Kita sudah terlalu terbiasa untuk tidak bersama. Sejak awal mengamini kata ‘kita’ jarak dan kesibukan langsung jadi kawan akrab yang tak bisa dilepaskan cengkeramannya. Kita lebih sering terpisah tempat. Tapi anehnya, kuatnya rasa itu tidak juga berjingkat.
Saat rindu menghantam, hubungan ini mengajarkan kita untuk lebih banyak diam. Toh mengumbar rindu tidak memudahkan keadaan. Perjalanan yang tak ringan ini membentuk kita jadi pasangan yang tidak memberatkan.
Namun kamu perlu tahu ada malam-malam sepi saat saya memeluk diri sendiri. Berharap, bisa menyampaikan padamu 10 hal yang terkesan remeh, namun sebenarnya dalam ini.
ADVERTISEMENTS
1. Saat kamu tidak di sisi, saya sering membayangkan betapa nyamannya dipeluk kamu malam ini
Momen sederhana meletakkan kepala di bahu atasmu akan tetap jadi momen termagis yang pernah saya tahu. Mendengar hela nafasmu yang beraturan, memejamkan mata sembari menghirup harummu yang membuat nyaman.
Saat sedang jauh begini rasanya rindu untuk merasakan hal-hal itu lagi. Saya rela bertukar peran dengan guling di kamarmu. Atau bahkan cicak di dindingmu. Supaya bisa melihat bibirmu yang membentuk huruf ‘O’ dalam lelap tidurmu.
ADVERTISEMENTS
2. Lagu yang biasa kita dengar bersama mencipta remang dari paha hingga kepala. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?
Saat tidak bersama macam ini hal-hal sederhana bisa terasa manis jika diputar ulang. Bagaimana kita terbiasa bersenandung saat mendengar lagu apapun yang terlintas di radio, saranmu agar saya menaikkan volume hingga 20 agar suara bass terdengar, sampai keusilanmu menggenggam tangan saya setiap lampu merah datang.
Kenangan dari hal kecil macam itu mencipta remang. Apakah di sana kamu juga merasakan gamang?
ADVERTISEMENTS
3. Semoga kamu menjaga diri sebaik-baiknya. Jangan sampai jatuh sakit selama kita tak bertatap muka
Jika kamu jatuh sakit, saya akan jadi orang paling merana di dunia. Membayangkan kamu meringkuk tak berdaya membuat saya berharap punya sayap segera. Supaya bisa menjumpai kamu yang tak bisa dijangkau kapan saja.
Semoga kamu tidak lupa makan, tidak kurang tidur, berhenti saat mata dan tubuh sudah minta diperlakukan dengan sedikit kendur. Saya tidak bisa ke sana seenaknya. Tolong jaga dirimu baik-baik saat saya tak ada.
ADVERTISEMENTS
4. Kadang saya mengecek last seen terakhir di messengermu. Bertanya, “Siapa yang kamu hubungi saat itu?”
Terkadang saya gengsi memulai pembicaraan duluan. Padahal rindu di dada sudah makin tak bisa dikendalikan. Saat sedang rindu sekali, tak jarang saya mengecek messenger tempat kita biasa berbincang. Demi mengecek pukul berapa kamu terakhir aktif mengirim pesan.
Bukan berarti saya tak percaya. Ah, kita ini sudah melangkah jauh dari dua orang yang harus bertanya kabar atau saling memberi tahu di mana. Tapi sesekali saya berharap kamu tahu bahwa saya rindu. Kemudian pesanmu datang menyapa dengan sesederhana itu. Adakah hal yang lebih manis dari dua rindu yang bertemu?
ADVERTISEMENTS
5. Saat sedang rindu-rindunya saya memilih menyibukkan diri agar kamu tak terlalu sering muncul di kepala. Buatmu, apakah ini adil rasanya?
Maafkan saya yang kadang bisa jadi sangat gila kerja selama kamu tak ada. Bukan karena apa-apa, saya hanya ingin tetap produktif meski di dada ada lubang menganga. Walaupun rindu sebenarnya membuat saya ingin bergelung seharian saja.
Tapi apakah kamu merasa saya ‘lari’ dari perasaan yang kuat dan hanya menjadikanmu yang kedua? Pernahkah kamu berharap saya tetap berlari dalam ritme yang biasa, terlepas dari ada atau tidak adanya kamu di samping saya?
ADVERTISEMENTS
6. Sesekali saya berpikir soal hidupmu yang bergulir tanpa saya. Ada rasa takut bila minusnya pendampingan ini jadi hal biasa
Tentu tenang rasanya jika jarak bukan lagi jadi hal yang membuat kita setengah gila. Namun namanya juga manusia. Kadang saya takut juga kalau lama-lama ketidakhadiran ini jadi hal biasa. Jika nanti kamu terlalu nyaman bergerak tanpa pendampingan saya.
Setiap rasa itu datang, berbagai kenangan manis kita saya panggil ulang. Demi menyadarkan, bahwa tak akan serupa rasanya saat kamu tidak ada di sisi saya. Semoga kamu pun melakoni hal yang sama.
7. Ada pula kekhawatiran jika kita kehabisan bahan pembicaraan. Akankah hubungan ini terasa membosankan?
Apakah selamanya cerita soal pekerjaanmu dan tuntutan klien saya terasa nyaman di telinga? Akankah seterusnya kita selalu punya cerita untuk dibagi berdua? Atau suatu hari kelak kita akan jadi dua orang asing yang tak tahu harus saling berkelakar macam apa?
Ketakutan-ketakutan sepele tentang kedekatan sering berdatangan. Namun sapaanmu selalu menguatkan. Di momen singkat kita sedang berbincang — saya tak pernah merasa sendirian.
8. Hubungan ini tidak mudah. Saya berharap kita tak semudah itu menyerah
Kita sudah jungkir balik mempertahankan apa yang kita punya. Saling mengunjungi saat bisa, menabung demi membeli tiket yang makin mencekik harganya, sampai rela berburu tiket promo saat ada kesempatan tiba. Hubungan ini jelas bukan untuk mereka yang mau main-main saja.
Saya harap kamu pun merasakan perjuangan yang sama. Jatuh bangun yang sayang jika dikerdilkan begitu saja. Kita tidak ditempatkan tanpa alasan. Semoga kita pun tak semudah itu mengucap kata perpisahan.
9. Jarak yang jadi kawan akrab tidak lantas menghilangkan rindu. Ada keinginan yang terus muncul agar kita bisa bertemu
“Sudah 2 tahun LDR. Pasti sudah biasa dong ya?”
Haha. Omong kosong sekali pendapat mereka. Hanya karena sudah lama mengakrabi jarak bukan berarti rindu sudah tidak lagi mencekik hingga tekak. Rasa rindu yang dirasa masih sama. Bahkan makin kuat setiap harinya. Kalau ini semudah anime yang tokohnya punya pintu ke mana saja, saya mau menawarkan apapun agar bisa meminjamnya.
10. Hubungan ini jelas untuk sesuatu. Meski tak sesering itu bisa bertemu, anehnya saya tetap mencintaimu
…kamu bukan pasangan yang bisa saya peluk seenaknya. Kita perlu mengatur jadwal hanya untuk sekadar bertemu saja. Namun anehnya, sejarang apapun pertemuan kita, saya tetap mencintaimu dalam kadar yang sama.
Bertambah malah tiap harinya.
Tolong jangan tertawa geli setelah membaca apa yang saya rasa. Beginilah jika pertemuan mahal harganya. Semoga segera kita bisa bertatap muka.