“Kalau di desa-desa, saya tidak setuju diberlakukan. Bukan saja tidak memiliki segala macam kesiapan, tetapi anak masih berfungsi sebagai tenaga perbantuan orangtua untuk ikut menopang kehidupan ekonomi keluarga,” ujar Sosiolog Musni Umar,
seperti dikutip dari nasional.sindonews.com
Belum lama ini masyarakat mendapat kabar mengejutkan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Sekolah sehari penuh atau full day school dicetuskannya sebagai inisiatif agar Indonesia memiliki generasi penerus terbaik. Hal ini dia contoh dari Finlandia – negara Eropa yang terkenal dengan Sumber Daya Manusia (SDM) terbaik. Pendidikan karakter diketahui sebagai salah satu pendidikan yang diberikan guru kepada para siswa di Finlandia.
Sejak informasi ini menyebar, pro dan kontra pun bermunculan. Ada yang setuju dan tidak, tentu dengan alasan masing-masing. Meski Mendikbud Muhadjir memastikan siswa tak akan bosan sekolah seharian, tetap saja hal itu tak menurunkan kritik pedas masyarakat. Tingkat kedekatan anak dengan orangtua berimbas tak bagus menjadi salah satu alasannya.
Berhembus kabar kalau ide ini akan dibatalkan kalau banyak masyarakat yang keberatan. Apa benar begitu? Lalu seperti apa sebenarnya full day school ? Langsung saja yuk simak ulasan berikut ini.
ADVERTISEMENTS
Berawal dari tujuan menciptakan SDM terbaik, Mendikbud Muhadjir Effendy berinisiatif menambah jam belajar pendidikan karakter budi pekerti dari para guru
“Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi ‘liar’ di luar sekolah ketika orang tua mereka masih belum pulang dari kerja,” kata Mendikbud Muhadjir,
seperti dikutip dari cnnindonesia.com
Tak hanya mencontoh sistem pendidikan dari Finlandia yang terkenal dengan SDM terbaiknya, Mendikbud Muhadjir mengaku ingin mengimplementasikan program Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ideal terdiri dari dua aspek terpenuhi, yakni pendidikan karakter dan pengetahuan umum. Jam tambahan pun direncanakan hingga sore hari, layaknya orang kantoran.
“Merujuk arahan Presiden Joko Widodo, kami akan memastikan bahwa memperkuat pendidikan karakter peserta didik menjadi rujukan dalam menentukan sistem belajar mengajar di sekolah,” ujar Mendikbud Muhadjir,
seperti dikutip dari nasional.kompas.com
ADVERTISEMENTS
Keinginan sekolah menjadi rumah kedua pun adalah alasan lain ide ini tercetus. Banyak kegiatan bermanfaat yang dilakukan selain pendidikan karakter, salah satunya ekstrakurikuler
“Saya ingin sekolah yang menjadi rumah kedua, bukan swalayan atau mall,” ungkap Mendikbud Muhadjir,
seperti dikutip dari tempo.co
Ide full day school ini jika bisa diterapkan tak akan diisi dengan pendidikan karakter dari para guru saja, melainkan juga diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler. Sebelumnya, pembelajaran seperti nilai-nilai kejujuran, toleransi, disiplin, hingga rasa cinta Tanah Air akan diberikan. Kemudian baru kegiatan selanjutnya diisi misalnya dengan menari dan bernyanyi, seperti ekstrakurikuler pada umumnya.
“Usai belajar setengah hari, hendaknya para peserta didik (siswa) tidak langsung pulang ke rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka,” jelas Mendikbud Muhadjir,
seperti dikutip dari nasional.kompas.com
ADVERTISEMENTS
Meski dikatakan orangtua tak perlu khawatir kondisi anak di sekolah, tetap saja kritik pedas muncul. Waktu dengan keluarga dan kesehatan anak dinilai berkurang adalah dua di antaranya yang menjadi persoalan
“Kalau sekolah sampai sore begitu terus waktu buat keluarga gimana? Belum lagi yang muslim harus belajar ngaji. Waktu istirahat mereka juga berkurang,” ujar Ami, 55 tahun, guru SD yang telah mengajar selama 36 tahun.
Kekhawatiran masyarakat terhadap pencetusan full day school ini merebak. Berbagai alasan tak setuju diungkapkan lantaran sekolah hingga sore hari dapat menimbulkan banyak dampak negatif untuk anak. Beberapa di antaranya yaitu waktu bersama keluarga, istirahat, dan bermain jadi berkurang. Tentu sebagai seorang murid, anak-anak dianggap sebaiknya tetap punya waktu kegiatan lain di luar sekolah.
“Ini dilempar wacananya kan mesti ada kajiannya. Saya dulu sekolah di kampung, enggak ada les, jam 12 sudah masuk hutan terus berenang, pulang,” ujar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok),
seperti dikutip dari tempo.co
“Saya ingin agar kajiannya lebih komprehensif, dan buat saya syaratnya satu saja, sekolah harus menyenangkan, jangan sampai mereka (anak didik) tertekan atau stres,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo,
seperti dikutip dari tempo.co
Namun tak sedikit juga yang pro terhadap wacana full day school. Bahkan, sepertinya Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menyetujuinya. Hanya saja perlu dikaji kembali penerapan sistemnya nanti. Jika telah siap diimplementasikan Mendikbud Muhadjir akan melapor ke Presidenn Joko Widodo, sebab keputusan ada di tangan Presiden.
“Beliau berpesan supaya ide ini dipelajari lebih saksama dan, jika memang bagus, akan diterapkan secara lebih luas,” ujar Mendikbud Muhadjir,
seperti dikutip dari tempo.co
ADVERTISEMENTS
Namun menurut Mendikbud Muhadjir, banyaknya beragam pendapat bermunculan membuat ide full day school ini bisa dibatalkan
“Jika memang belum dapat dilaksanakan, saya akan menarik rencana itu dan mencari pendekatan lain,” tutur Mendikbud Muhadjir,
seperti dikutip dari tempo.co
Ide para murid menghabiskan waktu di sekolah hingga sore hari dengan berbagai kegiatan pendidikan ini sukses menjadi polemik. Pro dan kontra muncul dari berbagai pihak. Sadar akan hal tersebut, Mendikbud Muhadjir pun mengatakan bahwa wacana ini bisa dibatalkan kalau banyak masyarakat yang keberatan. Tentu, dirinya pun akan menyiapkan rencana lain agar sistem pendidikan di Indonesia berjalan ideal sesuai program pemerintah.
Sekolah seharian hingga pukul 5 sore tak membedakan anak sekolah dengan para pekerja. Waktu bebas yang dimiliki pun seakan-akan jadi hanya akhir pekan saja. Jika dikatakan saat weekend adalah waktu yang bisa dimanfaatkan oleh keluarga, apa bisa yakin seperti itu terjamin? Ide untuk kemajuan pendidikan bagi penerus bangsa ini mungkin memang baik, namun coba ditelusuri kembali perencaaannya. Toh kondisi ekonomi masyarakat Indonesia di pelosok daerah yang masih minim, hal tersebut membuat anak masih harus membantu orangtuanya mencari penghasilan setelah pulang sekolah. Lalu, bagaimana menurutmu?