The Blacklust chapter 6 by Indah Hanaco | ilustrasi: Hipwee via www.hipwee.com
Kelvin ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan. Ini aneh. Jelas-kelas Kelvin merencanakan pembunuhan Maudy, kenapa semua bukti justru mengatakan bahwa Kelvin berencana membunuh Elva? Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Maudy kebingungan mendapati rumahnya sudah dipenuhi orang. Dia bahkan sempat dilarang masuk oleh polisi yang berjaga di depan pintu gerbang. Lalu, dia mendapati Kelvin menghambur ke arahnya sebelum memeluk Maudy begitu erat, hingga perempuan itu mengira tulang rusuknya akan patah. Dia mendengar Kelvin terisak.
“Syukurlah kamu baik-baik saja,” gumam lelaki itu dengan suara lirih.
“Ada apa, Vin? Kenapa ada polisi?” tanyanya sembari menatap beberapa wajah familier yang menjadi tetangganya. Dari pintu yang terbuka, dia bisa melihat beberapa polisi sedang berada di ruang tamu yang terang-benderang. “Apa rumah kita kemalingan?” tebaknya.
“Entahlah, aku belum tahu barang apa saja yang hilang. Tapi … ada masalah lain yang jauh lebih mengerikan,” ucap Kelvin dengan agak terbata.
Maudy melepaskan dekapan Kelvin. Meski suaminya belum memberi penjelasan, Maudy bisa melihat bahwa lelaki itu tampak begitu terpukul. Dia memegang kedua pipi Kelvin, berusaha untuk membuat pria itu fokus. “Ada apa?” tanyanya dengan suara lembut. Maudy menatap Kelvin dengan serius, tak ingin melewatkan apa pun.
“Ada … mayat di rumah kita. Aku … aku sempat panik setengah mati karena kukira itu kamu. Syukurlah kamu baik-baik saja.” Kelvin menelan ludah. “Kamu dari mana? Aku sudah ketakutan setengah mati saat baru sampai dan melihat ada banyak polisi. Carlo bilang, tadi alarm rumah kita menyala dan pintu terbuka lebar. Setelah pihak keamanan datang, mereka langsung lapor pada pihak berwajib. Tapi tetangga tak ada yang melihat apa pun.”
“Tadi, Mama dan Papa menelepon, mengundang kita makan malam. Tapi karena kamu sedang ada acara dengan anak-anak bagian keuangan, akhirnya aku datang sendirian.”
“Kenapa kamu tak mengabari?” protes Kelvin. “Aku meneleponmu tapi ponselmu tidak aktif. Aku benar-benar takut, Sayang.”
Maudy merasa iba melihat kesedihan yang terlihat di wajah suaminya. Namun, perasaan puas yang dirasakannya, jauh lebih besar. Dia tak ingin melakukan ini semua tapi Maudy tak memiliki opsi lain. Kelvin dan Elva sudah mendesaknya sedemikian rupa.
Wajah Kelvin kian memucat saat salah satu petugas yang sedang memeriksa rumah mereka yang sudah menjadi TKP itu, menunjukkan sebuah ponsel. Kelvin dan Maudy sama-sama mengaku bahwa mereka tak mengenal benda itu.
Benda itulah yang kelak menjadi bukti memberatkan Kelvin akan keterlibatannya pada pembunuhan Elva kendati memiliki alibi yang tak terbantahkan. Selain ada bukti berupa setumpuk pesan mesra antara keduanya, juga pesan-pesan penuh kode dari Kelvin pada Ari. Menariknya, tak ada percakapan berisi perintah pembunuhan dari Kelvin pada lelaki yang diakuinya sebagai teman SMA itu. Ancaman pembunuhan justru dilontarkan pada Elva, di hari kematian perempuan itu.
Polisi menemukan banyak pesan berbalas antara keduanya mulai pukul dua siang. Tepatnya setelah Kelvin kembali ke kantor usai makan siang. Kata-kata mesra yang mendominasi obrolan Kelvin-Elva sebelumnya, berubah menjadi saling ancam.
Kelvin ditangkap polisi | ilustrasi: Hipwee via www.hipwee.com
Berawal dari ultimatum Elva agar Kelvin segera memberi tahu Maudy tentang hubungan mereka. Jika tidak, Elva mengancam akan mendatangi istri Kelvin untuk membongkar perselingkuhan keduanya. Setelah itu, pesan-pesan di antara mereka makin intens dan memanas karena Kelvin mengancam akan menghabisi Elva jika nekat melakukan itu.
Namun Elva tampaknya tak peduli. Pesan terakhirnya malah berisi kalimat yang mengejutkan. Yaitu penegasan dari perempuan itu bahwa dia akan datang ke rumah Kelvin sore itu, untuk bertemu Maudy. Kelvin membalas dengan beberapa pesan yang menunjukkan kepanikan. Lelaki itu mencoba membujuk hingga mengancam Elva agar membatalkan niatnya. Kelvin juga menelepon Elva hingga sebelas kali tapi tak diangkat.
“Saya tak pernah mengirim pesan-pesan itu, Pak. Saya juga tak pernah meneleponnya berkali-kali di sore itu. Ponsel itu memang milik saya tapi hilang entah sejak kapan. Saya tak benar-benar menyadarinya,” aku Kelvin di depan penyidik.
“Saya memang berselingkuh dengan Elva tapi hubungan kami baik-baik saja. Saya juga ingin berpisah dari Maudy, tapi dengan cara baik-baik. Dan Elva tak pernah mengajukan ancaman semacam itu. Saya juga tidak tahu kenapa mobil Elva terparkir di area depan rumah saya. Jika itu dianggap sebagai bukti isi pesan ancaman Elva, itu sama sekali tidak benar. Saya benar-benar sudah difitnah walau tak tahu siapa yang melakukan semua ini,” urai Kelvin dengan nada memelas.
Pembelaan diri Kelvin itu dianggap lemah. Apalagi lelaki itu mengakui bahwa ponsel itu memang miliknya. Bahkan, hanya sidik jari Kelvin yang ditemukan pada gawai tersebut. Alasan bahwa dia kehilangan ponsel tapi tak tahu waktu tepatnya dan menolak mengakui pesan-pesan berisi ancaman pada Elva tak berasal dari dirinya, sama sekali tak masuk akal. Polisi sangat yakin, ponsel itu terjatuh dari saku jas Kelvin saat dia histeris di kamar setelah diminta mengenali jenazah Elva.
Pengacara mahal dengan rekor mengesankan yang disiapkan Maudy, tak bisa berbuat banyak. Apalagi pihak kepolisian memiliki bukti lain yang dikirim oleh pelaku pembunuhan alias Ari. Pria itu mengunggah video berisi pengakuan detail tentang apa yang terjadi hari itu di YouTube. Ari juga memanfaatkan akun Twitter miliknya untuk membagikan video tersebut dengan menge-tag pihak berwajib yang menangani kasus Elva. Video itu pun membuat geger dan sempat menjadi trending topic di berbagai media sosial.
“Awalnya, Kelvin memang ingin saya membunuh Maudy karena dia yakin akan mengalami kesulitan jika mereka bercerai baik-baik. Semua sudah direncanakan dengan matang dan detail. Saya hanya tinggal menunggu perintah saja. Karena saya memang cukup ahli merampok rumah-rumah mewah dan sangat mampu mengakali masalah CCTV, itu pekerjaan yang tak terlalu berat. Kelvin ingin agar kematian Maudy terkesan sebagai upaya perampokan yang tak berjalan mulus.
“Tapi mendadak dia berubah pikiran di hari itu. Sekitar pukul empat sore, Kelvin menelepon dan meminta saya untuk membunuh Elva, bukan Maudy. Saat saya datang ke apartemen Elva, perempuan itu baru saja pergi. Saya mengekorinya dengan mobil dan ternyata Elva menuju rumah Kelvin. Kelvin sudah berkali-kali menegaskan agar jangan sampai Elva bertemu dengan Maudy. Tapi andai telanjur, dia tak keberatan jika Maudy yang dijadikan tersangka. Jadi, saya pun terpaksa berimprovisasi. Karena sudah tak mungkin untuk menghabisi Elva di apartemennya.
“Elva menunggu di mobilnya yang diparkir di depan rumah Kelvin. Setelah saya meretas dan mematikan CCTV, saya mendatangi Elva dan memaksanya masuk ke rumah Kelvin. Sebab, saya tak mau para tetangga curiga melihat kami meski saat itu kondisi di perumahan itu cukup sepi. Saya tak perlu membobol rumah karena Kelvin sudah memberi kunci duplikat beberapa minggu sebelumnya.
“Apa yang terjadi kemudian, sudah bisa ditebak. Saya cuma melakukan pekerjaan dari Kelvin. Tapi Elva memang tak menyerah dengan mudah. Meski begitu, dia bukan tandingan saya. Meski melawan mati-matian, saya tak kesulitan untuk melumpuhkannya. Saya harusnya ‘menanam’ bukti yang memberatkan Maudy, sesuai dengan permintaan Kelvin. Namun waktunya tak memungkinkan karena harusnya Maudy segera pulang ke rumah. Sementara Kelvin sedang bersama rekan-rekan sekantornya. Karena itu, saya terpaksa buru-buru meninggalkan rumah itu.
“Saya membuat pengakuan ini tanpa paksaan dari siapa pun. Anggap saja saya baru saja mendapat pencerahan karena melihat sendiri betapa tamaknya Kelvin. Tanpa bermaksud membela diri, saya memang manusia jahat karena mau saja menuruti permintaannya dengan imbalan uang untuk membeli narkoba. Tapi ini mungkin menjadi satu-satunya kesempatan saya untuk berbuat benar. Minimal, saya akan memastikan otak pembunuhan ini bisa terungkap,” pungkasnya.
Ari juga mengirimkan sebuah amplop tebal yang isinya menyudutkan Kelvin. Yaitu beberapa rekaman suara percakapan dirinya dengan Kelvin via telepon serta kunci cadangan yang disebut-sebutnya di video.
Kini, Kelvin tak bisa mengelak lagi. Lelaki itu jelas-jelas merencanakan pembunuhan pada istrinya. Kelvin juga merinci apa yang diinginkannya untuk dilakukan oleh Ari. Juga ada rekaman saat Kelvin memberikan alamat rumahnya serta janji untuk mengirim kunci cadangan pada Ari. Semua bukti-bukti itu membuat pembelaan pengacara Kelvin pun menjadi mentah. Lelaki itu diganjar hukuman seumur hidup.
Kasus pembunuhan itu menjadi begitu populer dan menjadi perbincangan di mana-mana. Publik menyesalkan satu hal, Ari yang bisa tetap bebas dan menghilang entah ke mana. Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada lelaki itu. Polisi gagal menemukan sang pembunuh.
Kini, setahun setelah tragedi itu, Maudy mendatangi penjara untuk membesuk Kelvin. Dia tidak melakukan itu karena masih mencintai Kelvin. Melainkan karena ingin menikmati setiap momen kesedihan dan keputusasaan yang dialami oleh Kelvin.
“Kamu tahu, kan, kalau aku tak mungkin membunuh Elva? Aku juga sama sekali tak pernah merancang pembunuhan padamu. Semua rekaman suara itu cuma fitnah,” tanya Kelvin untuk kesekian kalinya. “Aku tak mungkin bisa melakukan hal keji semacam itu. Kesalahanku cuma satu. Aku pernah berselingkuh dengannya. Tapi itu karena aku ….”
Maudy mengubah hati dan pikirannya ke dalam mode hening. Dia tak lagi mendengarkan semua ucapan basi yang meluncur dari bibir Kelvin. Betapa dia makin muak saja pada lelaki pengecut ini. Maudy takjub, bagaimana bisa dulu dirinya sampai jatuh cinta pada Kelvin? Lelaki ini menganggap bahwa Maudy adalah perempuan bodoh yang tak tahu apa pun. Padahal, bukti-bukti selama di persidangan sudah menjelaskan semuanya.
Maudy menjenguk Kelvin di penjara | ilustrasi: Hipwee via www.hipwee.com
Maudy menampilkan diri sebagai istri setia yang memaafkan perselingkuhan suaminya. Meski kenyataannya dirinya sama menakutkan dengan Kelvin. Maudy sudah membunuh Elva meski menggunakan tangan orang lain. Namun, perempuan itu sama sekali tak menyesal.
Dia sudah memanfaatkan banyak sumber daya penting demi membalaskan pengkhianatan yang sudah dilakukan Kelvin dan Elva. Maudy membela diri dengan cara yang pantas. Itulah salah satu keuntungan besar saat kamu memiliki uang dan mengenal orang-orang yang tepat.
“Dy, aku ingin….”
Maudy memutuskan untuk berhenti berpura-pura bersimpati pada Kelvin. “Vin, aku datang ke sini untuk memberi tahu bahwa aku sudah mengajukan gugatan cerai padamu.”
“Bagaimana bisa kamu ingin bercerai saat aku mengalami masalah serius?” suara Kelvin agak meninggi.
“Karena sudah tak ada gunanya mempertahankan rumah tangga kita. Aku ingin melanjutkan hidup. Dan kukira, sudah saatnya. Aku sudah menunggumu selama setahun penuh. Kurasa, aku tak perlu membuktikan apa pun padamu. Selama ini, aku adalah istri yang setia. Jadi, kewajibanku sudah kutunaikan.”
Kelvin menatap Maudy dengan bibir terbuka. “Kamu benar-benar meninggalkanku?”
“Sebaliknya, kamu yang meninggalkanku,” kata Maudy. Dia sudah tak bisa terus-menerus berakting sebagai orang bodoh. “Ini terakhir kalinya aku datang ke sini. Oh ya, Ari titip salam untukmu. Dia bilang, kamu teman SMA yang paling dekat dengannya.”
“Ari? Kamu mengenal dia?” tanya Kelvin. Maudy bisa melihat wajah lelaki itu pucat pasi.
Maudy tersenyum dingin. “Ada kabar duka. Ari sudah meninggal minggu lalu akibat overdosis.”
“Aku….”
“Selamat tinggal, Vin. Lain kali, jangan pernah mencoba membunuh perempuan yang paranoid. Karena bisa menjadi bumerang yang membuatmu dihukum seumur hidup,” tandas Maudy dengan nada puas yang kentara.
***
Setahun sebelumnya….
Tentu saja Kelvin kaget setengah mati karena telepon genggam rahasianya yang tadi siang dicopet oleh salah satu orang suruhan Maudy, tahu-tahu ditemukan di dekat tempat tidur. Kelvin pasti tak mengira jika gadis muda yang menabraknya di restoran tadi siang adalah seorang pencopet ahli.
Namun, tentu saja bukan cuma itu kejutan yang disiapkan Maudy untuk suami yang sudah mengkhianatinya itu. Perempuan itu sangat yakin, polisi akan segera menangkap Kelvin dengan tuduhan pembunuhan. Karena Maudy sudah memastikan bahwa Kelvin yang akan bertanggung jawab. Itu harga yang pantas dibayar oleh pria pengkhianat yang membuat Maudy benar-benar muak itu.
Semua berawal dari tes akhir yang disiapkan Maudy untuk sang suami. Dia yakin bahwa Kelvin akan lulus seperti yang sudah-sudah. Buktinya, beberapa perempuan yang “dikirim” Maudy untuk menggoda Kelvin dengan sengaja, tak berhasil menarik perhatian Kelvin. Bahkan cek yang diberi Ivan sebagai harga agar Kelvin meninggalkan Maudy, malah dibelikan mobil mewah untuk perempuan itu. Semua itu yang membuat Maudy meyakini bahwa Kelvin memang tulus mencintainya.
Namun, ternyata ujian terakhir yang disiapkan Maudy secara tiba-tiba, justru menjatuhkan lelaki itu. Permintaannya untuk menyiapkan perempuan paling cantik di jasa layanan pendamping bernama Bidadari, memberi hasil yang mengejutkan.
“Elva baru saja menyerahkan surat pengunduran diri. Dia mengaku baru mendapat tawaran pekerjaan yang lebih menggiurkan,” lapor Mariska, pemilik sekaligus pendiri Bidadari. Perempuan itu sudah dikenal Maudy sejak SMP. Maudy bahkan berinvestasi di Bidadari saat baru didirikan lima tahun silam.
“Mengundurkan diri?” Maudy mengernyit. “Bukankah seharusnya Elva menyelesaikan tugasnya sampai genap satu bulan?”
“Iya, harusnya memang begitu. Tapi Elva bersikeras bahwa Kelvin tak tertarik padanya. Menurutnya, sia-sia saja menggoda Kelvin. Selain itu, Elva mengaku membutuhkan penghasilan lebih besar yang tak didapatnya di Bidadari,” ungkap Mariska.
Elva dan Kelvin baru saja kembali dari Bali kurang dari seminggu. Selama ini, laporan yang didapat Maudy dari Bidadari, Elva mengaku bahwa Kelvin tak menanggapi rayuannya sama sekali. Kendati demikian, tetap saja seharusnya Elva mundur setelah berlalu satu bulan. Jadi, bagi Maudy yang menilai alasan perempuan yang dimintanya untuk menguji kesetiaan Kelvin itu, tidak masuk akal. Jika Elva mendapat tawaran pekerjaan yang bagus, mengapa dia menyanggupi untuk tugas yang diberikan Bidadari untuknya?
“Apa yang harus kulakukan, Dy? Perlukah aku menyuruh orang untuk menguntit Elva?” Mariska memberi pilihan.
“Tidak usah,” tolak Maudy.
Meski begitu, Maudy tak tinggal diam. Perempuan itu meminta bantuan pada orang lain yang bisa dipercayanya. Detektif bernama Lee itu. Tak cuma Maudy yang memanfaatkan jasa lelaki berusia pertengahan tiga puluhan itu. Melainkan juga keluarga besar ayah dan ibu Maudy.
Lee yang kemudian memberi berlimpah informasi untuk Maudy. Dia akhirnya tahu bahwa Elva dan Kelvin menjalin hubungan panas di belakang Maudy. Kelvin bahkan membelikan Elva sebuah apartemen yang kemudian ditinggali perempuan itu.
Maudy yang awalnya sangat kaget dengan pengkhianatan Kelvin, akhirnya berubah murka. Apalagi saat tanpa sengaja dia menemukan ponsel rahasia milik suaminya yang dimasukkan ke dalam saku jas. Harusnya, Kelvin yang mengurus masalah laundry seperti biasa. Namun karena Kelvin pulang ke rumah dalam kondisi terlalu capek, Maudy yang mengambil alih. Saat memasukkan tumpukan baju kotor ke keranjang khusus itulah dia menemukan ponsel itu.
Maudy yang biasanya tak pernah menyentuh barang-barang pribadi milik Kelvin, kali ini melakukan hal yang berbeda. Keterkejutan perempuan itu kian tak terbendung saat membaca pesan-pesan mesra yang menjurus cabul antara Kelvin dan Elva. Belum lagi daftar panggilan telepon yang panjang ke satu nomor yang tak dikenal Maudy.
Semua itu membuat Maudy meminta jasa seorang peretas yang dikenalnya baik. Begitulah! Rencana jahat Kelvin untuk menghabisi Maudy yang akan disamarkan seolah sebagai akibat dari perampokan yang gagal, akhirnya terbongkar.
“Aku tak siap menghadapi ini semua, Pa,” aku Maudy pada Ivan. “Aku tak mengira kalau Kelvin merencanakan semuanya untuk mencelakaiku.”
Perempuan itu menahan tangis yang nyaris pecah. Hanya pada ayah dan ibunya saja Maudy terbuka membahas segalanya. Dia jauh lebih percaya pada keduanya ketimbang orang lain. Tadinya, Kelvin ada di urutan selanjutnya sebelum menghancurkan kepercayaan Maudy.
“Jadi, apa rencanamu sekarang?” Rania yang membuka mulut.
“Aku akan membalikkan keadaan. Detailnya seperti apa, Mama dan Papa mending tidak usah tahu. Sekadar berjaga-jaga kalau sampai ada masalah di tengah jalan.”
Ivan tampak khawatir. “Apa kamu yakin?”
“Yakin, Pa,” angguk Maudy. “Papa dan Mama tenang saja. Aku akan sangat berhati-hati dan membuat rencana yang matang.”
Maudy menepati janji pada orangtuanya. Perempuan itu sungguh berhati-hati agat tak meninggalkan jejak.
Salah satu hal penting yang dilakukannya, bersandiwara selama berminggu-minggu. Maudy berpura-pura cemas karena matinya kamera CCTV dalam banyak kesempatan serta alarm rumah yang menyala seolah ada penyusup yang mencoba memaksa masuk. Pada akhirnya, kedua hal tersebut memberi keuntungan tersendiri untuk memuluskan sandiwara Maudy.
Kamera CCTV di rumah Kelvin-Maudy itu sengaja diretas Ari atas permintaan Kelvin, seperti pengakuan sang pembunuh di videonya. Maudy mengikuti permainan suaminya dan memetik keuntungan dari situ. Akibatnya, tak ada rekaman video yang menampilkan saat rumah Maudy dan Kelvin itu kedatangan tamu. Pertengkaran dan pergelutan keduanya pun tak terekam oleh kamera.
Kenyataannya, Ari menyembunyikan fakta penting. Yaitu, dia dan Elva datang semobil dengan kendaraan milik kekasih gelap Kelvin itu. Elva dijemput dari apartemen yang dihuninya dan dipaksa Ari untuk mengikuti lelaki itu. Keduanya masuk ke dalam rumah dengan menggunakan kunci duplikat yang dikirimkan Kelvin sebelumnya. Ari juga yang sengaja menaruh telepon genggam milik Kelvin itu di TKP. Telepon yang didapatnya dari seorang kurir.
Mengapa Ari berbohong tentang dua hak penting itu? Jawabannya simpel saja meski pasti menjadi kejutan hebat jika Kelvin atau pihak berwajib mengetahui alasan yang sebenarnya. Karena Ari bekerja untuk Maudy!
Maudy mengontak Ari dengan perantaraan Lee. Lalu, Maudy memberikan penawaran yang tak akan pernah ditolak oleh manusia tamak, terutama bagi yang membutuhkan biaya untuk membeli narkoba. Apalagi kalau bukan uang? Tentunya dengan jumlah yang fantastis. Seperti tebakannya, Ari menyerah dengan mudah dan memilih untuk mengkhianati teman lamanya.
Namun, sejak satu bulan lalu, Ari mulai bertingkah. Laki-laki itu kehabisan duit dan mulai memeras Maudy. Sekali lagi, Maudy terpaksa memanfaatkan jasa Lee. Maudy tak ingin tahu detailnya tapi yang jelas Ari yang kabur ke Pulau Bintan setelah pembunuhan Elva, sudah meninggal karena overdosis. Itu berita baik bagi Maudy. Karena tak akan ada yang bisa mengaitkan dirinya dengan kematian Elva. Semua musuhnya sudah tumbang.
Indah Hanaco adalah penulis 53 buah novel. Indah sangat suka menulis novel bertema romance dengan isu kesehatan mental atau kekerasan yang dialami perempuan. Info tentang karya-karya Indah bisa dicek di akun Instagram @indah_hanaco.