Diagnosis sebuah penyakit tentu akan sangat memengaruhi kehidupan seseorang, terlepas penyakit itu kemudian benar-benar mengganggunya atau tidak. Secara psikologis misalnya, semangat hidup seseorang bisa tiba-tiba turun drastis. Apalagi jika terkena penyakit seperti HIV. Mereka yang mengetahui bahwa dirinya terjangkit virus itu tentu akan menjalani hidup dengan cara yang berbeda. Nggak cuma dari dirinya sendiri, melainkan juga perlakuan orang di sekitarnya.
Hal ini juga yang dialami oleh seorang wanita di Thailand. Tapi lebih menyedihkan lagi, diagnosis penyakit HIV yang diterima dan diyakininya selama 12 tahun adalah sebuah kesalahan. Nah, ternyata ia sama sekali nggak pernah terkena penyakit mematikan ini.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kehidupan seorang Suthida berubah 180 derajat setelah ia didiagnosis terkena virus HIV pada usia 8 tahun
Suthida Saengsumat, wanita asal Thailand selama 12 tahun bisa dibilang hidup menderita. Pasalnya, saat usianya 8 tahun, Suthida diklaim positif terkena HIV. Pemeriksaan tersebut dilakukan setelah ayahnya yang mengidap AIDS meninggal dunia dan sang ibu memiliki alergi yang serius. Guru-guru di sekolahnya pun meminta agar Suthida melakukan cek apakah ia juga terkena virus yang sama. Dari hasil pemeriksaan, ia positif terkena HIV. Tapi tidak ada pemeriksaan kedua setelah itu.
Sejak saat itulah hidupnya berubah. Semua teman-temannya perlahan mulai menjauhi Suthinda. Mereka takut jika nanti ikut tertular. Hidup Suthida tak lagi bahagia. Ia harus hidup jauh dari keramaian karena dikucilkan. Bahkan ia akhirnya berhenti sekolah dan harus selalu mengonsumsi obat antiretroviral.
ADVERTISEMENTS
Dua belas tahun kemudian, ia kembali melakukan pemeriksaan virus HIV dan kali ini hasilnya negatif
Titik terang bahwa Suthida salah diagnosis adalah saat ia melakukan pemeriksaan kembali ketika melahirkan anak pertamanya lima tahun lalu. Ia yang menikah pada usia 15 tahun akhirnya hamil dan melahirkan seorang bayi meskipun Suthida sudah memakai alat kontrasepsi. Ia pun melakukan pemeriksaan apakah anaknya juga terkena HIV. Dan hasilnya mengejutkan, anaknya sama sekali nggak terserang HIV positif. Rasa penasaran Suthida membawa dirinya untuk melakukan pemeriksaan terhadap dirinya sendiri. Benar saja, hasil pemeriksaan mengatakan kalau Suthida bebas dari HIV.
ADVERTISEMENTS
Setelah dua kali memastikan kalau ternyata selama ini dia nggak terkena HIV, Suthida pun menuntut Kementerian Kesehatan Thailand
Hasil ini membuatnya lega sekaligus histeris. Ia bersyukur ternyata ia terhindar dari penyakit mengerikan itu. Ia juga berbahagia karena mulai sekarang kedua anaknya nggak perlu hidup di bawah bayang-bayang tekanan sosial lagi. Mereka nggak perlu menjauh dan menderita karena dikucilkan. Tapi hasil itu juga mengingatkannya pada masa kecilnya yang terenggut karena salah informasi. Atas kesalahan tersebut, Suthida menuntut kompensasi pada Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand.
Kesalahan diagnosis seperti ini tentu otomatis membuat kehidupan seseorang berubah drastis. Apalagi kalau penyakitnya seperti HIV ini. Masyarakat yang kurang edukasi pun akan paranoid dan langsung menjauhi para penderitanya secara serampangan karena takut tertular. Padahal, penularannya nggak semudah itu. Semoga kejadian ini nggak terulang lagi ya di manapun!