Punya banyak teman pasti menyenangkan apalagi kalau kamu dan dia sama-sama tulus buat menjalin pertemanan, tanpa syarat dan tanpa ketentuan. Namun harus diakui kita sering membuat penilaian yang keliru. Orang yang selama ini kamu anggap teman baik malah menjadi orang yang selalu membuat kamu jalan di tempat.
Layaknya racun, pandangan yang ia miliki mempengaruhimu, membuatmu gak bisa menjadi orang yang lebih baik. Anehnya, kamu masih aja bergaul dengan orang yang mengaku sebagai teman tersebut. Itu karena kamu belum bisa melihat teman seperti apa yang pantas kamu pertahankan dan “teman” seperti apa yang harus kamu campakkan. Dalam artikel ini kamu akan menemukan beberapa jenis teman yang harus kamu pertanyakan lagi keabsahan pertemanannya. Jika perlu kamu campakkan sebelum mereka merugikan kamu.
ADVERTISEMENTS
1. “Si Tukang Keluh” yang selalu membuang keluh kesahnya pada kamu
Orang seperti ini selalu bersemangat kalau berjumpa kamu, bukan karena dia kangen tapi karena dia gak sabar mengeluh, mengeluh dan mengeluh di hadapanmu. Percakapan yang kalian lakukan hanya berkisar pada masalah yang ia miliki, tanpa menyadari bahwa semua orang juga punya masalah.
Dia mengoper masalahnya ke padamu supaya merasa lebih baik, lebih lega karena kamu juga akan kena imbasnya. Layaknya tempat sampah, dia membuang “sampahnya” ke dalam pikiran kamu dan mau gak mau kamu jadi ikut-ikutan mengeluh seperti dia.
ADVERTISEMENTS
2. “Teman yang Hampir Seperti Vampir”, dia menghisap energi positifmu
Ada kalanya ketika kamu dan rekan kerja berada dalam ritme yang sama untuk menyelesaikan pekerjaan. Kalian udah menciptakan vibe dan suasana yang asik, sehingga kalian bersemangat dan menikmati pekerjaan. Namun ketika “teman” yang satu ini mulai beraksi, semuanya jadi kacau. Ketika kamu bicara dengannya kamu merasa kewalahan, lelah seakan-akan semua energi positif yang tadi bertebaran dihisap habis oleh orang ini. Dia menghasut, bicara kasar dan kotor, serta mengganti suasana positif tadi menjadi negatif.
Jika kamu sering merasa kewalahan saat menghadapi orang-orang seperti ini, satu-satunya jalan terbaik adalah segera ambil ancang-ancang, lalu pergi.
ADVERTISEMENTS
3. “Si Arogan” yang menutupi arogansi-nya dengan kedok percaya diri
Untungnya ada perbedaan besar antara arogan dengan percaya diri. Kalau orang yang percaya diri bisa menginspirasi orang lain, maka orang arogan cuma bisa mengintimidasi orang di sekitarnya. Gayanya yang mencolok seakan menantang semua orang. Dia selalu merasa paling tahu dan merasa lebih unggul dibanding teman-temannya.
Dalam hal bekerja dalam tim, dia gak canggung untuk mengambil peran “The One Man Show” karena berpikir hanya dia yang punya kemampuan untuk melakukan sesuatu. Orang seperti ini bisa bicara berjam-jam soal dirinya, dirinya dan dirinya.
ADVERTISEMENTS
4. “Teman yang Hilang-Timbul Seenaknya”, hanya datang padamu ketika ada butuhnya saja
“Teman” seperti ini baru menghubungi kamu ketika dia lagi ditinggal pacarnya pergi atau ketika dia baru putus. Dia datang padamu untuk mewek-mewek karena baru aja berantem, putus atau semacamnya. Lalu ketika dia udah punya pacar baru, dia hilang dari peredaran gak pernah SMS kamu lagi. Hingga akhirnya dia datang juga karena baru aja putus (lagi).
Sebenarnya wajar-wajar aja kalian jarang berjumpa bila dia punya pacar, namun apakah wajar jika dia datang dan pergi seenaknya, baru muncul jika ada maunya aja? Apa pantas jika kamu dijadikan pelampiasan rasa bosannya? Emangnya kamu boneka?
Perilaku hilang-timbul ini tidak hanya kamu temukan pada orang yang kasmaran aja, tapi bisa juga kamu lihat dari teman lagi butuh sesuatu dari kamu misalnya butuh informasi, minta direkomendasikan dan (ini yang bahaya) menginginkan sesuatu yang bersifat materil dari kamu.
Biasanya dia tiba-tiba jadi baik, lebih perhatian dan ngajak kamu jalan, setelah sekian lama kalian gak ketemu. Ternyata dia ngajak kamu pergi karena lagi ingin mejeng di mobil baru kamu. Hah!
ADVERTISEMENTS
5. “Si Oportunis”, teman yang memanfaatkan kebaikanmu demi keuntungan pribadi
Sama seperti menjalin hubungan romantis, dalam hubungan pertemanan juga ada yang namanya saling memberi dan menerima. Sebagai manusia yang baik kamu pasti selalu memberi perhatian dan kepedulian pada temanmu, tanpa mengharap balasan. Namun mengerikannya emang ada orang selalu memanfaatkan kebaikan seperti ini, dia maunya diberi perhatian melulu, tanpa memberi kepedulian yang sepadan pada orang lain. Kamu gak usah heran terhadap orang yang seperti ini, karena kebiasaan ingin selalu menerima sudah tertulis di DNA mereka.
Jika kebetulan kamu orang yang baik dan perhatian tanpa pamrih, maka orang oportunis seperti ini dengan senang hati berada di dekatmu, menjadi “teman” kamu agar bisa memanfaatkan kemurahan hatimu menjadi keuntungan pribadinya.
ADVERTISEMENTS
6. “Si Manja”, teman kekanak-kanakan yang nggak pernah tumbuh dewasa
Sebenarnya penting bagi kamu dan teman menjaga kobar semangat ala anak-anak di dalam dada kalian. Anak-anak itu bebas, riang, dan gak mau ambil pusing, sifat kekanakan yang sesekali bisa kamu terapkan dalam kehidupan. Tapi akan jadi masalah ketika temanmu selalu kekanakan di seluruh situasi hidupnya. Dia manja, mudah cemberut, merajuk, melancarkan strategi pasif agresif dan selalu bertingkah layaknya korban dalam tiap situasi. Kamu mungkin berpikir, “Gak ada yang sempurna, mungkin dia emang agak ‘spesial’” dan menangani orang yang emosinya labil seperti ini emang gak pernah mudah.
Namun pada tahapan umur tertentu (baca: sekarang) setiap orang harus bisa mengandalkan dirinya untuk dirinya masing-masing, everyman for himself. Dia harus beranggungjawab atas perilakunya sendiri dan mulai melakukan pekerjaan tanpa harus merepotkan orang lain. Jika temanmu ini masih juga manja, gak ada salahnya kalau kamu putuskan untuk mencampakkannya.
7. “Si Pembuat Rencana” yang rencananya tak pernah terwujud
Tukang wacana: “Eh, kapan-kapan nongkrong yuk! Aku pengen cerita banyak. Kamu deh yang nentuin kapan dan di mana.”
Kamu: “Boleh, lusa jam 10 di warkop ABeCe, ya.”
(Lusa, jam 10 kurang 10 menit)
Tukang wacana: “Aduh, sorry aku gak bisa ketemu hari ini. Kapan-kapan, ya. Kamu deh yang pilih waktu dan tempatnya.”
Kamu: “Hmm…udah biasa, udah gak kaget.”
Oke, semua manusia di dunia punya kesibukan, tapi itulah sebabnya kamu rela meluangkan waktu untuk bersama orang yang kamu sayang. Berkumpul bersama mereka itu penting dan sebuah keharusan walaupun cuma sebentar.
Lalu, kenapa kamu buang-buang waktu untuk orang yang bisanya cuma bikin rencana? Masih banyak teman kamu yang lebih penting dan lebih peduli ingin menghabiskan waktunya bersamamu. Mungkin kamu bisa terima jika dia ada urusan mendadak atau perihal keluarga yang mendesak, tapi kalau tiap kali berjanji dia selalu ingkar ‘kan kamu jadi malas juga.
Apa lagi alasan pembatalan janjinya selalu gak jelas dan sepihak. Orang seperti ini menandakan dia gak bisa menghargai waktu kamu, jadi untuk apa kamu menghargai waktunya? Beri prioritas untuk orang yang memprioritaskan dirimu.
8. “Si Tukang Menyudutkan”, teman yang selalu membuatmu merasa bersalah
Dia menuntut banyak dari kamu dan ketika kamu gagal memenuhi harapannya, dia akan memastikan kamu merasa menyesal dan bersalah. Seolah-olah kamu gak berusaha sama sekali untuk membahagiakannya, padahal kamu udah memberikan usaha terbaik. Jika kalian berada dalam lingkungan kerjasama tim, dia gak akan segan-segan menunjuk kamu sebagai biang keladi kegagalan tim.
Selain secara gamblang menyalahkan dirimu, ada juga orang yang secara halus mengandalkan kalimat sindiran untuk menempatkan kamu dalam posisi bersalah.
9. “Teman yang Kadar Kepeduliannya Diragukan”, bahkan dia nggak berusaha mengingat tanggal-tanggal penting di hidupmu
Wajar dia gak tahu tanggal ulang tahunmu jika kalian baru beberapa bulan berteman. Teman yang harus kamu pertanyakan keabsahaannya adalah mereka yang udah bertahun-tahun kenal denganmu dan rajin hang out bareng namun gak pernah peduli apakah kamu sedang berulangtahun, baru lulus wawancara kerja, dan dia bahkan gak peduli kamu sedang sehat atau sakit.
Ketika kalian bertemu, dia gak pernah berpikir untuk menanyakan kabarmu? Apa kesibukanmu sekarang dan sebagainya. Yang dia pedulikan hanya dirinya sendiri dan pastinya dia gak akan peduli kalau kamu campakkan sekarang juga.
10. Last but not least, “Teman Palsu” yang menutupi kebenciannya padamu dengan senyuman
Senyumnya manis, dia selalu memberi semangat serta selalu memasang wajah sumringah tiap kali berjumpa dengan kamu. Tapi diam-diam dia gak pernah suka padamu, dari belakang dia menjelek-jelekan kamu. Dia gak ingin kamu sukses dan yang pasti dia gak ingin kamu menyamai keberhasilannya.
Selama “berteman” dengan kamu dia selalu melihat semuanya sebagai kompetisi, seakan-akan ia berniat untuk menyikutmu di tiap tikungan. Untuk orang yang satu ini kamu harus ekstra hati-hati, jangan mudah percaya dan selalu andalkan firasatmu. Pengalaman berteman dengan orang-orang yang tulus akan membantu kamu lebih peka untuk melihat teman yang palsu seperti ini.
Gimana, guys? Dari 10 macam teman di atas ada gak yang menjadi “teman” kamu sekarang? Yang mana aja? Kalau kamu gak punya satu pun, mungkin kamu orang paling naif beruntung di dunia.