“Jangan kencing di situ, nanti penunggunya marah!”
Dalam hidupmu, pernah nggak kamu mendapat nasihat seperti itu? Kalimat itu biasanya disampaikan oleh orang yang lebih tua ketika kita sedang main di tempat yang banyak pepohonan. Nasihat ini konon akan menyelamatkanmu dari murka penunggu pohon. Mengencingi pohon dianggap sama dengan mengotori rumah setan. Maka kesurupan merupakan bentuk peringatan sekaligus hukuman.
Adanya konsep seperti itu, kita boleh menggugat setan deh. Kalau mengencingi dianggap mengotori rumah setan, lantas bagaimana dengan mereka yang menebangi hutan? Menghancurkan rumah setan dong? Lantas apa hukuman para setan kepada para pengusaha yang kerap menggunduli hutan untuk dibangun vila, industri kelapa sawit, pabrik, dan lain sebagainya? Soalnya jarang ada cerita tentang oknum pengusaha kesurupan akibat membabat hutan.
ADVERTISEMENTS
Jangan-jangan para oknum itu telah menyewa setan yang lebih kuat untuk menghadapi murkanya setan-setan yang terdampak
Oknum pengusaha juga manusia, harusnya setan berani masuk ke tubuh mereka. Masih menjadi pertanyaan besar, kenapa mereka nggak melakukannya. Jangan-jangan sebenarnya setan sudah merancang untuk melakukan aksi balas dendam, namun aksi itu terhenti di lapangan karena oknum pengusaha ini meminta perlindungan kepada setan lain yang lebih kuat. Akhirnya setan yang rumahnya digusur pun ketakutan. Kalau benar kejadiannya begini, nggak kebayang sih dosa-dosa oknum pengusaha itu. Udah merusak lingkungan, bersekutu dengan setan lagi. Syirik itu susah diampuni, Bos!
ADVERTISEMENTS
Apa karena yang terlibat cukup banyak, jadinya para setan bingung, siapa saja yang mau dibikin kesurupan? Entahlah~
Ngomongin soal penggundulan hutan nggak terlepas dari kongkalikong banyak pihak. Nggak mungkin hanya dilakukan oleh satu oknum. Pengusaha nggak bakal bisa melakukan perluasan lahan kalau nggak ada izin dari penguasa. Penguasa nggak bakal berani kalau nggak didukung oleh pihak-pihak yang punya nama.
Nah, karena yang terlibat banyak, jadi setan pada bingung mau masuk ke tubuh yang mana. Yah, beginilah risiko tinggal di negara +62. Banyak orang serakah. Setan aja sampai kebingungan. 🙁
ADVERTISEMENTS
Jadi setan jangan beraninya sama rakyat kecil doang dong. Kalau cuma berani sama yang nggak berdaya, nggak ada bedanya dong sama mafia hukum~
Nggak adanya hukuman kepada oknum pengusaha yang menggunduli hutan mencerminkan kalau setan itu diskriminatif. Mereka hanya berani sama wong cilik, nggak berani sama pengusaha. Padahal skala kerugian yang ditimbulkan jauh lebih besar penggundulan hutan. Kencing cuma bikin rumah mereka pesing, beda dengan penggundulan yang dampaknya sama kayak penggusuran.
Masa rakyat kecil dihukum kesurupan, oknum penggundul hutan dibiarkan begitu saja? Sikap ini mirip banget sama mafia hukum yang tajam ke atas dan tumpul ke bawah deh, ah~ 🙂
ADVERTISEMENTS
Mungkin diamnya setan menyiratkan bahwa mereka punya kelemahan. Jadikan ini momentum untuk nggak takut sama mereka!
Kenyataan bahwa setan diam saja atas penggundulan hutan, menyiratkan bahwa mereka punya kelemahan. Ternyata mereka juga takut sama manusia. Hal ini mesti kita ingat selalu, Guys. Ke depannya kita nggak boleh takut lagi sama mereka. Sekalinya macam-macam, bilang aja temannya pak Bambang pengusaha kelapa sawit, gitu.
Sampai saat ini masih belum ada yang bisa menjawab keresahan kita ini. Akan jauh lebih seru jika ada perwakilan setan yang memberikan jawaban ke publik. Tunggu saja, siapa tahu om Hao bisa jadi perantaranya atau bahkan om Deddy melalui podcast-nya yang kerap jadi ruang klarifikasi publik itu. 3, 2, 1, close the door!