Dalam hidup bersosialisasi, kita pasti menemukan banyak sekali keunikan dan perbedaan. Sekian lama kamu sekolah dan berinteraksi dengan orang-orang, apakah kamu pernah punya teman yang perfeksionis? Atau, jangan-jangan kamu sendiri adalah orang dengan karakter perfeksionis?
Perfeksionis adalah kecenderungan seseorang untuk selalu memiliki atau mencapai kesempurnaan. Seseorang dapat menampilkan karakter perfeksionis dalam hal pekerjaan, penampilan, ataupun kehidupan sosial. Padahal, katanya:
Manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing…
Nah, jadi repot ‘kan kalau di satu sisi kamu selalu ingin jadi sempurna, sedangkan di sisi lain manusia memang katanya jauh dari kesempurnaan. Kalau mau tahu gimana rasanya jadi seseorang yang perfeksionis? Simak di bawah ini, ya!
ADVERTISEMENTS
Seseorang yang perfeksionis adalah pemuja kesempurnaan. Dia nggak suka kalau ada pekerjaan yang diselesaikan dengan sembarangan.
Seorang perfeksionis cenderung menginginkan hal-hal yang sempurna. Dari semua yang dia kerjakan, hingga yang semua orang lakukan. Kesempurnaan baginya selalu terlihat memesona.
Lhoh, bukannya kesempurnaan itu hanya milik Bunda Dorce aja ya? *eeh
ADVERTISEMENTS
Dia yang perfeksionis paling suka memperhatikan hal-hal kecil secara detil…
Kamu harus bersyukur punya teman seorang perfeksionis. Dia selalu memperhatikan hal kecil yang kadang orang lain nggak kepikiran. Dia bisa lho merapikan sprei kamar dengan benar-benar sempurna, sampai nggak ada setitik bagian pun yang lecek. Bisa juga beresein kamar sampai semua barang tertata dengan pas di tempatnya.
ADVERTISEMENTS
Mereka terbiasa teliti dengan pekerjaan dan hasil karyanya sendiri. Beuh, bakal susah deh buat diboongin atau diakalin! Hehehe
Satu hal yang mungkin nggak bisa atau nggak biasa kamu lakukan adalah memeriksa hasil kerjaanmu sendiri. Beda dengan orang perfeksionis, mereka justru terbiasa berulang-ulang memeriksa hasil kerjanya.
Si perfeksionis: “Eh, tugas loe udah selesai belom?”
Kamu: “Udah, dong. Ya elah, tugas gitu doang. Udah gue kumpulin kemarin. Nah, loe gimana?”
Si perfeksionis: “Gue masih mau lengkapin datanya, besok mau gue edit secara keseluruhan, terus besoknya harus gue review sekali lagi. Baru deh dikumpulin.”
Kamu: “Eh, buset. Dasar loe perfeksionis banget sih!”
ADVERTISEMENTS
Biasanya, dalam hidup dia punya standar yang tinggi. Ibaratnya, di langitlah dia menggantung mimpi.
Gue sih nanti pengen punya rumah yang gede, tiga lantai, ada kolam renang di belakang rumah, ada halaman buat anak-anak main, terus harus ada gazebo buat gue santai gitu… Seru ‘kan? Pokoknya rumah impian gue harus sempurna…
Untuk mencapai kesempurnaan, seorang perfeksionis melihat dunia dengan kacamatanya sendiri. Dia punya standar yang cukup tinggi dalam menggapai berbagai hal dalam hidupnya. Paling tidak dia ingin bisa berhasil mendapatkan apa yang telah dia tetapkan dalam angan-angan.
ADVERTISEMENTS
Kadang, dia juga bisa jadi sangat keras kepala. Kalimat andalannya adalah: “Aku yakin bakal berhasil kok, coba deh pakai caraku aja!”
Sikap perfeksionis kadang tidak diberlakukan untuk dirinya sendiri, melainkan saat dia berhubungan dengan orang lain. Misalnya saat sebuah projek yang dikerjakan bersama-sama hampir gagal, maka dia dengan semangat menggebu merekomendasikan cara-cara yang ada di kepalanya.
Sementara, apa yang menurut dia baik dan sempurna tentu belum tentu dilihat sama oleh orang lain. Nah, hal inilah yang membuat orang-orang perfeksionis seringkali tampak sedikit keras kepala. Untuk bisa bekerja sama dengan dia, kamu butuh kepiawaian bernegoisasi dengan si perfeksionis ini.
ADVERTISEMENTS
Sikapnya yang memuja kesempurnaan dan hal-hal detail seringkali bikin dia terlihat sangat cerewet dan menyebalkan.
Duh, kamu kalau nggak mau kerja sama, mending aku kerja sendiri deh!
Laaah, kok?
Kerjaanmu nggak ada yang beres!
Tapi, ‘kan…
Udah deh, aku bisa sendiri. Kamu terima beres aja.
Meskipun kamu suka cerewet, belum tentu kamu adalah seorang yang perfeksionis. Pasalnya, orang yang perfeksionis hanya akan cerewet kalau melihat sesuatu yang dikerjakan orang lain dan hasilnya tidak sempurna. Dia biasanya sangat sensitif dan tidak ragu-ragu untuk mengkritik orang lain. Baiknya, dia juga tidak akan menolak kritikan yang datang untuk dirinya. Menurutnya, kritik adalah untuk sebuah perubahan yang lebih baik dan kesempurnaan seperti yang dia inginkan.
Ketika orang lain lebih suka bersantai, dialah satu-satunya orang yang selalu tampak sibuk.
Seorang perfeksionis akan tampak lebih sibuk dibandingkan dengan yang lainnya. Dia selalu bekerja dengan porsi banyak, padahal tugas yang diberikan cenderung sama. Selain itu, dia juga selalu melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Melakukan pekerjaan yang sama berulang kali, hingga dirasa sudah sempurna. Maka, itulah yang membuatnya tampak lebih sibuk dari yang lainnya.
Kadang, dia bekerja lebih lamban daripada teman-temannya. Hal itu lantaran dia terlalu fokus pada satu pekerjaan!
Suka menunda pekerjaan atau apapun sebenarnya itu bukan sifatnya. Tapi karena saking fokusnya mengerjakan satu pekerjaan, dia jadi terkesan lamban. Sementara, pekerjaan yang lain sudah banyak yang menunggu sehingga justru berakhir dengan terbengkalai.
Karakter yang perfeksionis ternyata sering membuat dia merasa cemas dan was-was lho!
Cemas itu manusiawi. Semua orang pasti pernah merasa cemas. Ketika pekerjaanmu nggak kelar tepat waktu, sementara si bos sudah menunggu, kamu pasti cemas ‘kan? Atau ketika nungguin pacarmu yang belum juga kasih kabar setelah dia asyik main sama teman-temannya? Sama saja kayak orang perfeksionis. Dia selalu cemas dengan hasil kerjanya; apakah sudah sempurna atau biasa saja?
Yang terakhir dan paling berbahaya, seseorang yang perfeksionis ternyata gampang banget jadi frustasi. Duh, coba deh piknik dulu gih~~
Ini nih yang paling nggak baik untuk kesehatan. Bukan cuma seorang perfeksionis sih, rasanya kita juga bisa dengan mudah merasa frustasi dan ingin menyerah. Tetapi kalau orang perfeksionis, mereka akan frustasi ketika pekerjaan mereka tidak sempurna. Padahal sih menurut kita udah luar biasa banget lho!
Nah, itu dia hal-hal yang akrab dengan seorang perfeksionis. Tidak ada yang salah dengan karakter mereka, toh Tuhan memang menciptakan manusia dengan karakter dan kepribadian yang berbeda-beda. Kalau ada temanmu atau bahkan kamu sendiri yang perfeksionis, ya dibikin asik aja… 🙂