Lily of the Valley adalah film pendek yang berhasil menampilkan cerita yang lugas dan mudah dimengerti oleh para penoton. Dengan durasi 40 menit, penonton dbuat terhibur sekaligus merenungkan apa yang ditawarkan "Lily of the Valley".
Setiap tahunnya selalu muncul film pendek berkualitas di Indonesia. Pada tahun 2020 lalu, ada sebuah film berjudul “Lily of the Valley” yang nggak kalah menarik perhatian. Film berdurasi 45 menit ini dibintangi oleh Adhisty Zara dan Imelda Therinne ini menghadirkan cerita yang bisa membuat penonton nggak nyaman. Giovanni Rustanto yang menulis sekaligus menyutradarai film ini sukses memaksimalkan setiap aspek dalam filmnya.
Sebagai disclaimer, kali ini Hipwee Hiburan akan memberikan ulasan mengenai film pendek “Lily of the Valley”. Sebelum mulai, kami mau mengingatkan bahwa ulasan ini mengandung spoiler jalan cerita film “Lily of the Valley”. Simak ulasannya!
ADVERTISEMENTS
Adhisty Zara dan Imelda Therinne sebagai dua aktris yang berperan sebagai tokoh utama dalam film ini sukses bersatu dengan nuansa dan alur cerita yang dibangun
Hal pertama yang harus diapresiasi dari film ini tentu saja penampilan dua pemeran utamanya, Adhistry Zara dan Imelda Therinne. Zara berperan sebagai Lily, seorang anak perempuan yang terlahir dari keluarga broken home yang kaya raya dan dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Walhasil, Lily punya sifat yang manja dan selalu mencari perhatian orang lain. Sementara itu Imelda berperan sebagai Rita, seorang ibu muda yang memiliki karier cemerlang, sukses secara finansial, modern, dan protektif.
Penampilan kedua aktris ini sangat mengangumkan dan terasa sangat pas dengan alur cerita film secara keseluruhan. Bagaimana Zara memerankan Lily yang manja sekaligus genit membuat saya cukup terkesima. Seperti kita tahu Zara sering kali mendapatkan peran sebagai anak yang baik atau perempuan yang manis dan lugu. Dalam film ini dia harus membalik semuanya dan nggak disangka dia sangat berhasil. Tentu saja ini patut diapresiasi.
Sementara itu Imelda Therinne juga nggak kalah hebat dalam film ini. Cara dia berjalan, mengeluarkan ekspresi dan menghayati dialog sangat di atas rata-rata. Dialog berbahasa Inggris maupun Indonesia punya kualitas yang seimbang. Saya pribadi sangat menyukai Imelda dalam film ini. Bukan perihal akting saja, dia juga berhasil merepresentasikan keresahan ibu-ibu muda di generasi sekarang.
ADVERTISEMENTS
Konflik kecemburuan Rita pada Lily dibuat to the point dan nggak bertele-tele yang membuat film ini menggambarkan realitas kehidupan secara jelas dan lugas
Secara singkat, “Lily of the Valley” bercerita tentang Rita, seorang ibu muda yang mempersiapkan pesta ulang tahun anaknya bernama Lily. Rita yang telah sukses secara finansial telah mengundang pacarnya bernama Daniel, ibunya yang disebut Omah, mantan suami bernama Jon dan kekasihnya Sarah, serta sahabat anaknya Jasmin. Rita berharap dapat memberikan sesuatu yang spesial bagi anak perempuannya yang telah beranjak dewasa.
Di tengah suasana bahagia tersebut, Rita berubah murung karena dia nggak sengaja mengetahui bahwa anaknya sendiri memiliki perasaan pada kekasihnya. Lebih parahnya lagi, Jasmin mendukung perasaan Lily untuk merebut Daniel dari ibunya.
Film pendek memiliki keterbatasan durasi. Hal ini menjadi tantangan sekaligus daya tarik tersendiri. Dalam film pendek, cerita dibuat to the point dan nggak bertele-tele. Konflik kemudian dibangun pada kecemburuan Rita pada sang anak yang sama-sama menyukai Daniel. Rita melihat Lily bukan sebagai anak, melainkan saingannya. Rita memarahi anaknya karena bermain telepon semata-mata karena cemburu, Rita mengubah penampilannya agar lebih menarik agar bisa menyaingi sang anak dan Rita sampai mengecup kekasihnya dengan panas demi pembuktian bahwa dia jauh lebih baik dari anaknya sendiri.
Bagi mereka yang menganut nilai lama, tentu hal ini cukup membuat kita nggak nyaman. Mana mungkin seorang ibu cemburu pada anaknya? Padahal konflik Rita dan Lily adalah realitas pahit yang ada di sekitar kita. Hanya saja kita selalu memalingkan wajah saat melihatnya. Keberanian inilah yang membuat “Lily of the Valley” sangat mengagumkan. Bagaimana film ini memperlihatkan pergolakan batin seorang ibu yang cemburu pada anaknya yang berjenis kelamin sama dengannya. Bagaimana film ini menampilkan realitas pahit hubungan seorang single mother dengan anak perempuannya sendiri.
ADVERTISEMENTS
Film “Lily of the Valley” ditutup dengan sempurna, memperlihatkan pesan-pesan mendalam soal keteguhan dan pengorbanan seorang ibu untuk anaknya
Banyak sekali film drama yang selalu terkungkung dalam kisah yang bertele-tele dan berakhir dengan kentang alias kena tanggung. Hal tersebut nggak terjadi pada film “Lily of the Valley”. Film ini justru ditutup dengan sempurna dengan pesan yang sangat mendalam soal perbedaan menjadi perempuan dan menjadi seorang ibu.
Rita bisa saja menjadi egois dan mengatakan semua perasaan dan kecemburuan yang dia rasakan pada Daniel menjelang akhir cerita agar konflik tersebut bisa selesai. Alih-alih melakukan hal itu, Rita memilih untuk mengorbankan perasaannya demi menjaga nama baik sang anak. Kembali lagi, mana ada sih anak yang tega menyukai calon ayahnya sendiri diam-diam tanpa sepengetahuan ibunya?
Di akhir cerita, Rita menidurkan Lily setelah sang anak terlalu mabuk. Saat menidurkan, Rita melihat beberapa pesan masuk pada ponsel anaknya. Rita bisa saja mengambil ponsel dan membaca semua pesan yang masuk untuk memastikan kecurigaannya pada sang anak. Tapi Rita memilih menjadi seorang ibu, yang mengabaikan rasa cemburunya dan berkorban demi sang anak.
Buat kamu yang belum nonton, film pendek “Lily of the Valley” bisa kamu saksikan di Bioskop Online Indonesia. Dukung terus perfilman Indonesia!