Kasus pelecehan makin menghangat pembahasannya pasca ramainya pelecehan seksual yang terjadi saat KKN dan dialami seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri di Indonesia. Kasus ini bahkan seolah membuka tabir gunung es soal pelecehan yang terjadi di dunia pendidikan. Masyarakat pun turut belajar lagi mengenai batasan-batasan dan berbagai pelajaran menanggapi apa yang dihadapi penyintas.
Meski terus dipublikasi sebagai usaha memberi efek jera, namun pelaku pelecehan lain tampaknya memang belum kapok. Belum lama ini, seorang perempuan mengaku dilecehkan dalam angkutan umum. Ketika dipergoki, pelaku malah pura-pura tidur. Namun penyintas yang sempat mendapat pelecehan nggak tinggal diam dan memilih untuk memberikan perlawanan.
ADVERTISEMENTS
Kronologi kejadian diunggah oleh penyintas melalui Instastory-nya, dia bahkan nggak segan untuk mempublikasikan wajah pelaku
Seorang penyintas dengan nama yang dirahasiakan mengalami kejadian nggak mengenakan di dalam bus yang dia tumpangi. Bus tersebut adalah bus Mayasari Bakti jurusan Poris-Plawad. Saat sedang duduk, penumpang laki-laki di sebelahnya berkali-kali berusaha memegang pahanya. Ketika dipergoki, pelaku malah berpura-pura tidur. Nggak berhenti, pelaku kemudian melancarkan aksinya lagi hingga tiga kali.
Kronologi kejadian ini diceritakan oleh penyintas melalui Instastory-nya. Akun publik @dearcatcallers.id kemudian mengunggahnya kembali sebagai pembelajaran dan kewaspadaan kepada warganet. Untuk melindungi penyintas, namanya juga sengaja dirahasiakan.
Keberanian penyintas untuk melawan pelaku membuat banyak warganet salut dan terinspirasi. Suatu hari, kamu mengalami hal serupa, kamu bisa melakukan hal yang sama
Saat ketiga kalinya memergoki aksi nggak pantas yang dilakukan pelaku, penyintas kemudian langsung memarahinya. Dia bahkan sempat mengabadikan foto pelaku dan berusaha merebut kartu identitas pelaku.
“Mas mau mati?? Tangannya bisa nggak minggir?” ujar penyintas.
“Oh iya” balas pelaku sambil kembali berpura-pura tidur.
“Masnya namanya siapa? Sini liat ID cardnya!”
“Apa sih, apa?” sambil terus pura-pura tertidur.
“Mas pindah sekarang juga atau saya post ini di social media. Dikira cewek nggak berani apa?”
“Iya, iya saya pindah belakang.”
Penyintas bahkan sudah menyiapkan power bank untuk melawan pelaku. Namun pelaku kemudian turun di area istirahat. Penyintas juga menyarankan kepada warganet untuk bisa melakukan perlawanan ketika mengalami hal serupa. Meski terkadang korban yang pelecehan seksual cenderung syok dan mengalami kelumpuhan sesaan (tonic immobility), namun jika sebelumnya sudah bersiap dengan kemungkinan yang terjadi, keberanian untuk melawan bisa ditanamkan.
Jangan takut, beranilah untuk berteriak dan melakukan perlawanan. Apalagi jika kamu berada di tempat umum, ambil fotonya dan manfaatkan media sosial
Terkadang nggak semua orang seberani penyintas, namun kita bisa mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk dan bagaimana kita bisa membela diri. Nggak perlu takut dihakimi dan malu, sejatinya pelecehan seksual justru akan lebih parah ketika korban nggak memiliki keberanian. Jika berada di tempat umum, berteriaklah dan minta pertolongan orang sekitar. Hubungi orang terdekat, jika sempat abadikan wajah pelaku, dan unggah ke media sosial sebagai efek jera bagi pelaku. Jika kamu sendirian, lakukan perlawanan sebisamu dan jangan berikan kesempatan pada pelaku untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi.
Melalui kasus ini, kita bisa belajar bagaimana menghadapi pelaku pelecehan seksual bahkan yang terjadi di tempat umum. Tentu nggak ada yang beraharap bakal mengalami hal serupa, namun nggak ada salahnya kita bersiap untuk selalu bisa melawan dan membela diri dalam kondisi apa pun. Pokoknya mulai sekarang harus berani, lawan!