Searching hanya membutuhkan rasa depresi karakter, misteri penculikan anak serta sisi negatif internet dan sosial media untuk membangun sebuah cerita yang membuat penonton kagum
Hampir semua orang Indonesia sangat menyukai film bertema horor dan misteri yang menegangkan. Kursi bioskop selalu penuh setiap ada film bertema horor atau misteri ditayangkan. Bicara soal film horor, kamu tahu nggak sih sebenarnya ada banyak sekali jenis film horor? Ada yang bertema supranatural, thriller, misteri, sampai gore.
Kali ini Hipwee Hiburan akan membahas salah satu film thriller bertema misteri berjudul “Searching”. Film yang digarap oleh sutradara asal Amerika, Aneesh Chaganty ini berbeda dengan kebanyakan film lain. Bisa dikatakan, “Searching” adalah film indi yang low budget. Meski begitu film ini berhasil membuktikan kualitasnya dengan pendapatan maksimal dan beberapa anugerah penghargaan yang didapatkan. Lantas, apa sih yang bikin film “Searching” ini begitu spesial?
ADVERTISEMENTS
Film “Searching” mengisahkan tentang misteri penculikan seorang anak yang berawal dari media sosial
Sebenarnya film “Searching” memiliki plot yang cukup umum. Film ini hanya menceritakan tentang sebuah misteri penculikan yang melibatkan orang tua dan pihak kepolisian. Diceritakan, David Kim adalah seorang ayah yang memiliki satu anak perempuan bernama Margot Kim. Suatu hari sang anak menghilang tanpa jejak dan membuat David khawatir.
Mengetahui hal ini, David melaporkan peristiwa kehilangan putrinya pada pihak berwajib. Dia mendapat bantuan dari seorang detektif perempuan untuk memecahkan masalah dan kehilangan anaknya. Setelah 37 jam nggak ditemukan satu pun tanda-tanda keberadaan Margot Kim, sang ayah merasa frustasi. Akhirnya dia mencoba memulai investigasinya sendiri. Sampailah dia pada satu titik kebenaran kalau ternyata putrinya bukan menghilang, melainkan diculik oleh seseorang.
Plot tentang misteri penculikan memang punya daya tariknya sendiri. Selain menegangkan, film misteri juga memaksa kita untuk ikut berpikir. Pada kasus film “Searching”, plot dan cerita sederhana ini dieksekusi dengan sempurna. Hasilnya penonton merasa masuk pada alur penceritaan. Seperti lazimnya film misteri, para penonton juga disuguhkan dengan twist meledak-ledak di akhir film yang dijamin bisa membuat tercengang.
ADVERTISEMENTS
Berbeda dengan film-film misteri lain, film “Searching” terasa lebih relate dengan kehidupan hari ini di mana kehidupan kita sangat dekat dengan internet dan media sosial
Lalu di mana letak spesialnya film ini? “Searching” terasa sangat relate karena menggunakan konsep yang kita kenal hari ini. Yup, “Searching” mengeksplorasi kebiasaan kita menggunakan internet dan media sosial. Secara cerdas film ini memperlihatkan sisi positif dan negatif dari hal yang sering kita gunakan hari ini.
Bisa dikatakan, hampir 50-70 persen film ini menampilkan layar komputer yang memperlihatkan David Kim yang membuka berbagai macam sosial media. Dari mulai FaceTime, Tumblr, Facebook, Twitter dan masih banyak yang lainnya. David Kim sendiri menggunakan internet dan media sosial ini untuk melacak keberadaan sang anak yang diculik oleh orang asing yang sering berinteraksi dengan putrinya.
Dengan konsep internet browsing tersebut film ini menyoroti bagaimana perilaku kita dalam bermain media sosial. Kegiatan-kegiatan seperti stalking, mengumbar data pribadi, dan lokasi disoroti. Selain untuk membangun cerita, menampakan internet dan sosial media adalah bentuk kritik tersendiri akan perilaku manusia hari ini.
ADVERTISEMENTS
Film “Searching” hanya membutuhkan emosi tiap karakter, misteri kehilangan anak dan kegiatan berselancar di internet untuk menghadirkan cerita yang menarik dan membuat penonton penasaran
Kalau film-film horor atau misteri lain membutuhkan adegan yang berdarah, monster mengerikan atau hantu dan jump scare untuk membuat jantung penonton berdegup, “Searching” sangat berbeda. Bisa dikatakan hampir 80 persen film ini bernuansa terang. Anehnya kita sebagai penonton selalu merasa penasaran dan takut dalam waktu bersamaan. Ini adalah hal utama kenapa “Searching” menjadi film thriller yang memberikan pengalaman berbeda dari film lain.
Kalau film horor atau misteri lain mengambil tema supranatural seperti hantu atau kekerasan yang berdarah-darah yang nggak bisa kita lihat dan rasakan secara langsung di kehidupan nyata, “Searching” hanya membutuhkan layar internet, misteri kehilangan anak dan emosi kuat dari tiap-tiap karakter. Hanya dengan itu saja, “Searching” menjadi film misteri yang megah dan ditutup dengan beragam interpretasi yang seru untuk didiskusikan para penontonnya.