Menjadi mahasiswa Sastra Inggris punya tantangannya sendiri. Mulai dari dikira punya nilai TOEFL sempurna, dimanfaatkan teman untuk menerjemahkan abstrak, sampai disuruh bikin puisi: tantangan-tantangan apa lagi sih yang niscaya datang pada kehidupan anak Sastra? Simak artikel Hipwee selengkapnya!
1. Waktu masih semester awal, kamu merasa sangat kece dengan predikat ‘mahasiswa Sastra Inggris’ yang kamu sandang
Jadi, alasan yang utama kenapa kamu mengambil jurusan Sastra Inggris adalah:
- Kamu memang jatuh cinta sama bahasa Inggris, dan rasanya salah aja kalau sampai gak masuk jurusan Sastra Inggris
- Sastra itu keren, apalagi kalau ada embel-embel “Inggris”-nya
- Kamu menghindari mata kuliah hitung-hitungan dan statistika
- Nilai tertinggi di raport SMA adalah nilai Bahasa Inggris
- Kamu gak keterima di jurusan lain
- Kamu mengira kuliah di Sastra Inggris gampang. Cuma belajar bahasa Inggris doang, dari TK juga udah diajarin!
2. Atmosfer kuliahmu kasual–bahkan ke kampus saja boleh pakai sandal
Ini nih salah satu hak istimewa tak tertulis yang didapat anak sastra. kuliah pakai kaos oblong, jeans sobek, sama sandal jepit. Gak masalah! Yang penting sedia kamus Oxford Advanced Learner’s di tas.
Pagi hari yang cerah, di depan gerbang kampus
Pak Satpam : “Woi Mas! Mau ngapain kesini?”
Samsul : “Saya Pak? Mau kuliah… Kenapa Pak?”
Pak Satpam : “Lha kok kuliah pakai sandal jepit sama jeans sobek-sobek begitu?”
Samsul : “Yah Pak, beneran. Nih KTM saya.”
Pak Satpam : “Oh, pantes. Anak Sastra.”
*Samsul pun melenggang sambil cengengesan*
3. Tapi ternyata oh ternyata… Kuliah Sastra tak selalu sesantai itu
Kuliah Sastra gampang? Hmpft! Pertama, berhubung namanya Sastra, kamu harus siap-siap memaksa diri membaca banyak literatur klasik dan teori. Belum lagi kalau sudah Semester III, di mana kamu akan diperkenalkan pada duo linguistik dan literatur.
Sebagai anak Sastra Inggris, kamu juga akan diperkenalkan pada karya-karya Will Shakespeare. Kalau dulu waktu SMA kamu sekadar pernah dengar namanya, sekarang kamu dituntut menganalisa sonetanya, atau mungkin drama-dramanya dari Romeo and Juliet sampai Othello. Dan yang baru kamu sadari, bahasa Inggris di saat Shakespeare hidup itu BEDA BANGET dengan zaman kita.
Kalimat bahasa Inggris yang biasa kamu dengar sehari-hari: “Good morning, how are you doing today?”
Kalimatnya Shakespeare:
“Shall I compare thee to a summer’s day?
Thou art more lovely and more temperate:
Rough winds do shake the darling buds of May,
And summer’s lease hath all too short a date.”
???
4. Beberapa mata kuliah juga menuntutmu bekerja keras untuk tak menaruh kepala di atas meja dan tertidur
Ada banyak banget mata kuliah yang bisa bikin para mahasiswa Sastra Inggris terserang kantuk berat:
Poetry
Stylistic
History of English Literature
Introduction to English Literature
General History of Great Britain, America, Europe
History of England and English Speaking Nations
5. Kamu pun akan dihadapkan pada kenyataan hidup berupa mata kuliah Linguistik
Waktu KRS-an
Kamu : “Duh, ngulang PLU nih semester depan.”
Temen : “Dapet apa emang?”
Kamu : “Dapet C nih, sial.”
Temen : “Yaelah, sama Tong! Udah bagus gak dapet D.”
Kamu : “Eh iya ya bener juga, gak usah diulang ya berarti?”
Temen : “Gak usahlah. Ngapain? Buang-buang duit aja.”
Kamu : “Iya deh, lagian mata kuliahnya sulit gini. Iya kalo bisa dapet A pas ngulang nanti.”
Temen : “Haha… harus belajar kayak apa ya biar dapet A?”
6. Mungkin kamu juga bertanya-tanya: gunanya belajar tree diagram di kelas Morphology itu apa?
Ini apa? Habis lulus bisa buat apa? Penting buat hidup? #gagalpaham
7. Terkadang, logat para dosen bisa menjadi problema tersendiri
“Itu tadi Bu dosen habis ngomong apa ya?”
“Nggak tahu, aku tadi ngangguk-ngangguk biar dikira ngerti aja sih.”
“Ah elah! Zzzz!”
8. Setelah beberapa lama menjadi mahasiswa di jurusan ini, kamu mulai dianggap genius berbahasa Inggris oleh orang-orang di sekitarmu
Pernyataan dan pertanyaan seperti ini sering menghampiri telinga anak Sastra Inggris:
“[Masukkan kata bahasa Inggris apa saja di sini] artinya apa sih?”
“Cara nulis [kata] gimana ya? Pakai huruf ‘e’ atau ‘i’?”
“Nilai TOEFL-mu berapa?”
“Pin, terjemahin abstrak artikelku dong! Harga temen ya!”
Di rumah, kamu juga sering diminta mengajarkan bahasa Inggris ke adik, keponakan, atau bahkan tetangga.
Adek : “Ma, aku ada PR bahasa Inggris nih Ma. Ajarin dong…”
Mama : “Lho, minta tolong Kakak aja itu, yang kuliah Sastra Inggris.”
Pas nonton film yang punya subtitle bahasa Inggris, kamu juga yang disuruh menerjemahkannya!
Adek : “Kak, itu artinya apa? Jelasin dong, ini orang-orangnya lagi ngapain?”
Kamu : *mencet tombol pause* “Hhhhh…. Jadi itu artinya… … ”
9. Kamu pun akan bertemu beberapa pertanyaan sampai hampir bebal. Contoh: “Emang kalau di Sastra Inggris belajar apa sih?”
Temen : “Belajar apa aja sih di Sasing? Ngapain aja kuliahnya?”
Kamu : “Ya gitu deh. Listening, writing, reading, speaking.”
Temen : “Hah, kok kayak anak SD?”
Kamu : “Gak gitu juga kali, ‘kan masih ada Morphology, Phonology, Prose, sama Poetry.”
Temen : “Wah… Apaan tuh?”
Kamu : “Nah ‘kan gak ngerti, makanya jangan sotoooy…”
10. Orang juga sering bertanya: “Kalau lulus mau kerja jadi translator ya?”
Lapangan kerja anak Sastra itu tidak terbatas di bidang penerjemahan. Kami bisa jadi guru, editor, penulis, sampai diplomat atau bahkan pengusaha travel. Tergantung kata hati!
11. Kalau lagi main bareng teman dan ada bule, teman-temanmu akan menjadikan kamu “tumbal” yang harus nyamperin si bule
Temen : “Eh, ada bule ganteng tuh! Sana samperin!”
Kamu : “Apaan sih.”
Temen : “‘Kan kamu yang anak Sastra Inggris!”
Kamu : “Lah terus aku mau apa nyamperin dia? Diskusi puisi?”
Temen : “Ya foto-foto kek, tanya namanya kek…”
Kamu : “Kalo cuma gitu doang sih gak harus aku yang nyamperin… Udah kamu aja sana, yang ngebet juga siapa?” #gagalpaham
12. Tapi sewaktu kamu ngomong pakai bahasa Inggris, malah dicap sok
Temen : “Lo anak Sasing, ‘kan? Kenal Cynthia gak?”
Kamu : “Kenal, kenapa?”
Temen : “Dia anaknya emang sok gitu ya?”
Kamu : “Ah, sok gimana?”
Temen : “Ngomongnya campur-campur, bahasa Inggris sama Indonesia. Baru pertama kali gue ketemu makhluk macem gitu. Monyet aja ngomongnya pakai satu bahasa.”
Kamu : “Ah elah… Santai laaah… Itu sih emang gaya ngomong alaminya dia. Ustadz di TV yang sedikit-sedikit ngomong bahasa Arab, itu sok gak? Mbak kantin yang suka ngomong campur Sunda-Indonesia, sok nggak? Lah kenapa giliran Cynthia ngomong bahasa Inggris, lo jadi sewot?”
Karena kondisi lingkungan yang membiasakanmu memakai bahasa Inggris, kadang kamu dan temanmu menjadi terbiasa bercakap-cakap dalam bahasa campuran. Ini bukan sok, tapi murni karena kebiasaan.
Kamu tahu sih kebiasaan ngomong campur-campur ini dianggap miring di masyarakat, maka dari itu kamu berusaha untuk selalu memakai bahasa Indonesia kalau bicara dengan teman-temanmu di publik. Tapi namanya juga kebiasaan, tetap aja satu-dua kata bahasa Inggris terselip dalam kalimatmu. Yah… siap-siap aja menerima pandangan menghakimi dari satu-dua orang.
Walau sering salah dimengerti orang sekitar, di Sastra Inggris kamu akan menemukan berbagai hal yang gak akan kamu temukan di jurusan lain…
13. Kamu akan bertemu dengan mata kuliah play performance dan stage performance!
Lewat mata kuliah ini kamu dan teman-temanmu belajar banyak hal. Gak cuma gimana caranya supaya kalian pintar mendalami peran dan mendapat nilai yang maksimal, tetapi juga gimana kamu dan teman seperjuanganmu belajar menjadi tim yang solid dan kompak. Latihan fisik dan vokal saja perlu seminggu 3 kali. Belum lagi, kamu harus memutar otak supaya dapat dana demi pementasan. Properti, kostum, set panggung, lighting, dan sebagainya juga harus disiapkan.
Hal ini tanpa sadar memupuk persahabatan kalian. Susah-senang dan jatuh bangun bareng membuat kalian makin kompak dan solid. Kalian juga menemukan arti persahabatan yang sebenarnya.
14. Membaca banyak novel klasik adalah pengalaman yang juga membuka mata
Karya-karya penting seperti To Kill A Mockingbird, 1984, Dubliners, The Color Purple, dan Gulliver’s Travel dihargai bukan hanya karena mereka memiliki kata-kata yang indah atau plot yang menarik. Karya-karya ini juga penting karena kritik sosialnya, atau filsafat-filsafat yang mereka bawa. Makanya, membaca buku-buku ini pada akhirnya membuka matamu tentang dunia. Siapa yang tak tersentuh pada kepolosan Scout dalam To Kill A Mockingbird? Siapa yang menyelesaikan 1984 tanpa menjadi pembenci pemerintahan tiran?
15. Skripsimu juga seru, karena boleh membahas novel atau film favoritmu
Di jurusan Sastra Inggris kamu bisa menggunakan film atau novel favoritmu sebagai bahan skripsi. Bahkan mungkin kamu sudah bisa ancang-ancang dari semester awal, mau menulis apa di semester 8 kelak! Asyik ‘kan?
16. Selain itu, kamu juga bisa punya kerja sampingan yang lumayan
Mau kerja sambilan yang bisa dikerjain dari rumah? Ada! Atau malah mau sambil jalan-jalan? Bisa banget!
Sebagai mahasiswa sastra Inggris, pekerjaan sambilan terbuka luas untuk kamu. Kamu bisa menjadi guru les bahasa Inggris bagi siswa SD-SMA. Atau kamu juga bisa kerja sambilan sebagai freelance writer dan translator. Kamu pingin pekerjaan lapangan yang membuatmu bertemu dengan orang banyak? Melamar saja sebagai guide untuk bule. Dijamin kamu bakal bisa bertukar pengalaman seru dengan mereka. Ditambah lagi, kamu bisa jalan-jalan gratis.
17. Kamu dilatih pandai berbicara lewat makul Public Speaking, dan jadi jurnalis hebat lewat Journalism
Di jenjang kuliah, bakat menulismu akan terasah lewat mata kuliah Journalism. Bahkan, kecakapanmu dalam berbicara juga dilatih lewat mata kuliah public speaking. Nilai plusnya, kamu bisa menguasai dasar-dasar jurnalisme dan public speaking dalam dua bahasa sekaligus: fasih dalam menggunakan bahasa Indonesia, kamu mumpuni dalam bahasa Inggris!
18. Ada sisi kreatifmu yang tumbuh lewat pelajaran berpuisi dan mengarang indah
Selain kamu jadi makin fasih mengolah kata, mata kuliah creative writing dan mata kuliah literature lainnya mampu mengasah imajinasi dan sisi kreatifmu.
Ujian Prose: soalnya cuma 2 baris, tapi jawabannya harus 2 lembar. Kalo gak kreatif mana bisa jawab tuh!
19. Lama kelamaan, kamu terbiasa melihat permasalahan hidup dari berbagai macam sudut pandang
“We are all in the gutter, but some of us are looking at the stars.”
― Oscar Wilde
Karena biasa menganalisis karya sastra dengan berbagai sudut pandang, kamupun juga bakal belajar dan menjadi terbiasa untuk melihat permasalahan hidup dari ragam sudut pandang yang berbeda. Hal ini membuatmu lebih peka dan memiliki rasa empati yang lebih tinggi.
Kemampuanmu berpikir kritis diasah lewat berbagai rupa teori, entah itu feminisme, marxisme, pendekatan sosiokultural, historis, hingga psikologis. Ragam teori yang kamu terima selama kuliah bisa membuatmu melek: ah, ternyata dunia nggak hanya hitam-putih saja. Kamu akhirnya sadar bahwa dunia itu luas begitupun pemikiran manusia. Kamu pun makin kaya ilmu. Tak hanya ilmu sastra atau tata bahasa, tapi juga psikologi dan sejarah.
20. Ketika pertanyaan “Mau jadi apa habis lulus nanti?” hadir lagi, kamu sudah bisa menjawabnya dengan percaya diri
Sekali lagi, kami bisa jadi apapun yang kami mau. Bahkan kerja sampingan kami, kalau ditekuni, bisa jadi maksimal hasilnya.
Penulis, wartawan/jurnalis, public speaker, interpreter, kerja di kedutaan, di perhotelan, guide, guru les/bikin les-lesan: gerbang dunia kerja begitu terbuka setelah kamu lulus nanti. Ketika mendaftar pekerjaan pun, kamu mendapat nilai plus karena mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni!
Sekali lagi, tak ada alasan buat tak bangga kalau sedang atau pernah kuliah di jurusan yang satu ini. Ya, kuliah di Sastra Inggris mengajarkanmu banyak hal, tentang diri sendiri, orang lain, maupun kehidupan.
HIDUP TERUS MAHASISWA SASTRA INGGRIS! 😀