Beberapa hari yang lalu ramai diperbincangkan seorang ibu rumah tangga yang diduga memecat babysitter-nya hanya karena hal yang remeh bagi sebagian besar orang. Unggahan Instastory tersebut berisi mengenai keluh kesah, karena si bibi duduk di kursi meja makan dan main ponsel. Nggak butuh waktu lama, Instastory yang kemudian tersebar di beberapa akun Twitter dan akun gosip Instagram langsung jadi serbuan warganet. Nggak kurang, mereka memaki dan mengatai pengunggah Instastory yang dirasa nggak masuk akal.
Syahdan, terjadi lagi. Belum lama ini, seorang pengguna jalan juga mengunggah Instastory yang menceritakan bahwa dia tengah terkena tilang. Bukannya malu, pengunggah Instastory tersebut justru bangga karena dirinya lolos dari tilangan. Akhir ceritanya bisa tertebak, warganet ‘menghukum’ si pengunggah dan yang bersangkutan pun minta maaf.
ADVERTISEMENTS
Instastory seorang warganet tiba-tiba viral setelah mengaku lolos dari tilangan karena pengaruh kuat orangtuanya
Bukan artis, bukan pejabat, apalagi seorang pemain film hebat. Kini warganet yang melakukan kesalahan saja bisa langsung viral. Seorang warganet yang mengunggah cerita tentang dia yang terbebas dari tilangan karena merupakan ‘anak orang kuat’ ini mendadak jadi terkenal. Bukan terkenal ke arah positif tapi ke arah negatif sampai memicu bully dan makian pengguna sosmed lain. Instastory yang dia unggah menggambarkan seolah dia tengah dapat masalah karena tidak membawa kelengkapan berkendara. Namun sejurus kemudian, dia pun lolos setelah polisi tampak menelepon orangtuanya yang dibilang sebagai ‘orang kuat’.
ADVERTISEMENTS
Permasalahannya adalah, sekarang ini, hukum sosial dan cacian warganet memang begitu kejamnya, hingga seseorang menerima bully dan perkataan kurang pantas
Mirisnya, warganet satu ini justru tampak bangga karena baru saja melakukan praktik nepotisme. Nggak perlu waktu lama, Instastory-nya pun tersebar di akun-akun gosip dan Twitter. Warganet dengan karakter mudah terbakar ini pun ramai-ramai menghujat, mengatai, sampai berkomentar dengan bahasa yang mohon maaf deh. Hingga mungkin pada akhirnya, pengunggah Instastory tersebut menyerah dan memberikan pernyataan maaf.
ADVERTISEMENTS
Di satu sisi, pengguna medsos memang harus banget berhati-hati. Nggak perlu mengunggah setiap pendapat, peristiwa, dan kejadian yang sekiranya kontroversial
Dari beberapa kasus yang pernah terjadi, polanya selalu mirip. Ada seseorang yang melakukan kesalahan, dianggap nggak sesuai dengan logika umum, berseberangan dengan tindakan kolektif, lalu dihujat dan dikata-katai, dinasihati sejadinya oleh banyak warganet, dan terbitlah permintaan maaf. Mengapa kita nggak melakukan tindakan preventif saja? Misalnya nggak usah semua kegiatan kita perlu diunggah dan diketahui orang, kan?
Pikirkan nilai kemanfaatannya bagi orang banyak, apakah moral cerita yang kita sampaikan akan lebih banyak daripada reaksi kemarahannya. Apakah membagikan unggahan yang kontroversial akan memberikan diskusi yang berguna atau sekadar aksi pamer kita kepada followers? Nah, sebenarnya hati-hati di internet itu wajib. Jejak digital itu kejam, Guys!
ADVERTISEMENTS
Tapi di sisi lain, warganet juga nggak boleh kehilangan jati diri sebagai ‘pengguna yang bijak’ dong. Kalau mengata-ngatai orang seenaknya dibenarkan, kasihan moral bangsa
Hukuman sosial (baca: dirundung warganet) memang merupakan hukuman yang keras. Jangan salah, bisa langsung depresi lho hanya dengan dikata-katai. Namun di sisi lain, mengata-ngatai orang sampai segitunya juga bukan tindakan bijak. Masih ada cara lain yang lebih baik, mengingatkan dengan lebih keras tanpa mengikutsertakan cacian dan makian. Kalau mengata-ngatai orang yang salah di medsos dibenarkan, kita bisa kembali ke hukum rimba.
Media sosial memang platform yang cocok banget dijadikan hiburan kala senggang. Menemanimu dan memberikanmu kebahagiaan dengan segala fiturnya. Tapi jangan sampai, dong, fungsi hiburan ini beralih jadi mimpi buruk yang bisa kapan saja menenggelamkanmu. Selain perlu hati-hati mengunggah konten, perlu juga bijak dalam berkata-kata.