Melihat perkembangan teknologi yang kian pesat ini, membuat banyak orang berlomba-lomba untuk menciptakan peluang usaha dengan memanfaatkan jasa internet. Bahkan nggak sedikit pula yang telah sukses dalam membuat usahanya sendiri hanya dengan menggunakan internet. Seperti Brian Acton dan Jan Koum, dua orang di balik layar suksesnya aplikasi berkirim pesan WhatsApp yang kini berada di bawah payung Facebook.
Tapi kesuksesan WhatsApp setelah dibeli Facebook tiga tahun ini nggak lantas membuat salah satu dari dua orang ini tetap bertahan dan melanjutkan perjuangannya di WhatsApp Inc. Pasalnya, Brian Acton memutuskan untuk resign dari perusahaan yang telah dikelolanya sejak 2009 lalu. Lalu bagaimanakah masa depan WhatsApp tanpa salah satu pendirinya tersebut?
ADVERTISEMENTS
Perjalanan dimulai ketika Brian Acton bersama Jan Koum keluar dari Yahoo! di tahun 2007. Dua tahun kemudian, mereka mendirikan WhatsApp
WhatsApp lahir dari rahim dua orang bekas pegawai Yahoo! yang keluar pada 31 Oktober 2007 lalu. Adalah Brian Acton dan sahabatnya Jan Koum yang memiliki ide untuk membuat sesuatu dalam menyemarakkan ‘isi’ toko aplikasi App Store di iPhone yang masih terhitung masih baru di tahun 2009. Kedua orang yang pernah ditolak lamarannya oleh Facebook ini lantas kepikiran untuk membuat sebuah aplikasi yang bisa menampilkan status terbaru dari seseorang dalam daftar kontak; saat sedang sibuk, kehabisan baterai, sedang fitnes, ataupun sedang di kantor.
Dari sinilah, mereka melahirkan WhatsApp yang berasal dari kata what’s up yang berarti menanyakan sebuah kabar. Dengan bantuan dari seorang teman, Alex Fishman, akhirnya mereka mendirikan WhatsApp Inc pada 24 Februari 2009.
ADVERTISEMENTS
Keputusannya untuk keluar dari platform messenger buatannya masih meninggalkan misteri. Meski dia sudah memberi alasan pasti
After 8 years at WhatsApp, I have decided to move on and start a new chapter in my life. – Acton
Setelah pada tahun 2014 lalu WhatsApp dibeli oleh Facebook, hari ini, Acton dikabarkan telah mengundurkan diri dari perusahaan yang dia bangun bersama sahabatnya itu. Dinukil dari Indianaexpress, Acton mengatakan bahwa dia pengen berfokus pada yayasannya yang bergerak di bidang nonprofit, teknologi, dan komunikasi.
Keputusannya ini jelas membuat banyak pihak penasaran atas alasannya yang sesungguhnya. Sementara pihak Facebook belum mau berkomentar tentang kepergian Acton ini.
ADVERTISEMENTS
Lalu setelah ini, akankah ada yang baru dari WhatsApp pascakeluarnya Acton? Ya, semoga saja chat app ini nggak mengecewakan penggemarnya
I’m proud of what our team has accomplished in only a few years, and it’s humbling to see that so many people rely on WhatsApp every day.
Kabar kepergian Acton memang masih menyisakan misteri, terkait alasannya sendiri. Tapi bagi para pengguna aplikasi komunikasi ciamik ini, jelas mereka penasaran dengan keberadaan WhatsApp tanpa tangan dingin Acton. Seperti pembaruan fitur yang makin menambah kenyamanan pelanggan atas penggunaan WhatsApp atau sebagainya.
Keputusan untuk pergi dari sesuatu yang telah kita mulai atau bahkan kita ciptakan sendiri (seperti Acton dengan WhatsApp), memang masalah yang cukup kompleks. Perasaan campur aduk dan pertimbangan yang rumit pun turut mendasari keputusan berat ini. Tapi apapun yang telah membuat kita nyaman, ada baiknya kita keluar untuk mencari tantangan baru. Toh katanya, kita harus bisa keluar dari zona nyaman, bukan? Sedangkan untuk masa depan WhatsApp, kita tunggu saja perkembangan selanjutnya, ya!