Merujuk pada penelitian dari psikolog bernama Bertram Forer, salah satu alasan kebanyakan orang percaya zodiak adalah karena kita cenderung mempercayai hasil-hasil ramalan yang bernada positif. Namanya manusia memang selalu senang mendengar hal-hal positif tentang dirinya ketimbang yang bernada negatif. Itulah kenapa kebanyakan ramalan atau ulasan zodiak mengobral pernyataan-pernyataan yang akan membuat pembacanya merasa unik dan punya banyak kelebihan.
Masalahnya, kita harus adil sejak dalam pikiran. Dalam rangka campaign #kononkatanya, Hipwee ingin menguji kecil-kecilan teori Forer di atas dengan membuat seri #GanyangZodiakmu. Saya akan menjelma orang paling jujur dengan lidah paling pedas sedunia, mengungkap sisi negatif dari tiap-tiap zodiak. Kita lihat seberapa batinmu tahan mendengarnya. Sebagian dari kamu mungkin akan muak dan tidak lagi percaya zodiak, ya ndak apa-apa. Untuk yang tetap percaya, mudah-mudahan bisa jadi bahan introspeksi diri.
Lantas, kenapa Leo mendapat giliran “yang terhormat” duluan? Pertama, karena ini sedang musim Leo (Juli 23 – Agustus 22). Kedua, bukankah Leo selalu ingin diistimewakan?
ADVERTISEMENTS
1. Leo adalah pemimpin dari semua zodiak. Ya, itu kata Leo sendiri.
Leo konon katanya dilahirkan sebagai pemimpin. Mereka rupawan, menarik hati, kreatif, dermawan, bijaksana, trengginas, jawara, anti-air, andal di darat, laut, dan udara. Tiada tanding. Tak ada dua, apalagi tiga….
Yeay, tentu saja saya melebih-lebihkan, tapi coba kita lihat besarnya kepala mereka saat membaca paragraf di atas.
Salah satu mitos Leo berawal dari seekor singa yang tinggal di dalam gua dan suka meneror warga sekitar. Ia sukar dibunuh karena kulitnya begitu keras, kebal ditusuk oleh besi, batu, atau baja. Namun, Heracles–putra dewa Zeus– berhasil mencekik dan membunuh hewan sakti itu dalam satu pergulatan. Heracles lalu menggunakan cakar dari mayat sang singa untuk menguliti dan mengambil kulit singa itu sendiri. Kulit itu lalu dijadikannya jubah sebagai trofi dan pengingat akan kehebatan Heracles.
Yup, kisah Leo adalah tentang jubah itu: harga diri dan kebanggaan. Masalahnya, para pemilik zodiak Leo di seluruh dunia kemudian “mengenakan” jubah itu walau tak semua dari mereka sehebat Heracles.
ADVERTISEMENTS
2. Apa hal yang paling tidak disukai oleh Leo? Segala sesuatu yang tidak ada Leo di dalamnya
Dulu mungkin kamu suka kesal dan risih dengan teman yang suka mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan yang tidak perlu-perlu amat ketika ada yang presentasi di kelas. Kamu curiga jika tujuannya hanya caper atau terlihat pintar dan aktif. Leo, is that you??
Memang paling mudah menemukan sosok Leo sebagai objek gosip atau pergunjingan tongkrongan. Pertama, kelakuan mereka memang memantik rumpi-rumpi. Kedua, mereka sendiri suka dengan itu.
Itu kenapa konon katanya Leo adalah zodiak yang paling cocok dengan profesi di depan layar, di atas panggung, segala yang membuatnya terlihat di manapun. Pemain teater, aktor, musisi, politikus, selebgram, vlogger, pesulap, pokoknya banci tampil. Mereka ingin menjadi bintang yang bersinar paling terang, auman paling gahar, lampu dengan watt paling tinggi, power ranger yang paling merah, dan pemilik viewer paling banyak.
Bila perlu, ia ingin menjadi pusat tata surya
Leo ingin menjadi sensasi, kadang di level lebay. Membesar-besarkan apa yang mereka punya, baik itu kelebihan maupun masalah yang mereka hadapi.
Bahkan, mengobrol dengan seorang Leo berarti kita akan menghabiskan perbincangan satu arah dengan komposisi 30 persen memperbincangkan kehebatannya, 25 persen tentang pengalamannya di hari itu, 15 persen tentang pendapatnya, 20 persen tentang komentar orang terhadapnya, dan sisanya, 10 persen membicirakan diri kita sambil ia main hape. Singkatnya, Leo bukan pendengar yang baik.
Dan itu kenapa saya cukup yakin artikel ini laku.
ADVERTISEMENTS
3. Leo tidak perlu motivasi, seperti sudah ada Mario Teguh dalam alam bawah sadar mereka
Jangan habiskan waktu dan energi untuk memotivasi mereka. Biarkan cermin yang mereka pandangi berjam-jam itu melakukannya secara otomatis.
Tapi apa salahnya dengan itu? Nah, jangan-jangan nih, faktor kuat Leo dikatakan cocok menjadi pemimpin sekadar karena ia yang paling percaya diri di antara kelompoknya. Bahkan, terkadang percaya lebih dari apa yang diri mereka punya. #wooooow #keras
ADVERTISEMENTS
4. Kecuali, tujuannya memang untuk menjilat. Wah, Leo adalah target empuk
Menjilat orang narsistik itu seperti membakar daun kering. Semudah-mudahnya.
Bagi Leo, seluruh dunia harus tahu kehebatan mereka. Maka menyenangkan Leo itu konon gampangnya minta ampun, cukup apresiasi paling dasar umat manusia: pujian. Mereka haus sanjungan, di tingkat khalifah yang sedang berkelana di gurun sahara. Ini membuat mereka rentan dimanipulasi. Orang-orang memberi makan arogansi mereka, dan Leo akan sangat lahap menikmati itu.
Di sisi lain, era media sosial dengan segala perangkat citraannya ini bisa jadi lahan basah bagi ego Leo, sekaligus jebakan jika tak tahu batas. Masalahnya Leo mana yang tahu batas?
ADVERTISEMENTS
5. Leo berpotensi menjadi diktator dan pemimpin yang tiranis
Konon katanya Leo dilahirkan sebagai pemimpin. Iya, sekali lagi disebutkan. Biar senang.
Kalimat ini problematis. Di satu sisi, benar bahwa Leo dianugerahi beberapa karakter yang dibutuhkan pemimpin. Masalahnya, sering kali Leo memaknai “dilahirkan sebagai pemimpin” seperti keturunan raja yang kemudian merasa bahwa takdirnya–kodrati dan tak bisa diganggu gugat–adalah menjadi raja dan akan melakukan apapun untuk menguasai kerajaan. Ia merasa dirinya mau bagaimanapun lebih baik dari yang lain dan selalu benar. Apapun titah raja, itu absolut. Padahal perlu diingatkan bahwa ini bukan lagi zaman Majapahit.
Pertama, mereka akan stress jika tak jadi pemimpin. Kedua, ketika menjadi pemimpin, punya naluri untuk mendominasi atau bossy. Mereka sulit berkompromi, bahkan sekadar mendengarkan masukan. Karena merasa semesta adalah dirinya, dan umat manusia tak bisa apa-apa tanpa Leo. Bersama Leo, kita akan selalu didorong untuk merasa menjadi supporting actor.
ADVERTISEMENTS
6. Leo adalah ‘donatur’ utama kapitalisme dan budaya konsumerisme
Jika saya adalah pedagang, saya akan mencari orang-orang Leo.
Sedikit saja kamu belajar studi budaya, hasrat manusia untuk senantiasa tampak sempurna dengan hal-hal artifisial dan pretensius adalah salah satu bahan bakar dari bagaimana kapitalisme bekerja. Sementara Leo hidup dengan itu. Mereka harus memastikan potret diri mereka di masyarakat itu keren. Atas nama gengsi, mereka akan mengejar impresi lewat riasan, kendaraan pribadi, gaya hidup, feed media sosial, dan sebagainya. Bagi Leo, model rambut atau sarung pelindung ponsel paling trendi seperti sembako.
Leo di zaman modern bukan cuma raja rimba, tapi raja belanja.
7. Karena tujuan hidupnya adalah mencari pengakuan, Leo mudah sekali tersinggung
Nah, coba kita saksikan langsung respons para Leo ke artikel ini.