya kamu. Kamu harus bersyukur.