Jadi setinggi model yang lenggak-lenggok di catwalk atau pose di majalah adalah dambaan banyak orang. Kamu mungkin adalah salah satu orang yang — entah karena faktor olahraga, makanan, atau keberuntungan — punya hal yang didambakan banyak orang tersebut.
Masalahnya, jadi orang tinggi di Indonesia itu nggak cuma enak doang! Bertinggi badan di atas rata-rata itu banyak repotnya juga. Nah, kali ini, Hipwee bakal mengupas seluk-beluk repotnya jadi orang tinggi. Buat kamu yang pernah merasa direpotkan sama tinggimu, kemungkinan besar kamu sudah akrab sama situasi-situasi ini!
ADVERTISEMENTS
1. Dari kecil, kamu sudah terbiasa dengan komentar orang-orang tentang tubuhmu.
“Wah, ini anaknya ya, Bu? Saya kira adiknya!” (Hahaha, wajah kamu setua itu ya?)
“Oooh, masih SD…kirain udah SMP! Soalnya bongsor banget badan kamu!” (HEMM…ini pujian atau enggak, ya? HEHE)
“Minum susunya apa, Dek? Pasti rajin minum susu ya?” (Nggak juga kok Om, saya lebih suka minum soda, hehehehe)
“Paling tinggi di kelas, ya?” (Iya Tante, sampai cowok-cowok pada takut sama saya :()
Dan yang agak sedikit ngeselin…
“Kalo kamu lebih kurus dikit lagi, pas besar bisa jadi model, lho!”
ADVERTISEMENTS
2. Komentar ini bakal berlanjut sampai kamu akhirnya dewasa
Karena rata-rata tinggi tubuh orang Indonesia nggak sampai 160 cm (buat perempuan) dan 175 cm (buat laki-laki), badanmu yang kalau di luar negeri sebenarnya biasa aja itu jadi terlihat menonjol di Indonesia. Ga perlu deh kamu pakai baju aneh-aneh atau dandan menor. Cukup pasang badan aja, orang-orang bakal otomatis menoleh ke arahmu. :”)
“Nadia? Nadia yang mana, ya?”
“Itu lho, yang tinggi itu…”
“Ooooh…yang cara jalannya aneh itu ya?”
(Iya, beberapa orang jangkung memang punya cara jalan yang ‘unik’. Kayak dibuat-buat, kata orang. Padahal ya emang cara jalanmu gitu! -___- )
ADVERTISEMENTS
3. Di sekolah, kamu selalu berdiri paling depan tiap upacara bendera
Duh, ‘kan jadi ketahuan kalau kamu lupa bawa topi!
ADVERTISEMENTS
4. Sayangnya, setiap foto bersama, kamu justru dapet tempat di paling belakang…
Giliran kamu siap nampang, kamu justru ditaruh di barisan paling belakang. Ugh.
ADVERTISEMENTS
5. Masih di zaman sekolah juga. Kamu sering dipaksa ikut kegiatan peleton inti alias baris-berbaris.
Kalau kamu memang tertarik sih, nggak apa-apa. Tapi kalau kamu lebih suka nge-game atau baca buku gimana? Gimana juga kalau kamu malas berpanas-panas ria?
Kakak kelas: “Ayo dong Dek, ikut tontiii…sayang tingginya lho!”
Kamu:
“Dih siapa elu nyuruh-nyuruh”“Sebentar ya Kak, aku minta izin Mama dulu. Soalnya aku harus diizinin Mama, Kak, hehehe.”
ADVERTISEMENTS
6. Atau paling nggak, kamu bakal dipaksa ikut ekskul basket.
Dengan alasan yang sama: sayang tinggi badanmu. Kebanyakan orang punya gambaran dalam pikiran mereka kalau orang tinggi itu atletis. Padahal banyak juga orang tinggi yang kalau ketiup angin jatuh.
7. Dengan badan yang bongsor, kamu seolah haram punya suara ‘tinggi’
“Kamu tuh, badannya doang yang gede. Suaranya kayak tikus kejepit!”
Yeeee…padahal ya sama kayak tinggi badanmu, suaramu itu keputusan Tuhan. Kamu mana punya kuasa buat minta pita suara yang lain?
8. Tapi kalau badanmu gak bongsor, kamu bakal dipanggil “terlalu kurus”…
“Ih, makan dong! Kamu kurus banget tuh!”
“Gue gak kurus, lo aja yang pendek.”
9. Memang, teman-temanmu selalu memanggil dengan sebutan yang gak kamu harapkan. Sebenarnya dalam hati, kamu pengen sekali-kali dipanggil gini…
Atau gini:
Sayangnya, mereka malah manggil kamu gini:
Atau gini:
Atau…ini….
Gak ada yang bagus. Ya udahlah!
10. Tantanganmu yang berikutnya adalah beli baju, celana, atau sepatu
Punya kaki panjang jadi impian banyak orang. Tapi nyatanya, hampir semua produsen baju di Indonesia gak mengakomodasi impian itu. Celana panjang di kakimu cuma jadi celana 7/8. Kaos lengan panjang jadi kaos junkies. Belum lagi dress: pasti kependekan dan jatohnya gak bagus.
Sebaliknya, kalau cari baju yang bisa menutup kaki atau lengan, ukurannya pasti kedodoran. Hahaha.
11. Akhirnya, mereka sering jadi penyelamatmu…
Yes! Always!
12. Tantangannya gak berhenti disitu aja. Bus-bus kota seperti Kopaja sepertinya gak dibuat untuk kamu…
Angkutan umum dibuat dengan efisien supaya bisa mengangkut orang sebanyak mungkin. Nah, konsep itu gak cocok dengan kita-kita yang punya kaki atau tangan yang lebih panjang dari rata-rata. Kakimu pasti sering kepentok kursi di depanmu. Dudukan kepala juga pasti cuma sampai leher. Apalagi masuk angkot, posemu pasti sampai hampir merangkak.
Kalau mau lebih nyaman, memang sih kamu bisa naik bus VIP atau pesawat kelas bisnis yang jarak antar kursinya lebih lebar. Tapi ‘kan…kamu nggak selalu punya uang…
13. Sebenernya gak cuma kendaraan, banyak hal lain juga sepertinya dirancang tanpa mempertimbangkan tinggimu
A. Ruang kelas
B. Eskalator, terutama di gedung-gedung lama
C. Dan bathtub
14. Waktu kamu duduk di bioskop atau berdiri di konser, gak ada yang mau ada di belakangmu
“Eh, lo jangan di depan dong, nutupin!”
“Yeee…salah siapa kuntet!”
Kalau tadi orang-orang rebutan berdiri di belakangmu, waktu nonton film atau konser pasti gak ada orang yang senang duduk dibelakangmu. Waktu di bioskop atau konser, kamu merasa serba salah gara-gara kepalamu mungkin menghalangi tontonan di depan. Terus lama-lama kamu merosot dari kursimu atau pindah ke belakang saking gak enaknya.
Ya kalau mau menghindari kejadian kayak gitu mungkin dari awal kamu harus cari kursi di belakang kali ya.
15. Tantangan terakhir…kalau kamu punya pacar!
Kalau kamu cowok sih, ini keuntungan. Kamu dan pacarmu bakal sering dibilang cute sama orang-orang:
Yang repot adalah…kalau kamu cewek :”)
Kalau cowok yang tinggi maupun pendek sama-sama mencari pacar yang lebih pendek, pasaran cewek tinggi akan jadi sangat terbatas.
Kalaupun kamu bisa dapet pacar, kamu bakal hati-hati kalau pakai heels. Takut jadi keliatan lebih tinggi, hehehe. Flat shoes to the rescue!
16. Gak jarang, kamu dapat pujian karena tinggi badanmu yang menjulang
Hehehehe…boleh dong, seneng? Hehehehe…
17. Mau bantu teman-temanmu narsis? Tangan kamu bisa jadi tongsis…
Dulu kalau ingin bernarsis-narsia ria bareng teman-teman, kamu pasti kebagian di ujung pegang kamera karena tanganmu paling panjang. Biar semua orang bisa masuk frame, ‘kan memang dibutuhkan tangan yang panjang. Walaupun sering mukamu sendiri yang kepotong.
Sekarang, sewaktu sudah semakin banyak orang punya tongsis, kamu bisa kembali berperan jadi pemegang si tongsis
18. Teman-temanmu butuh payung mendadak? Kamu siap! :p
Waktu upacara zaman sekolah dulu pasti banyak teman-temanmu yang pilih untuk bersandar di belakangmu supaya gak kepanasan. Tubuhmu yang tinggi bisa jadi penghalang efektif antara sinar matahari dan teman-temanmu yang lebih pendek. Biarpun kamulah yang akhirnya sering kepanasan, paling enggak kamu senang lah bisa jadi sedikit berguna.
19. Kamu pun bisa menolong adik atau teman-teman yang susah ngambil sesuatu di rak yang tinggi
Jadi orang tinggi itu sudah nasibnya untuk selalu dimintai tolong jadi pengganti tangga. Minta tolong ganti lampu. Minta tolong ambil barang di atas lemari. Minta tolong pasang foto di dinding. Gak apa-apa, pahalamu ‘kan jadi banyak. Kamu juga bisa gantian minta tolong temanmu yang lebih pendek untuk ambil koin yang hilang di kolong tempat tidur. Saling melengkapi aja, deh…
20. Pada akhirnya, kamu mengerti bahwa kamu lebih dari sekedar istilah “Jangkung”
Bukannya naif: fisik itu penting. Tapi apakah itu hal yang paling mendefinisikanmu? Nope.
Kamu memang tinggi, tapi bukan ‘cuma’ itu saja yang kamu punya. Kamu adalah orang yang setiap hari berjuang menaklukkan kecemasan dalam kepala, yang dalam hatinya punya cita-cita. Perjuangan menaklukkan kecemasan dan mewujudkan asa itulah yang sebenarnya menjadikan kamu manusia.
Pada akhirnya, kamu lebih dari ukuran sentimeter yang tubuhmu catat. Sepakat? 🙂