Bagi kamu yang merantau jauh, baik untuk kuliah atau bekerja, pulang kembali ke kampung halaman adalah momen paling dinanti-nantikan. Gak jarang kamu harus bersabar menunggu momen itu datang. Tapi sialnya, kamu jarang sekali bisa berlama-lama menuntaskan rindu pada kampung halaman. Kadang, kamu justru hanya diberikan waktu beberapa hari saja untuk berkumpul kembali bersama keluarga.
Nah, saat sudah waktunya kamu harus kembali pergi dari rumah dan merantau lagi, hal-hal ini pasti akan kamu rasakan dalam hati.
ADVERTISEMENTS
1. Pulang kampung adalah hal yang kamu rindukan sejak lama. Selalu ada alasan untuk menjejakkan kaki lagi di sana
Di tanah rantau :
Judul skripsi ditolak terus sama dosen pembimbing :
“Ma, adek pengen pulang aja, adek gak kuat Ma.”
Kerjaan menumpuk, strees, dan gak ada yang merhatiin :
“Coba kalau ada keluarga yang mendampingi, pasti aku gak sedih gini.”
Bertahun-tahun gak pulang ke rumah :
“Awak rinduuuu bau rumah ~”
ADVERTISEMENTS
2. Saat sudah sampai di kampung halaman, kamu baru sadar kalau ternyata kamu sudah pergi begitu lama
Setelah menginjakan kaki di kampung halaman dan melihat banyak perubahan, kamu baru sadar tenyata kamu sudah pergi begitu lama.
Mama makin lemah
Papa sudah ubanan
Adik yang dulu masih ingusan, sekarang sudah tinggi menjulang.
Kakak yang dulu masih remaja, sekarang sudah terlihat lebih dewasa.
Kamu juga tersadar, kamu sudah melewatkan banyak hal.
ADVERTISEMENTS
3. Perubahan-perubahan yang terjadi di kampung halaman bikin kamu sering terheran-heran.
Ya ampun Icil anak tetangga cepet banget sih gedenya, perasaan baru kemaren lahir?
Apa? Si A udah nikah? Kapan? Kayaknya masih SMP deh (Itu 6 tahun lalu woy).
Sawah di dekat rumah udah dibangun perumahan?
Yang dulu jualan jajan pasar sekarang sudah dibikin pusat perbelanjaan?
Dan masih banyak lagi hal-hal yang sudah berubah.
Kamu makin terheran-heran karenanya.
ADVERTISEMENTS
4. Namun, ada banyak hal juga dari kampung halamanmu yang begitu-begitu saja. Mau nggak mau, kamu yang merantau di kota besar merasa lebih jemawa
Mungkin kampung halamanmu belum banyak tersentuh pembangunan dan tak banyak berubah, maka kamu yang pulang merantau dari kota sesekali merasa dirimu lebih maju dan terdepan.
Padahal, orangtua membiarkanmu merantau guna memajukan kampung halaman.
ADVERTISEMENTS
5. Kumpul bersama keluarga memang hal yang kamu rindukan, tapi kamu kadang kesulitan memanfaatkan waktu yang singkat ini dengan optimal.
Waktu bisa pulang kampung hanya beberapa hari saja. Tapi mungkin aktivitasmu di rumah :
Tidur, makan, nonton TV, main games, duduk di teras, belanja, makan, tidur lagi.
ADVERTISEMENTS
6. Berantem dengan saudara bukan hal aneh, sesekali kamu bertengkar dan kesal karena persoalan yang remeh.
Adik : “Aku pinjem bajumu yang ini ya. Daaa (lambaikan tangan)”
Kamu : “Eits eitsss. No no no, ntar jadi melar. Gak, yang lain aja.”
Adik : “Aelaaah, cuma bentar ini.”
Kamu : “Gak!”
Adik : “Pelit banget.”
Kamu : “Biarin.”
(Perang Dunia III pun terjadi)
7. Permintaan tolong tentang hal-hal sederhana dari orangtua juga tak lantas segera kamu iyakan. Padahal, bantuanmu bisa membuat mereka senang.
Papa : “Dek, minta tolong bikinin minum buat tamu gih.”
Kamu : “Ahh, aku juga gak bisa Pa (alasan aja, sambil ngulet-ngulet di depan TV)”
Papa : “Ayolah.”
Kamu : “‘Kan ada Mama.”
Papa : “Mama ‘kan lagi arisan.”
Setelah berpikir panjang dan banyak alasan, barulah kamu beranjak dan membikinkan minuan.
8. Tetangga rumah yang dulu begitu dekat, cuma sesekali saja kamu sapa dengan akrab.
Mungkin kamu punya tetangga yang dulu begitu dekat, tapi selepas kamu pergi jauh dari kampung halaman, hubungan kalian ikut merenggang karena minimnya pertemuan.
Tapi pulang kampung tak kamu manfaatkan untuk kembali menjalin keakraban. Kamu justru lupa untuk menyapanya atau berbincang sebentar saat punya waktu luang.
9. Karena kamu kadang merasa “Aku ‘kan baru pulang, harusnya aku yang dimanjakan!”
Karena kamu yang “datang” dari luar dan tempat jauh, jadi kadang kamu merasa
“Bukannya aku yang harus dimanjakan?”
Gak heran, kamu justru minta tolong orangtua untuk ini itu, misalnya memasak makanan kesukaan. Padahal, momen pulang kampung harusnya kamu manfaatkan untuk mengabdi kepada keluarga.
10. Setelah menjelang akhir liburan, kamu justru tersadar: “Cepat sekali waktu berjalan”.
Kamu mulai sadar bahwa terbatasnya momen pulang kampung ini mestinya bisa kamu lewati dengan lebih baik lagi. Namun sayang, hal ini justru terjadi saat menjelang pergi merantau lagi.
11. Kamu ingin sekali melakukan banyak hal yang membuat orang-orang terdekat merasa senang. Tapi waktu tak cukup untukmu mewujudkan keinginan
Kamu ingin membuat mereka lebih bahagia lagi dengan kehadiranmu ini, tapi kamu harus pergi lagi.
12. Rasa menyesal karena tak memanfaatkan waktu pulang kampung dengan baik mulai menyergap ke pikiran.
Saat sadar, rasa sesal menyergap pikiran.
“Sudahkah aku memaksimalkan waktu yang singkat ini?”
13. Tapi rasa rindu yang tak tuntas ini bikin kamu merasa semangat lagi untuk mengejar impian.
Kamu mulai berjanji pada dirimu sendiri,
Maafkan aku yang bodoh ini. Aku tak akan mengulangi ini lagi tahun depan. Dan aku akan lebih semangat untuk mengejar mimpi di perantauan.
14. “Tunggu aku pulang lagi, aku akan membahagiakan kalian lebih dari ini.”
Kesalahan momen pulang kampung kali ini membuatmu belajar. Pulang dari perantau bukan berarti yang lebih harus dimanjakan, tapi pulang adalah waktu yang harus kamu habiskan untuk mencintai mereka dengan perbuatan nyata. Dan inilah saatnya menuntaskan rindu yang sudah kamu pendam selama diperantauan. Kamu berjanji membenahi kesalahan ini saat pulang kampung berikutnya.
Tunggu aku pulang lagi, aku akan membahagiakan kalian lebih dari ini.