Apa sih yang muncul di pikiran kamu ketika bicara tentang mahasiswa Fakultas Hukum? Mungkin, sekilas canggung rasanya ketika ingin kenal lebih dekat dengan mereka. Dianggap berkepribadian kaku, suka mengkritik, hobi berdebat kusir, berbagai stereotip negatif melekat dalam diri mereka.
Padahal seperti halnya mahasiswa Sastra atau Teknik Informatika, mereka yang mendiami Fakultas Hukum juga layak dijadikan pasangan lho! Mereka punya sekian kualitas yang membuatmu tak perlu lagi berpikir dua kali untuk menjadikannya pendamping di masa depan. Nah, apa aja sih kualitas yang mereka punya? Simak di artikel ini, yuk!
ADVERTISEMENTS
1. Jangan pikir cuma anak Teknik/Kedokteran saja yang harus belajar ekstra. Sebagai salah satu fakultas terfavorit di Indonesia, FH menuntut mahasiswanya berjuang agar bisa bersinar di antara teman-teman mereka.
Kalau ditanya kuliah apa yang materinya paling susah, rata-rata dari kita akan menjawab Teknik atau Kedokteran. Namun jangan salah, jurusan Ilmu Hukum juga sebenarnya sangat menantang. Karena Hukum adalah salah satu jurusan di Indonesia yang mahasiswanya paling banyak, mereka para anak Hukum harus belajar giat agar bisa bersaing dengan teman-teman seangkatan. Bayangkan saja, di semester-semester awal seringkali mereka harus belajar di satu kelas yang bisa terdiri dari 200-400 mahasiswa. Kalau tidak benar-benar niat kuliah, mereka akan susah berkonsentrasi. Ini juga latihan menjadi berani karena untuk bertanya kepada dosen kamu harus mau jadi pusat perhatian ratusan teman seangkatan.
Beberapa dosen bahkan mengaplikasikan sistem nilai yang kompetitif: beliau akan mencari mahasiswa dengan nilai tertinggi, kemudian memberi nilai mahasiswa-mahasiswa lainnya berdasarkan nilai tertinggi di kelas tersebut. Artinya kamu bukan hanya harus menjawab sebanyak-banyaknya pertanyaan dengan benar; kamu juga harus bersaing dengan teman-teman sendiri untuk mendapatkan nilai yang cukup di kelas tersebut.
Tapi ini lebih dari soal bersaing dengan teman. Materi yang mereka pelajari pun ampun-ampunan. Bukan hanya menghafal puluhan pasal, karena undang-undang toh bisa berubah seiring zaman. Sebenarnya mahasiswa Hukum juga harus punya nalar yang jalan dan insting mantap dalam mencari kebenaran. Selain itu, mereka juga nggak bisa berharap bisa bebas dari hitung-hitungan. Gimana ceritanya bisa bebas kalau justru harus berjumpalitan menghitung pajak dan warisan? Istilah seperti beban persatuan, harta waris kotor, dan beban waris pun harus dimengerti benar.
Ribet ya kedengarannya? Justru itu seninya belajar di Fakultas Hukum. Cuma mereka yang teruji yang bisa bertahan di fakultas ini!
ADVERTISEMENTS
2. Walau begitu mereka bukanlah orang yang ingin selalu menang. Di balik tekanan untuk selalu bekerja keras, mahasiswa Hukum juga tak lupa pentingnya bekerjasama.
“Jangan mau pacaran sama anak Hukum! Nanti lo didebat terus. Kesalahan lo juga bakal dicari-cari terus.”
Eh, siapa bilang? Walaupun Fakultas Hukum terkenal dengan aura kompetitifnya, justru hubungan pertemanan antar mahasiswa di Fakultas Hukum terkenal sangat erat. Pasalnya, tugas-tugas yang diberikan oleh dosen rata-rata berupa tugas kelompok.
“Pertemanan di antara anak Hukum itu kuat, soalnya kebanyakan tugas kita adalah tugas kelompok.”
Meta, 34, Inggris
Apalagi kalau mereka harus menjalani kelas peradilan semu atau moot court. Demi proyek ini, mereka dan kelompok mereka sering harus begadang semalaman atau menginap di salah satu rumah teman demi bisa menyelesaikan tugas. Hebatnya lagi, ini berjalan selama 1-2 semester penuh.
Jadi jangan khawatir kalau pacarmu selalu ngotot mau menang hanya karena dia mahasiswa Hukum. Justru fakultas ini menempanya untuk punya insting hebat tentang kapan dia harus bekerja keras, dan kapan harus bekerja sama. Lagipula, dia pasti tak akan punya alasan untuk tak mau bekerja sama denganmu, pasangan yang dia cintai sepenuh hati?
ADVERTISEMENTS
3. Prinsip mahasiswa Hukum adalah ilmu yang mereka pelajari harus berguna. Itu mengapa, begitu lulus banyak perusahaan dan lembaga yang berburu ingin meminang mereka.
“Anak Hukum punya image positif soal masa depan. Pengacara, notaris, hakim, jaksa, pengajar; berbagai profesi keren siap kita lakoni.”
Rafika Agmi Dharma, 23, Jakarta
Menurut survei yang dilakukan oleh Higher Education Statistics Agency di Inggris, Hukum termasuk dalam 10 jurusan yang lulusannya paling mudah memperoleh pekerjaan. Ada 91,9% lulusan Hukum di tahun 2010/2011 yang bisa langsung bekerja setelah lulus.
“Sarjana Hukum itu bakal cepat dapat pekerjaan karena hampir 99,99% perusahaan pasti membutuhkan staf legal.”
Reza, 23, Jakarta
Hal ini tentu tak terjadi di luar negeri saja. Di dalam negeri pun kondisinya serupa. Berbagai perusahaan besar dan bank misalnya, pastilah membutuhkan legal officer yang menangani segala urusan perusahaan yang berkaitan dengan hukum. Bayangkan, berapa banyak sarjana Hukum yang dibutuhkan seluruh perusahaan yang ada di Indonesia ini? Bukankah kehidupan di masa depan tak perlu dikhawatirkan jika kamu berdampingan dengan dia?
ADVERTISEMENTS
4. Dengannya, kamu akan menjadi lebih peka. Dia adalah pasangan berwawasan luas yang memperhatikan cermat fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
“Fakultas Hukum memang punya kesan yang mentereng. Itu lantaran mahasiswanya terkenal punya wawasan luas dan selalu up-to-date dengan berbagai fenomena yang terjadi.”
Saras, 24, Semarang
Bukan berarti mahasiswa jurusan lain tidak punya wawasan yang luas. Namun, khusus untuk mahasiswa Fakultas Hukum, mereka memang terdidik untuk peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan biasanya jadi bahan diskusi di kelas-kelas, baik secara mandiri maupun bersama dosen dalam format perkuliahan.
Kebanyakan dari mahasiswa Fakultas Hukum juga suka membaca. Mereka diajarkan untuk rajin-rajin menyerap informasi dari berbagai sumber sehingga ketika diminta menganalisa suatu kasus, mereka sudah punya pemahaman yang mendalam. Wawasan dan pengetahuan yang dia punya pun akan ditularkan padamu.
Jangan kaget jika dalam kehidupan sehari-hari kalian akan terlibat dalam percakapan semacam ini:
Kamu : “Hun, helmnya kita bawa ke dalem aja ya? Takut dimalingin nih.”
Pacar : “Ribet ah, dikunci aja di motor.”
Kamu : “Lah ntar kalo ilang gimana? Itu lho dibaca tulisannya, ‘kehilangan barang bukan tanggung jawab pengelola parkir’.”
Pacar : “Halah… Udah santai aja. Itu tuh klausula baku ilegal. Harusnya mereka gak boleh bilang mereka gak tanggung jawab.”
Kamu : *nyengir aja deh*
ADVERTISEMENTS
5. Mereka terbiasa lugas, komunikatif, dan percaya diri. Jika punya aspirasi, mereka akan berusaha untuk tak menyamarkannya dalam kode-kode penuh misteri.
Meski tak semua kelas di Fakultas Hukum berisi debat dan diskusi, para mahasiswanya memang terbiasa saling bertukar pandangan tentang kasus-kasus yang sedang hangat diulas di media.
“Kita udah nggak malu-malu kalau harus tampil bicara di depan umum. Kemampuan bicara kita udah terlatih sehari-harinya.”
Astrid, 21, Jakarta
Namun, banyak bicara bukan berarti mereka bisa asal buka suara. Anak-anak Hukum pun mengerti bahwa apa yang mereka sampaikan harus logis dan bisa dipertanggungjawabkan.
“Meskipun pinter ngomong, kita tetep kudu bicara sesuai dasarnya dan nggak boleh asal.”
Panda, 24, Solo
Itulah mengapa para mahasiswa Hukum terbiasa menyampaikan aspirasi dengan komunikatif dan lugas. Kamu tak akan menemukan harapannya dalam hubungan dikamuflase dalam kode-kode yang nyaris mustahil dipecahkan. Namanya juga mahasiswa yang terbiasa dengan kepastian?
ADVERTISEMENTS
6. Jika kamu yang justru biasa bicara dalam kode, tak perlu cemas juga. Dia punya kemampuan analisis yang matang berkat tuntutan memahami kalimat per kalimat undang-undang dan pasal-pasalnya.
“Kemampuan analisis mereka nggak perlu diragukan. Anak Hukum terbiasa berpikir dengan detail dan teliti.”
Nisa Basti, 23, Bandung
Mahasiswa Fakultas Hukum sudah terlatih untuk menghafal. UUD 1945, Hukum Tata Negara, KUHPerdata, KUHPidana; berbagai materi yang selain harus dihafal, juga wajib dipahami isinya. Ketika hampir semua materinya berupa bacaan, mereka pun harus memahami kalimat per kalimat dengan detail dan teliti. Pasalnya, pemahaman yang keliru bisa jadi berakibat fatal karena bisa mengubah maksud yang sebenarnya.
Tentu saja akhirnya mereka menjadi pribadi yang teliti. Nah, karena itu, tak perlu khawatir ketika kamulah yang terbiasa menyampaikan keinginan dalam “kode-kode rahasia”. Sebagai pencari kepastian, dia akan dengan sabar mengolah dan menebak apa yang sebenarnya kamu maksudkan.
Sifat teliti dan berhati-hati juga terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Tahu bahwa setiap tindakan pasti ada konsekuensinya, mereka akan baik-baik berpikir dan menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan. Insting pribadi pun akan digunakan agar apa yang jadi keputusannya tak akan disesali suatu hari nanti.
Jika akhirnya dia memilih kamu sebagai pendamping, apakah kamu masih merasa perlu meragukan dirinya? Bukankah keputusannya untuk memilih kamu pasti sudah baik-baik dipertimbangkan sebelumnya?
7. Bagi anak-anak Hukum, masalah ada untuk dipecahkan — bukan untuk ditinggalkan. Mereka akan gigih mencari cara menyelesaikan suatu problema dengan ilmu-ilmu yang mereka punya.
“Belajar hukum itu bikin kita tahu gimana caranya menyelesaikan masalah. Analisis dan logika kita benar-benar diasah, termasuk skill negoisasi yang bakal bermanfaat banget di dunia kerja.”
Nea, 24, Salatiga
Umumnya, orang akan mudah panik ketika berbuat salah atau menghadapi masalah. Namun, berbeda dengan mereka yang kuliah di Fakultas Hukum, ketenangan adalah salah satu kelebihan yang mereka punya. Saat di-“hajar” lawan dalam sebuah sesi debat misalnya, panik justru membuat performa mereka makin kacau. Agar tetap bisa berpikir jernih, bersikap tenang adalah salah satu kuncinya.
Dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, ketenangan semacam ini juga sangat dibutuhkan. Tak bisa dipungkiri, setiap harinya kita tak bisa lari dari kemungkinan ditimpa masalah. Namun, selama tetap bisa tenang dan mengendalikan diri, masalah seberat apapun pasti bisa ditangani. Selain itu, skill negosiasi yang mumpuni menjadikan mereka piawai berhadapan dengan klien, atasan, maupun sesama rekan kerjanya.
8. Jangan dikira mereka adalah orang-orang yang kaku. Anak-anak Hukum justru tetap bisa romantis atau bersikap lucu!
“Bukan berarti kita ngafalin pasal sama Undang-Undang setiap hari, ya! Kita juga have fun kok sehari-harinya.”
Arifin, 24, Makassar
Sering bicara perkara hukum dan kondisi negara membuat anak-anak Hukum dianggap punya karakter kaku atau terlalu serius. Padahal, sama seperti mahasiswa-mahasiswa jurusan lain, mereka pun menjalani kehidupan yang sewajarnya. Pergi nongkrong, jalan-jalan, ke bioskop; berbagai hal yang lumrah dilakoni mahasiswa pada umumnya.
Sama halnya saat pacaran atau ketika bicara tentang perasaan, mereka pun akan berlaku seperti biasa. Naksir teman seangkatan atau kakak senior juga jadi hal yang lumrah terjadi di lingkungan Fakultas Hukum. Jika anak IT bisa menyatakan cinta lewat bahasa pemrograman, anak Hukum pun bisa bicara cinta dengan pasal. Nah lho!
“Saking seringnya menghafal pasal, saya sampai menemukan pasal untuk jujur dan mengaku kalau saya jatuh cinta dengan senior saya, lho!”
Said M. Yahya, 25, Jakarta
9. Cewek-cewek Fakultas Hukum memang dikenal glamor. Tapi jangan salah, mereka tak berotak kosong. Justru penampilan mereka menunjukkan bahwa mereka adalah calon-calon pekerja profesional.
Dibanding jurusan atau fakultas lain, cewek-cewek dari Fakultas Hukum memang terkenal glamor. Glamor di sini berarti peduli dengan penampilan, tapi bukan berarti selalu tampil gemerlap dan berlebihan lho. Menurut Kiki yang berkuliah di Fakultas Hukum UNS Solo, penampilan memang salah satu yang harus diperhatikan. Apalagi, bagi calon-calon sarjana Hukum yang kelak akan bekerja di perusahaan, bank, atau kantor-kantor firma hukum.
“Glamor itu kan anggapan orang. Kita cuma berusaha menjaga penampilan supaya nggak kaget kalau nanti kerja profesional.”
Kiki, 26, Solo
Bagi cowok-cowok di Fakultas Hukum maupun dari jurusan lain, nongkrong di kampus Hukum bisa jadi salah satu cara “refreshing”. Banyaknya cewek-cewek cantik nan modis yang berseliweran setidaknya memberi semangat bagi mereka untuk menemukan jodoh di Fakultas ini.
“Beuh, cewek-cewek Hukum emang cakep-cakep, walaupun nggak ada yang mau sama gue. Hehehe.”
Ari, 22, Jogja
10. Kehidupan tak akan bisa berjalan tanpa hukum yang mengaturnya. Mereka pun percaya bahwa aturan dibuat agar manusia tak berbuat seenaknya.
Meski masih ada saja yang menganggap jurusan ini sebelah mata, mahasiswa Fakultas Hukum sendiri percaya bahwa apa yang mereka pelajari jelas ada manfaatnya. Kehidupan bermasyarakat tak mungkin bisa berjalan tanpa ada hukum yang mengaturnya. Untuk membedakan antara salah dan benar, yang boleh dan yang dilarang – hukum lah yang digunakan sebagai acuan.
“Hukum itu social engineering. Kita nggak akan bisa hidup tenang kalau nggak ada hukum yang mengatur.”
Rida, 23, Jakarta
Belajar hukum membuat mereka mengerti bahwa tak seorang pun berhak berbuat seenaknya. Ada hukum yang mengatur hampir seluruh sisi kehidupan manusia. Dia pun akan baik-baik memahami bahwa hubungan yang kalian jalani juga punya aturannya sendiri. Tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasangan, tentu sudah dia mengerti. Kamu pun tak perlu khawatir jika dia akan berkhianat atau berbuat sesuatu yang menyimpang.
“Dengan belajar hukum, kamu bisa ngerem perilakumu sendiri. Kamu nggak akan berbuat seenaknya.”
Rizal, 29, Manado
11. Mereka sebenarnya penyabar dan tak mudah menyerah. Meski dihujani stigma negatif, toh mereka tetap bertahan. Bukankah gigih adalah salah satu kriteria pasangan idaman?
“Sedih karena anak Hukum nyatanya juga sering dicibir. Mungkin karena banyak lulusan Hukum yang berkarir di bidang politik lalu terjerumus masalah korupsi.”
Diti, 20, Sorong
Banyaknya kasus penyimpangan hukum yang terjadi di Indonesia, seringkali membuat mereka yang kuliah di Fakultas Hukum harus terkena getahnya. Tak hanya dalam kehidupan sehari-hari, di media sosial pun mereka sering dijadikan bulan-bulanan. Sarjana-sarjana hukum dianggap jadi biang keladi dalam berbagai kasus hukum yang terjadi dalam negeri.
Namun, meski dihujani stigma negatif dari banyak pihak, mereka yang kuliah di Fakultas Hukum berusaha untuk tabah. Mereka mengerti bahwa masalah tak bisa dikambinghitamkan pada Fakultas Hukum itu sendiri, melainkan masing-masing individunya sendiri yang seharusnya bertanggung jawab.
“Sebagai mahasiswa Hukum, kita memang punya beban moral. Banyak yang harus dibenahi di negeri ini, termasuk masyarakatnya yang harus diajak berpikir dengan hukum.”
Asmak, 22, Mataram
Justru, mereka yang mendalami tentang hukum adalah orang-orang yang dibutuhkan di negeri ini. Mereka yang mau bersikap peka dan merasakan dengan hatinya, bahwa negara ini butuh segera dibenahi dan diselamatkan. Nah, jika dia bisa demikian gigih dan begitu peduli dengan nasib negaranya, kira-kira apa yang bisa dia lakukan untuk kamu dan hubungan kalian?
Gimana? Setelah membaca artikel ini, sudah makin mantap memilih anak Hukum sebagai calon pendamping di masa depan ‘kan?