Berbicara jujur kepada orangtua memang sering jadi momok tersendiri, apalagi jika hal yang ingin kamu sampaikan akan membuat mereka marah. Tidak jarang kamu perlu mempersiapkan nyali dan mental sebelum berhadapan langsung dengan mereka. Latihan di depan kaca, ngomong sendiri untuk mempersiapkan bahan bicara, sampai rajin batu-bantu rumah dulu agar bisa mengambil hati.
Reaksi mereka pun beragam. Mulai dari diam saja, menanggapi dengan biasa saja, sampai menahan amarah hingga langsung mengomel bisa membuatmu senam jantung. Kira-kira hal apa saja sih yang membuat nyalimu ciut ketika berbicara kepada orangtuamu? Apakah kamu juga sering mengalami sport jantung sebelum mengucapkan pernyataan ini?
ADVERTISEMENTS
1. Sewaktu kecil, sumber ketakutanmu ada pada urusan sekolah: “Mmm…Ma, aku dapet surat panggilan dari sekolah. Papa sama mama besok disuruh dateng ke sekolah.”
Mungkin kurang lebih reaksi mereka bakal:
“Kamu habis berantem sama siapa?”
“Kamu bikin masalah apa di sekolah?”
“Kamu bolos ya sampai papa-mama dipanggil?”
Pa, Ma — please lah terapkan asas praduga tak bersalah. Sebelum dengar penjelasan kenapa jangan berprasangka dulu apa-apa~
(padahal memang habis skip kelas) (naga-naganya potong uang jajan)
ADVERTISEMENTS
2. Kalimat ini juga gak kalah bikin kamu senam jantung : “Pa, nilai ulangan matematikaku dapet 4.”
“Terus-terusin aja maen PS-nya, Gak usah belajar!”
atau
“Mulai besok jam 7 malem harus masuk kamar, gak usah nonton sinetron serigala-serigalaan di TV!”
lebih parah
“4? Kamu mau jadi apa, Nak nati kalau gak lulus UAN? Udah ya mulai besok uang saku Mama potong!”
ADVERTISEMENTS
3. Ketika kamu beranjak remaja, perutmu akan sedikit mulas saat berpamitan, “Pa, aku mau malem mingguan sama pacar, boleh ya?”
Saat usia kita menginjak remaja, kita sudah mulai mengenal lawan jenis. Gak jarang banyak dari kita yang mulai cinta monyet dan punya pacar abal-abal. Setiap kali minta ijin yang melibatkan pacar pasti bikin kamu mules dan agak takut-takut untuk bilang sama orangtua. Kamu takut kalo reaksi mereka bakal
“Gak boleh!”
atau
“Boleh, tapi pacarmu disuruh ngobrol dulu sama papa.”
JENG!! JENG!!
(dalam hati) “aaaaaa aku harus GIMANA?? aaaaaaa”
PS : Lebih serem jawaban nomer satu apa nomer dua?
ADVERTISEMENTS
4. Juga ketika mengungkapkan, “Pa, Ma nanti si [nama pacar] mau main ke rumah ya…”
Ungkapan macam ini perlu disertai yasinan dan sholat Dhuha. Biar pacar gak dikatain macam-macam sama ortumu!
ADVERTISEMENTS
5. Tarik napas panjang juga sebelum ngomong, “Pa, aku mau belajar motor. Temen-temenku udah pada bisa semua, cuma aku sendiri yang belum bisa.”
“Enggak! Umurmu belum 17, belum punya SIM.”
atau
“Kamu gak tau tu di berita banyak kejadian kecelakaan lalu lintas? Udah naik bis aja.”
(Dalam hati) Emang kecelakaan bis gak banyak apa?
ADVERTISEMENTS
Hal yang gak kalah bikin kamu berdebar adalah ketika kamu ingin meminta ijin untuk pergi jauh atau menginap.
6. “Ma, aku mau nginep di rumah Vita gak papa ya? Cuma semalem kok.”
mama : “Kamu mau dicap gak bener gara-gara gak pulang ke rumah? Apa kata tetangga nanti?”
(batinmu dalam hati) “Yaelah, tetangga juga gak peduli keles.”
7. Bahkan, mungkin kamu harus siap mental sebelum bilang, “Ma, aku minta ijin mau naik gunung, boleh ya?”
“Liat berita di TV gak? Kamu mau nanti kamu nyasar terus ilang? Gak kasian sama mama?”
“Naik gunung buat apa sih? Lebih enak juga duduk manis di rumah, gak kedinginan. Nggak usah!”
“Mama gedein kamu susah-susah, kok sekarang mau naik gunung sih? Kamu gak kasihan sama Mama?”
8. Jangankan naik gunung,jalan-jalan di daerah landai saja sudah cukup bikin kamu deg-degan jika di di dalamnya terselip permintaana: “Pa, Ma, aku minta ijin mau pergi travelling sama pacar, boleh?“
“DOSA nak, belum muhrim! Zina itu kamu!”
Minta maaf karena habis ngerusakin barang pribadimu atau barang orangtua sukses bikin kamu ingat Tuhan dan merapalkan doa-doa dulu dalam hati.
9. *Ucap Bismillah berkali-kali dalam hati* sebelum ngomong, “Pa, aku habis nabrakin motor/mobil.”
Papa : *diem aja*
Kamu : *Nyesel karena tadi gak sholat tahajud dulu sebelum ngomong*
10. Keringat dingin juga akan kamu rasakan sebelum bilang, “Ma, aku gak sengaja mecahin vas kesayangan mama.”
buru-buru kamu menambahkan dengan kalem,
“Potong uang sakuku 6 bulan aja gak papa kok Ma……”
Potong uang saku nggak ada apa-apanya dibanding harus menghadapi neraka kecil di rumah.
11. Ibu-ibu selalu punya ikatan tersendiri pada Tup*erwa*e. Karena itu kalau kamu bilang, “Ma, Tup*erwa*e ku ketinggalan di sekolah” itu rasanya….
*Ibumu akan memandangmu dengan bengis*
*kamu jadi tersangka yang menghancurkan hidupnya*
12. Tarik napas dulu dalam-dalam sebelum bilang, “Pa, hpku ilang / laptopku rusak.”
walaupun kamu sudah bisa menebak mereka bakal bilang
“Yaudah, gak usah pake hp atau laptop.”
PS : Selamat jadi manusia gua ya kamyu~
13. Yang ini pasti bakalan benar-benar mendekatkan dirimu kepada Tuhan, karena kamu ngerusakin barang kesayangan Papamu, “Pa, kamera DSLR papa gak sengaja aku jatuhin”
Kamu : *berdoa salam maria 10x dalam hati sambil ngeliatin ubin, berharap kamu tenggelam di dalam ubin saat itu juga*
Semakin dewasa, berbagai pengakuan juga membutuhkan nyali yang tak kalah besar.
14. “Pa, Ma, boleh gak kalau aku mau kuliah di luar pulau?”
“Emangnya universitas di sini kurang gimana?”
“Kamu gak kangen nanti sama papa mama?
“Nanti kalo papa atau mama tiba-tiba sakit terus yang ngerawat siapa?”
15. “Pa, aku mau ambil jurusan filsafat/seni/sastra.”
Papa: “Sehat kamu nak? Mau jadi apa kamu ngambil jurusan itu? Habis lulus terus mau kerja apa?”
(Batinmu Dalam hati) : “Mau jadi kayak Dian Sastro Pa. Dia dulu ambil filsafat habis lulus juga sehat-sehat aja tuh.”
Tapi jawaban itu urung kamu ucapkan karena engan dipecat jadi anak.
16. “Pa, Ma, boleh gak aku mau kerja aja? Udah capek kuliah.”
“Kamu gak kasian mama sama papa yang udah kerja keras demi biayain kuliah kamu? Kamu mau kerja jadi apa kalo belum jadi sarjana? Hah?”
Itu tadi masih versi halusnya. Versi hebohnya:
“Kamu pikir cuma kamu aja yang capek? Mama sama Papa juga capek biayain kamu. Nggak pokoknya, kuliah sampai lulus!”
Keinginan yang dianggap tidak lazim juga membutuhkan keberanian besar sebelum disampaikan kepada mereka.
17. “Ma, aku mau tindikan sama tattooan. Boleh ya?”
Kamu: “Pa, Ma, aku mau tattooan ya.”
Orangtua : “Kamu mau jadi anak gak bener yang kayak di jalanan itu?? Iya?!”
Kamu: “Kan itu seni pa, ma, lagian aku mau tattoo yang di tempat gak diliat orang kok.”
Orangtua: “Jarumnya gak steril itu. Kamu gak takut kena AIDS?!”
Kamu: “Steril kok. Yaudah kalo gitu tindikan aja ya.”
Orangtua: “Biar apa tindikan? Mau tindikan di hidung biar kayak sapi? Iya?”
*Kalo dilanjutin debatnya bisa sampe 3 hari 3 malem ini*
18. “Mmm…Pa, Ma, aku kepikiran pengen pindah agama….”
Kemungkinan 1 : “Kamu gak takut masuk neraka? DOSA nak, DOSA!!”
Kemungkinan 2 : “Anak durhaka ya kamu, gak sayang sama orangtua.”
Kemungkinan 3 : *Ibumu langsung pingsan*
Bahkan, niatan baik juga sering bikin jantungmu berdebar~
19. “Ma, Pa, mulai sekarang aku mau pakai jilbab besar ya.”
Setelah kamu mengucapkan pernyataan di atas, mamamu bisa mendatangimu sembari berkata serius:
“Kamu gak papa kan Dek? Kamu gak habis dicuci otak dan ikut aliran macam-macam ‘kan?”
20. “Aku mau jadi suster boleh ‘kan Pa, Ma?”
“Siapa nanti yang ngurusin papa sama mama kalau udah tua?”
“Nanti papa sama mama gak punya cucu, tega kamu?”
21. Pernyataan, “Pak, Bu aku minta izin nikah” juga bisa membuatmu deg-degan seminggu penuh
Seminggu sebelumnya: harus rajin sholat Tahajud.
3 hari sebelum minta izin: rajin-rajin bantuin kerjaan rumah.
Semalam sebelum bilang: pijitin kaki Bapak-Ibu
Waktu ngomong: bawa slip gaji biar meyakinkan bahwa benar-benar sudah bisa hidup mandiri.
Kesiapan nyali juga dibutuhkan saat kamu hendak mengungkapkan keputusan hidup yang dianggap tidak biasa….
22. “Ma, aku mau ngajar di pedalaman. Jadi guru sakola rimba.”
Kamu : “Ma, aku pingin ngajar di pedalaman, boleh ya Ma?”
Papa : “Kamu kalo dikejar harimau atau beruang gimana?”
Mama : “Yakin? Nanti kamu gak bisa ke mall sama salon lho.”
23. “Ma, aku gak mau kerja kantoran. Mau buka usaha sendiri.”
Mama : “Kamu udah lulus gak nyari kerja?”
Kamu : “Aku gak mau kerja kantoran ma. Aku mau usaha sendiri.”
Mama : “Kamu mau jadi pengangguran kayak tetangga kita itu?”
Kamu : “Lho ‘kan aku mau buka usaha sendiri ma, bukan jadi pengangguran.”
Mama : “Tetep sama aja itu.”
Kamu : *haaaaaaah lelaaaah*
24. “Ma, Pa izinkan aku tidak menikah dan gak mau punya anak ya?”
Di Indonesia memilih hidup melajang dan mandiri tanpa adanya sosok pendamping memang masih belum wajar dilakukan. Stereotype dan anggapan miring masyarakat sering melekat pada mereka yang tak kunjung menikah di usia yang telah matang. Gak jarang hal ini bikin kamu agak senam jantung sebelum mengutarakan niatmu untuk melajang kepada orangtua, karena biasanya mereka bakal shock dan bilang:
“Kamu gak pingin liat Mama sama Papa bahagia nimang cucu?”
atau
“Kamu tega gak ada yang nerusin keturunannya Mama sama Papa?”
bahkan
“Kamu udah terlalu liberal, Nak. Jalan pikiranmu udah nggak bener. Nanti kamu kesepian loh kalau gak menikah dan nggak punya anak…”
Kamu kicep. Berusaha menghubungkan paham liberalisme dengan gaya hidup melajang. Huft.
Jadi, apa ada yang pernah merasakan pengalaman seperti di atas? Kalau ada pengalaman kalian yang belum tertulis di sini, tambahkan di kolom komentar ya! 😀