Beberapa waktu yang lalu, topik perbincangan mengenai penamaan anak kembali menyita perhatian warganet dan publik setelah viral di media sosial. Pasalnya, ada orang tua dari seorang anak di Tuban, Jawa Timur yang menulis surat untuk Presiden Joko Widodo karena sang anak yang tak kunjung mendapatkan akta kelahiran. Ternyata, akta tersebut belum bisa dicetak karena nama anak yang terlalu panjang yaitu Rangga Madhipa Sutra Jiwa Cordosega Akre Askhala Mughal Ilkhanat Akbar Sahara Pi-Thariq Ziyad Syaifudin Quthuz Khoshala Sura Talenta.
Yap, nama anak tersebut terdiri dari 19 suku kata. Sedangkan data kependudukan di Dukcapil memiliki kolom karakter huruf yang terbatas. Nama yang terlalu panjang ini juga bisa memengaruhi beberapa dokumen penting lainnya lo. Kira-kira apa aja ya risiko dari nama anak yang terlalu panjang? Yuk cek selengkapnya!
ADVERTISEMENTS
1. Si anak akan mengalami kesulitan saat mengisi formulir karena biasanya kolom nama yang disediakan terbatas
Formulir suatu dokumen biasanya diawali dengan kolom untuk nama lengkap. Kolom ini pun biasanya diberi ruang secukupnya sesuai dengan rata-rata panjang nama penduduk yaitu sekitar tiga atau empat suku kata. Untuk kasus nama seorang anak di Tuban yang mencapai sembilan belas suku kata, kolom nama tersebut masih kurang karena nama yang panjang.
Padahal menurut Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) yang dikutip dari CNN, batas maksimal nama yang bisa dicatat di dalam aplikasi data kependudukan (SIAK) hanya 55 huruf. Memang sampai saat ini pemerintah nggak melarang masyarakat untuk memberikan nama kepada anak, tapi kolom data kependudukan juga memiliki keterbatasan.
Mungkin saat si anak masih kecil, ia belum terlalu paham, tapi ketika si anak beranjak dewasa dan ingin mengurus beberapa dokumen ia akan kesulitan karena kolom nama yang tersedia terbatas. Selain itu, nama yang terlalu panjang juga nggak bisa tercatat secara lengkap dalam dokumen resmi seperti akta, ijazah, dan lain-lain. Kasihan kan anaknya 🙁
ADVERTISEMENTS
2. Rawan terjadi salah ejaan karena nama anak yang terlalu panjang dan sulit buat dibaca
Selain kolom nama yang terbatas, saat para petugas pelayanan publik memasukkan data lengkap si anak, besar kemungkinan terjadinya salah ketik atau salah ejaan karena nama yang terlalu panjang dan sulit dibaca. Apalagi kalau salah ketiknya ada di setiap dokumen penting, fatal banget. Pasalnya, si anak atau orang tua jadi harus bolak-balik ke kantor kelurahan atau pelayanan setempat untuk mengurus perbaikan nama. Repot juga kan kalau begini?
ADVERTISEMENTS
3. Nama lengkap di berbagai dokumen penting memiliki terlalu banyak singkatan
Memiliki nama tiga suku kata saja kadang terpaksa disingkat jika memang bukan untuk dokumen penting dengan alasan ‘biar cepat’. Apalagi yang namanya lebih dari seratus karakter. Lagi-lagi, kolom nama di berbagai dokumen penting seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), dan Kartu Keluarga (KK) juga memiliki ruang yang terbatas sehingga kalau nama si anak terlalu panjang nggak bisa ditulis secara lengkap di dokumen.
Ujung-ujungnya, nama lengkap si anak terpaksa disingkat supaya cukup ditulis di kolom nama. Alhasil bakalan jadi kurang rapi kalau nama kita disingkat di dokumen yang penting~
ADVERTISEMENTS
4. Memiliki nama yang terlalu panjang juga bisa membuat si anak bingung karena panggilan yang beragam dari teman-temannya
Kalau sebelumnya risiko nama yang terlalu panjang bisa berbuntut pada kelengkapan data di dokumen penting, kali ini bagian si anak yang kebingungan. Si anak akan memiliki nama panggilan yang beragam dari teman-temannya dan merasa bingung, ‘panggilanku siapa sih sebenarnya?’. Selain membuat si anak bingung, nama yang terlalu panjang juga sulit diingat oleh guru atau teman-teman sekolahnya. Huft 🙁
Memang benar nama anak adalah bagian dari doa dan harapan dari kedua orang tua, tapi kalau dilihat dari risikonya yang ‘njelimet’, alangkah baiknya memberikan nama untuk anak yang memiliki arti baik serta mudah ditulis dan dibaca. Supaya kedepannya saat mengurus dokumen apa pun, pihak keluarga dan si anak sendiri nggak merasa kesulitan. Lagian males banget, udah susah-susah ngasih nama sepanjang itu, ujung-ujugnya dipanggil pakai nama bapaknya. Hadeeeh!