Dari banyaknya persoalan-persoalan yang bikin pusing di zaman kita sekolah dulu, salah satu yang bisa dibilang paling bikin kesel adalah momen saat ujian atau ulangan harian. Pasalnya, hampir setiap guru pasti sering banget mengadakan ulangan harian dengan mendadak dan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Memang benar sih karena niatnya mau menguji sejauh mana pemahaman kita, tapi kalau terlalu sering sih jadinya bikin jengkel juga.
Belum lagi kalau ulangan tersebut diadakan oleh mata pelajaran tertentu yang sekiranya jadi momok tersendiri bagi kaum pelajar. Kayak misalnya Matematika yang kerap digadang-gadang jadi pelajaran paling horor di masa itu. Tapi kamu sadar nggak sih jika mata pelajaran Sosiologi itu terkadang lebih membingungkan dibandingkan dengan momok nomer satu tadi? Makanya nggak heran tuh kalau setiap ada ulangan pelajaran ini, dilemanya bukan main!
ADVERTISEMENTS
Paling males kalau dapat soal pilihan ganda, hampir semua jawaban mirip dan sama aja. Ternyata jawaban yang kita kira nggak benar, malah jadi yang paling benar
Dalam mata pelajaran lain, ulangan harian dengan tipe soal pilihan ganda dianggap menjadi berkah tersendiri bagi pelajar. Alasannya sih macam-macam, mulai dari membantu kita kalau udah mentok sama sekali nggak bisa mikir, memungkinkan menjawab random dengan benar, hingga alasan-alasan absurd seperti misalnya memudahkan untuk mencontek satu sama lain. Namun beda halnya dengan mata pelajaran Sosiologi. Alih-alih bisa merasa lebih mudah saat mendapatkan soal pilihan ganda, yang ada malah semakin bingung. Bayangin aja coba, kita udah yakin banget kalau pilihan A itu jawaban yang paling benar, tapi jadi mendadak ragu setelah lihat jawaban B yang dirasa juga masuk akal. Udah pusing-pusing mempertimbangkan dua jawaban tadi, eh ndilalah jawab C rasa-rasanya juga nggak salah. Ujung-ujungnya ternyata malah jawaban d yang paling bener. Apa nggak kesel tuh?
ADVERTISEMENTS
Kebenaran hanya milik guru. Mau kita paham teori apa pun kalau pandangannya nggak sama dengan guru, tetap aja salah 🙁
Seperti yang kita tahu bahwa Sosiologi ini bukan termasuk ilmu pasti kayak Matematika dan yang lainnya, jadi nggak ada salah dan benar dalam mata pelajaran ini. Itulah kenapa banyak yang bilang bahwa kebenaran dalam mata pelajaran yang satu ini mutlak milik guru. Mau sepaham apapun kita dengan berbagai macam teori, tapi kalau pandangan kita nggak sama dengan apa yang dimaksud oleh guru tetap aja bakalan dianggap kurang tepat. Nah, hal-hal kayak begini nih yang bikin Sosiologi terkadang terasa lebih menyebalkan dibandingkan Matematika. Kita udah susah-susah belajar banyak hal dari rumah, giliran dikasih ulangan sama guru sih rasa-rasanya bisa jawab semua, tapi pas udah masuk ke fase penilaian ternyata berbeda pengertian sama guru. Hmmmmm~
ADVERTISEMENTS
Katanya tinggal dijawab aja pakai logika, giliran kita jawab menurut penalaran kita, pas nilainya keluar nggak lebih dari 50. Hadeeeh!
Hal yang paling ngeselin dari momen ulangan mata pelajaran Sosiologi adalah persoalan yang satu ini. Dulu, setiap guru yang mengampu pelajaran ini pasti selalu bilang dan nyuruh kita menjawab semua soal ulangan cukup pakai logika. Kalau caranya sesimpel ini mah siapa yang nggak demen, kan? Udah bayanginnya bakalan gampang banget, pas nilainya keluar ternyata nggak lebih dari angka 50. Sering banget kejadian nih!
Namanya aja ilmu nggak pasti, nggak heran jika Sosiologi ini nggak bisa dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya seperti Matematika, Fisika, Biologi, dan lain sebagainya. Meski begitu, lewat Sosiologi ini kita bisa belajar banyak hal tentang hubungan antar manusia, lingkungan, dan segala macam aspek tentang kehidupan bersosial kita.