‘Aku mau jadi tuan putri!’
Kalimat tersebut sangat lazim terdengar dari bocah kecil perempuan. Tapi, bagaimana kalau yang ingin menjadi tuan putri tersebut bocah laki-laki? Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah artikel tentang seorang anak laki-laki yang ingin menjadi Putri Elsa dari film hit Disney, Frozen pada saat Halloween nanti. Film Frozen memang sedang menjadi idola bagi anak-anak. Dengan lagu andalannya ‘Let It Go’ anak-anak pun menirukan lagu dan tariannya. Ternyata, tak hanya bocah perempuan saja yang mengidolakan film animasi tersebut, ada pula bocah laki-laki yang menjadi terobsesi dengannya.
ADVERTISEMENTS
Caiden dibantu oleh ayahnya mempersiapkan kostum untuk pesta Halloween. Dia hanya ingin menjadi satu karakter: Putri Elsa dari Frozen.
Bocah laki-laki asal Virginia tersebut bernama Caiden. Pada suatu kesempatan, Caiden ditemani oleh ayahnya untuk berbelanja mempersiapkan kostum Halloween. Caiden pun memilih sendiri kostum yang ingin dikenakannya. Bocah laki-laki tersebut dengan riang gembira memilih kostum Putri Elsa ‘Frozen’ sebagai pakaian yang akan dikenakannya. Ya, kostum yang pada umumnya dikenakan oleh anak perempuan tersebut menjadi pilihan Caiden.
ADVERTISEMENTS
Paul Henson, ayah Caiden pun memiliki respon yang cukup bijaksana atas pilihan anak laki-lakinya tersebut.
Anyone that knows us, knows we generally let Caiden make his own choices, to an extent. Well, he has decided on a…
Posted by Paul Henson on Sunday, 4 October 2015
Melihat pilihan anaknya tersebut, Henson, sang ayah tidak keberatan. Dia mendukung penuh pilihan anaknya. Dalam akun Facebooknya, Henson mengunggah foto anaknya yang menggunakan kostum Elsa. Di Facebook, Henson pun menjelaskan bahwa dirinya tak keberatan dengan pilihan sang anak. Baginya, anak hanya lah anak-anak yang ingin mengungkapkan ekspresinya atas suatu hal. Begitu pula dengan anak laki-lakinya yang mengekspresikannya lewat berkostum Elsa.
ADVERTISEMENTS
Sementara itu, Raras, adik perempuan saya memilih untuk memakai kostum Spider-Man dan dia ingin menjadi ‘Little Spidey’.
Kisah tentang Caden dang kostumnya Elsa ‘Frozen’ pun saya anggap sebagai hiburan semata, hingga kemarin. Ketika saya mengajak Raras, adik perempuan saya yang berumur 4 tahun, jalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Sedang asyik berjalan, tiba-tiba adik saya berlari masuk ke sebuah toko baju anak-anak. Saya mengikutinya. Dia berhenti di depan sebuah pakaian kostum Spiderman.
“Spider-Man! Spider-Man!” teriaknya sambil menunjuk-nunjuk kostum tersebut.
Saya hanya memandanginya dari jarak yang agak jauh. Pelayan toko yang melihat pun menghampirinya. Mbak-mbak penjaga toko tersebut mencoba menawarkan kostum lain yang lebih ‘sesuai’ dengan adik saya. Memang di situ ada banyak bermacam-macam kostum karakter kartun.
“Ini yang Princess nggak mau, Dik? Adik ‘kan cewek masak pakai Spider-Man?”
Mendengar saran si mbak, Raras pun tampak kecil hati. Dia melirik sebentar ke kostum princess-princessan kemudian kembali memegangi kostum Spider-Man.
“Adik pengen pake baju Spider-Man?” tanya saya yang hanya dijawab dengan anggukan.
Kurang lebih 30 menit kami berada di toko itu. Mungkin setelah melihat-lihat yang lain, dia berubah pilihan, pikir saya. Tapi, ternyata dia memang sangat menginginkan kostum Spider-Man tersebut.
ADVERTISEMENTS
Di Indonesia, kita memang tidak mengenal Halloween, tapi anak-anak bisa menjadi apa saja sesuai keinginannya setiap hari.
Mau dipakai ke mana baju Spider-Man tersebut? Entah lah, yang pasti setiap anak punya hak untuk menjadi apa pun yang dia inginkan. Persetan dengan tampil feminim atau masukulin, anak-anak tetaplah anak-anak yang ingin bebas berkreasi menentukan pilihannya. Tradisi Halloween yang mengharuskan pesertanya berkostum ria tak ada di Indonesia. Jadilah hari itu, kami gunakan untuk merayakan Halloween kita berdua. Kami menutup dengan perang-perangan antara Spider-Man dan Nyi Gerandong.
“Masih ingat nggak, pas kecil kamu dulu pingin jadi apa?”