Sebenarnya saya nggak begitu suka menonton film di bioskop, terlebih film Indonesia. Bukan karena film itu kurang bagus, tapi karena: 1) saya punya kebiasaan buruk yang mudah mengantuk ketika suhu ruangan dingin, dan 2) saya lebih senang menonton di televisi–biasanya film baru di Indonesia lebih cepat tayang di televisi dibanding dengan film luar. Nggak lama setelah film rilis di bioskop, 2-3 bulan film itu sudah bisa dinikmati di ruang tengah, kursi sofa, dan layar kaca.
Jadi daripada uang ludes dan saya nggak mendapat apa-apa dari bioskop selain tidur pulas, saya lebih memilih menunggu filmnya tayang di televisi. Tapi, ya, mau bagaimana lagi saya terbukti nggak mampu menahan kerinduan saya menyaksikan keindahan mantan pacar idola saya Tika Bravani dalam film yang baru rilis 14 Desember lalu. Selebihnya hanyalah urusan pekerjaan tulis-menulis. Baiklah, inilah dia review Film 5 Cowok Jagoan dan 3 hal yang patut dibicarakan setelahnya.
ADVERTISEMENTS
(SPOILER ALERT)
ADVERTISEMENTS
Satu lagi film bergenre Action Comedy dari Anggy Umbara. Sejenis dengan Comic 8, 5 Cowok Jagoan lebih baik karena aktornya punya jam terbang yang tinggi
Tentu sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa action dan comedy menjadi ruang eksplorasi Anggy Umbara. Mama Cake (2012) bergenre komedi, 3: Alif Lam Mim film action, dan kemudian Comic 8 dengan action comedy-nya. Pun halnya dengan 5 Cowok Jagoan, action comedy kembali dipilih olehnya. Ya, mungkin Anggy memang pengen dikenal sebagai sutradara film action comedy.
Bicara soal film, 5 Cowok Jagoan bercerita soal kepahlawanan dari seorang cleaning service bernama Yanto (Ario Bayu) yang pengen menyelamatkan Dewi (Tika Bravani) sang pujaan hatinya, dari penjahat yang menculiknya. Bersama keempat temannya Dedy (Dwi Sasono), Danu (Arifin Putra), Lilo (Muhadkly Acho), serta Reva (Cornelio Sunny), mereka bergerilya meski nggak punya latar belakang bela diri. Aksi nekat itu hanya tertolong oleh kekuatan super Reva dan pertemuan mereka dengan Debby (Nirina Zubir) sang cewek jagoan.
Barangkali 5 Cowok Jagoan ini sedikit lebih baik dari Comic 8. Meski cerita yang dibangun kurang kuat, namun dengan nama besar dan kualitas akting aktor film ini terselamatkan. Di sini mungkin sang sutradara sudah paham betul bahwa film nggak hanya sebatas cerita yang menarik, tapi juga bagaimana kepiawaian aktor dalam menghidupi cerita. Ya, hanya Muchadkly Acho yang berlatar belakang stand up komedian, sisanya adalah aktor-aktor dengan jam terbang yang cukup tinggi. Pemilihan aktor ini sangat berpengaruh karena kecenderungan sutradara Rafathar ini selalu pengen memasukan unsur komikal di hampir setiap adegan filmnya.
Nah, jebakan dari ambisi komedi itu biasanya adalah bangunan emosi tokoh yang seketika ‘patah’; sedang serius atau sedih, eh, tiba-tiba suruh nge-jokes atau melucu, kan susah, ya? Hal ini butuh kecerdikan sang aktor untuk memainkannya tanpa merusak pakem akting yang natural atau kewajaran akting. Dan, inilah tujuan Anggy memasukkan aktor-aktor dengan jam terbang tinggi.
ADVERTISEMENTS
Kejanggalan-kejanggalan cerita dan pesan mulia yang dibawa film 5 Cowok Jagoan
Secara ide cerita, 5 Cowok Jagoan bukanlah sesuatu yang baru, mirip film Resident Evil—kisah berebut ramuan super dengan khasiat mengubah manusia menjadi zombie. Pembedanya adalah protagonisnya yang berjumlah 5 orang dan kisah asmara Yanto dengan Dewi di baliknya. Lalu ihwal penokohan, jenis tokoh dalam film ini nggak jauh beda dari Comic 8: protagonis dengan aksi konyol. Namun, diluar itu, ada beberapa kejanggalan-kejanggalan lain dalam cerita, seperti kekuatan Reva yang muncul tiba-tiba setelah digetok kepalanya, peralihan sikap Dewi kepada Yanto dan Debby kepada Reva—menyukai orang secepat dan semudah itu dalam hitungan detik? Wow! Dan tentu saja yang paling nggak masuk akal: penggunaan lagu poco-poco untuk latihan militer? Ketemu berapa perkara, nih? Kejanggalan-kejanggalan ini merusak konsentrasi saya.
“Ya, namanya juga film … ceritanya kan bo’ongan,”
Orang-orang kerap mengatakan itu ketika melihat keanehan film. Pemakluman itu nggak bisa dibiarkan. Bagaimanapun, film merupakan gambaran realitas yang dipindahkan dalam sebidang layar. Baik atau jeleknya suatu film salah satu indikasinya adalah sejauh mana representasi realitas yang dibangun terlihat. Singkatnya film yang baik adalah sebaik-baiknya representasi dari realitas sebenarnya. Dalam film, hubungan sebab-akibat harus menjadi pakem agar tercipta kewajaran cerita, nggak terkecuali film fiksi atau fantasi. Bagi saya, kewajaran itu adalah penilaian utama sebelum berangkat kepada penilaian lain, semacam seberapa keren, bagaimana relevansi dengan kenyataan di sekitar, dan sebagainya.
Kembali ke 5 Cowok Jagoan, kalau pun mau menampilkan perubahan rasa Dewi dan Debby kepada Yanto dan Reva, ya harus menunjukan dahulu penyebab-penyebab yang konstruktif dan masuk akal, bukannya ujug-ujug suka. Sama halnya dengan kekuatan Reva dan lagu poco-poco, butuh bridging sebagai pendukung agar peristiwa yang terjadi setelahnya menjadi masuk akal.
Meski begitu, ada yang bisa diteladani dari kisah 5 Cowok Jagoan, yaitu perjuangan untuk menolong yang terkasih (tokoh Yanto) meski dinaungi dengan segala keterbatasan. Sedangkan keberanian yang dibalut kenekatan dari 4 jagoan lain tersirat pesan bahwa nggak perlu menunggu jadi superhero dahulu untuk menolong orang, intinya dalah keberanian dan ketulusan. Banyak orang di luar sana yang membutuhkan pertolongan, namun kebanyakan orang kurang peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Ya, dengan segala kekurangan pesan mulia ini terselip di dalamnya
ADVERTISEMENTS
Keberanian 5 Cowok Jagoan bersaing dengan film lain, serta pertanyaan-pertanyaan untuk Anggy Umbara
Saya cukup mengikuti perkembangan Anggy Umbara selaku sutradara fim 5 Cowok Jagoan. Mulai dari Cowboy Junior The Movie, film Comic 8, 3: Alif Lam Mim, sampai Warkop DKI Reborn. Namun saya bukanlah penggemar. Boleh jadi karena selera saya berbeda dengan film yang dibuat oleh pria berusia 35 tahun itu. Meskipun begitu, saya salut dengan konsistensinya menggarap film-film yang hampir selalu profitable di pasaran. Barangkali saya melantur, tapi menurut saya besar kemungkinannya kariernya akan lebih sukses jika ia memilih menjadi produser.
Pujian saya sematkan kepada Anggy Umbara beserta stakeholder film 5 Cowok Jagoan atas keberaniannya merilis film pada bulan ini. Pujian ini bukan tanpa alasan, pasalnya bulan Desember ini mereka bersanding dengan film-film yang berpotensi mencuri pangsa pasar mereka. Dari Hollywood nama-nama seperti Star Wars: The Last Jedi, Jumanji: Welcome to the Jungle, Pitch Perfect 3 tentu menggiurkan para pecinta film untuk hadir di bioskop kesayangan mereka. Selain itu, dari film Indonesia seperti Chrisye, Ayat-ayat Cinta 2, Susah Sinyal, dan yang lainnya yang nggak kalah ditunggu oleh khalayak luas.
Dalam ulasan, kritik, dan pujian di atas terselip sebuah tanda tanya di benak saya untuk sang peramu film. Melihat dari pilihan action comedy yang kembali diambil oleh Anggy Umbara, menarik untuk ditunggu di film selanjutnya akankah Anggy kembali memilih pilihan yang sama? Atau mencoba genre baru seperti Joko Anwar yang meraih sukses dengan Para Pengabdi Setan? Akankah 5 jagoan ini sanggup merup kesuksesan jumlah penonton seperti Comic8 atau Warkop Reborn ditengah persaingan dengan film-film ‘ternama’ lainnya di bulan ini? Menarik untuk kita nantikan sama-sama sepak terjang sutradara kondang yang satu ini.