Beberapa waktu lalu, media sosial khususnya jagat Twitter dihebohkan dengan kicauan akun resmi dari Satpol PP Kota Surabaya. Mereka dengan gencarnya mengunggah momen ketika merazia berbagai hotel melati yang diduga jadi tempat mesum para muda-mudi saat bertepatan dengan perayaan hari Valentine. Tapi alih-alih mendapat dukungan dari warganet, mereka malah diserbu dengan berbagai hujatan hingga akhirnya menghapus cuitan tersebut.
Niatnya sih mungkin mau memberantas maksiat, tapi ternyata yang disasar cuma hotel-hotel kelas bawah alias ecek-ecek. Tentunya penyewanya pun juga berasal dari kelas bawah. Hal ini membuat publik bertanya mengenai nyali mereka untuk melakukan “pembersihan” secara menyeluruh. Nah, inilah kemungkinan alasan Satpol PP cuma nyasar hotel melati~
1. Nggak dapat jatah dan persenan dari hotel melati. Beda dengan hotel berbintang yang memang ditarik pajak
Ngomongin tentang pajak dan persenan, sebenarnya udah bukan rahasia umum lagi. Keberadaan hotel melati yang menjamur ini tentunya jelas berbeda dengan hotel berbintang pada umumnya. Jangankan bayar pajak atau persenan buat para ‘pegiat moral’ setempat, lha wong pengunjungnya aja rata-rata juga dari kaum yang pas-pasan kok.
Dalih memberantas kemaksiatan pun kayaknya juga terkesan dipaksakan. Selain itu, yang dijadikan sasaran, ya, cuma itu-itu aja. Ibaratnya yang ‘gampang’ buat digerebek, nggak akan ada perlawanan kalau cuma menghadapi masyarakat bawah ini. Lagian, urusan dosa di seputar selangkangan itu ranah pribadi seseorang. Pelakunya sendiri yang menanggung dosa. Hobi kok ngurusin privasi orang, giliran ada kasus pelecehan dan KDRT dianggap lumrah. Hadeeeh!
2. Sekuriti hotel berbintang sosoknya lebih serem dibandingkan para Satpol PP itu sendiri
Selain udah ngasih persenan dan juga pajak biar aman, biasanya pengamanan di hotel berbintang itu lebih serem jika dibandingkan dengan satuan Satpol PP sendiri. Jangankan bisa masuk sampai ke depan kamar, bisa ngelewatin izin dari pos sekuriti aja udah untung-untungan.
Makanya. nggak heran kalau mereka lebih milih buat nyasar hotel-hotel rentan. Kalau diprotes tinggal dijawab, “Kalian ini nggak punya izin!!11!” Begitu nggak bisa berkutik, tinggal angkut deh pasangan-pasangan yang ada di sana tanpa pakai ba bi bu lagi. Gampang to~
3. Takutlah kalau melakukan penggerebekan di hotel berbintang. Siapa tahu malah nemu atasannya sendiri di sana, kan, jadi canggung~
Di dunia yang banyak banget macam kemaksiatannya ini, sebenarnya wajar kok kalau ada yang ingin menegakkan moral. Toh tujuannya baik, cuma kadang memang caranya salah dan nggak bisa dibenarkan. Semua orang memilih dan melakukan dosanya masing-masing lo. Ada yang maling, bayar gorengan 3 ngakunya 2, menilap uang SPP, seks bebas, korupsi duit rakyat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Namun faktanya, mereka yang ada di kelas menengah ke atas seakan-akan bebas untuk berbuat maksiat tanpa ada rasa takut. Giliran masyarakat bawah melakukan hal yang sama, langsung disikat habis-habisan. Kok begini banget, ya, padahal sama-sama dosanya lo, cuma beda tempat aja. 🙁
Coba deh, kalau berani jangan cuma razia hotel ecek-ecek, sekalian deh itu yang berbintang. Kalau nggak ada atasannya, harusnya sih berani dong, ya. Hehe. Satu lagi, alih-alih memberi edukasi bahaya seks bebas, malah rajin banget razia peredaran kondom. Giliran tingkat aborsi dan penyakit menular seksual meningkat, baru bingung~