Darah dan lumpur. Rasanya imej kotor dari keduanya sangat berkebalikan dengan Chelsea Islan dan Pevita yang kerap tampil cantik. Kali ini, sutradara Timo Tjahjanto menghadirkan sebuah horor eksperimental yang sarat elemen menakutkan (dan menjijikan tentunya). Selama film berlangsung, penonton akan disuguhi teror dan hal-hal nggak masuk akal dalam dunia supranatural. Sayangnya, beberapa detail agak melukai plot film ini, sehingga kurang sempurna di bagian akhir. Tapi secara keseluruhan, Sebelum Iblis Menjemput adalah langkah berani dan sebuah referensi baru dalam dunia perfilman horor di Indonesia.
Nggak salah lagi, film horor memang jadi sajian favorit bagi seluruh masyarakat Indonesia yang tampaknya sangat pemberani. Nggak cukup dengan teror penampakan, kali ini hantu dalam film Sebelum Iblis Menjemput bahkan memaksa tokoh-tokohnya untuk bertaruh dengan nyawa sendiri.
Dengan dibumbui oleh drama keluarga dan penampilan mengejutkan Chelsea Islan dan Pevita Pearce di film horor pertamanya, Sebelum Iblis Menjeput jadi sajian yang sangat menarik bagi pecinta horor. Sayangnya beberapa plothole masih muncul, perlawanan manusia versus iblis juga belum bisa memukau penonton. Lebih jelasnya, simak artikel spesial review film dari Hipwee Hiburan berikut!
Pondasi cerita simpel, sesederhana seorang yang menyembah iblis demi kekayaan. Tapi eksekusinya kompleks banget!
Kalau boleh menggolongkan, bibit cerita Sebelum Iblis Menjemput ini memang hampir senada dengan Hereditary dan Pengabdi Setan. Maka nggak heran jika saat menonton kalian akan teringat dengan dua film horor epik tersebut. Namun kalau digambarkan, cerita yang diurai dari seorang penyembah iblis yang butuh uang ini lebih kompleks. Ray Sahetapi, berperan sebagai Lesmana, kepala keluarga yang pilih jalan pintas untuk bikin ritual pesugihan di ruang bawah tanah di rumahnya bersama seorang dukun wanita berambut panjang.
Di akhir hayat, Lesmana akhirnya menderita sakit yang cukup mencurigakan akibat cerita kelam di masa lalunya. Nggak hanya soal melawan hantu, film ini juga menyajikan drama keluarga yang rumit antara anak kandung Lesmana yaitu Alfie (Chelsea Islan) dan ibu bersama saudara tiri Alfie (Karina Suwandi, Pevita Pearce, Samo Rafael, dan Hadijah)
Nggak melulu tentang jumpscare mengagetkan, penampakan seram dan scorring (kualitas suara) yang luar biasa bikin adrenalinmu tertantang
“Nara … Mama kesepian, temani Mama, Nara ….”
Kurang lebih suara bisikan itulah yang membuat saya terngiang hingga sekarang. Musik dan suara yang dirancang dengan epik, sukses membuat para penonton nggak kuasa menutup telinga (bahkan ada yang sambil merem). Sang sutradara, Timo Tjahjanto, nggak selalu memasukkan elemen jumpscare mengagetkan di setiap penampakan, cukup menampakkan hantu seram dengan timing yang pas, sudah bikin penonton kelelahan. Saya menyarankan kamu beli minum sebelum masuk teater, ya, bakalan haus deh!
Penampilan mengesankan aktor-aktornya bikin kamu terlarut dalam cerita dan mungkin nggak akan terasa kalau dicopet 😀
Bagi Pevita dan Chelsea, ini kali pertama mereka memerankan tokoh dalam film horor. Sementara penampilan Pevita masih kurang sempurna, saya rasa Chelsea Islan mampu menutupi kekurangannya. Yang paling mengejutkan adalah Karina Suwandi yang begitu horor saat kesurupan. Saya pun bakal bergidik kalau saat itu menyaksikan bagaimana dia merayap di dinding dan bergantungan di lampu layaknya monster baru lepas kandang.
Amunisi sempurna film horor sudah dikantongi, sayangnya penyelesaian ini bikin antiklimaks dan berbuah pertanyaan retoris; kok akhirnya begini sih?
Film horor penuh darah berbumbu gore ini begitu membuat penyuka genre film seram begitu puas bahkan cenderung terusik saking seramnya. Sayangnya, di akhir cerita, penyelesaian nggak berakhir dengan sempurna. Seolah ada yang kurang, rasanya pertarungan manusia versus iblis harusnya diakhiri dengan lebih mengesankan. Efek hujan dan kubangan lumpur yang harus digeluti Chelsea Islan justru terasa memaksa dan berlebihan. Seolah dikejar-kejar oleh batasan durasi, Timo justru mengorbankan bagaimana film ini harusnya diakhiri.
Tapi paling nggak, film Sebelum Iblis Menjemput mengantarkan kita pada alternatif teror dalam tayangan horor di Indonesia. Meski lagi-lagi premis film ini belum keluar dari zona nyaman yang berputar tentang manusia penyembah setan, paling nggak teror hantu yang muncul nggak berakhir di penampakan. Maka jangan sekali-kali ajak adik, ponakan, bahkan anak sendiri, yang belum cukup umur untuk mengahadapi kejamnya pertarungan dengan iblis ini. Belum lagi, darah-darah menjijikan khas garapan Timo Tjahjanto layaknya di film The Raid dan Headshot, bakal nggak nafsu makan popcorn, deh!