Film "Kemarin" berhasil menyuguhkan cerita mengharukan yang terjadi pada band Seventeen, korban tsunami Banten tahun 2018 lalu. Nggak hanya memberikan tontonan dramatis, "Kemarin" juga sukses memberikan beragam pandangan otentik sepak terjang band Seventeen di industri musik Tanah Air.
Musik adalah salah satu alat komunikasi yang paling efektif bagi banyak orang. Nggak hanya berisikan nada-nada dan sakadar kata-kata, musik bisa membuat perubahan besar pada kehidupan seseorang bahkan kehidupan banyak orang. Setiap generasi punya keterikatan erat dan punya jenis musiknya masing-masing.
Kita yang hari ini berumur 24-30 tahun pasti mengalami invasi musik pop melayu. Genre musik yang meledak karena membahas dekat kehidupan cinta. Salah satu band yang terkenal pada era tersebut adalah Seventeen. Sayang seribu sayang, Seventeen mengalami goncangan hebat pada tahun 2018 silam, band yang diprakarsai Ifan ini menjadi korban Tsunami Tanjung Lesung. Kejadian mengerikan tersebut yang kemudian menginspirasi pembuatan film drama dokumenter berjudul “Kemarin” yang baru saja dirilis pada tanggal 19 Maret 2021 kemarin.
ADVERTISEMENTS
Film dokumenter “Kemarin” menceritakan secara mendalam perjalanan karier band Seventeen
“Kemarin” adalah film drama dokumenter yang disutradarai oleh Upie Guava. Judul “Kemarin” dalam film ini diambil dari salah satu judul lagu milik band Seventeen, yang juga menjadi korban kejadian Tsunami Tanjung Lesung, Banten pada tahun 2018 silam. Pada kejadian mengerikan tersebut, 3 personel Seventeen, yakni Herman, Bani dan Andi meninggal dunia. Hanya sang vokalis, Ifan Seventeen yang berhasil selamat.
Film “Kemarin” sendiri nggak hanya mengisahkan kejadian nahas tersebut. Lebih dalam lagi, film ini memperlihatkan sejarah awal mula dibentuknya Seventeen dari berbagai sudut dari manager, kerabat sesama musisi, pihak label sampai mantan personil. Setiap orang menceritakan awal karier Seventeen secara mendetail dan otentik, membuat kita sebagai orang yang pernah mendengar lagu mereka merasa sangat dekat dengan perjalanan band asal Yogyakarta ini. Singkatnya, dokumenter “Kemarin” mengisahkan awal terbentuk, pergantian personel, pembuatan lagu sampai menampilkan footage prosesi rekamanan dan panggung yang pernah dijajaki Seventeen.
ADVERTISEMENTS
Selain menceritakan karier, “Kemarin” menjadi film yang menceritakan ulang kejadian tsunami Banten yang menewaskan 3 personel Seventeen pada tahun 2018 silam
Bagi mereka yang sempat mengikuti karier Seventeen pasti akan merasakan kesedihan yang cukup mendalam saat menonton film “Kemarin”. Pasalnya, selain menyediakan footage asli dari kejadian Tsunami, film ini juga memperlihatkan aktivitas sebelum tsunami menerjang bahkan sampai mengilustrasikan para korban selamat yang terombang-ambing di tengah laut.
Hal yang kemudian menjadi menarik adalah sudut pandang kejadian tsunami tersebut semakin bertambah. Selain dari versi resmi BMKG, kita bisa melihat lebih dekat cerita dari korban-korban yang selamat dari Tsunami dengan begitu detail sampai kita bisa ikut merasakan kengeriannya. Cerita paling menarik adalah upaya Ifan Seventeen untuk tetap selamat dengan berenang pada sebuah kotak bersama empat orang selamat lainnya sambil terus mendengar suara-suara mengerikan di sekelilingnya. Mereka semua terombang-ambing selama dua jam di tengah laut, mengikuti arus ombak membawa mereka. Di tengah peristiwa hidup-mati tersebut Ifan beserta 4 orang lainnya melantuntan salawat di tengah mayat yang terombang-ambing dan beruntung berhasil sampai ke daratan dan segera mendapatkan bantuan.
ADVERTISEMENTS
Bisa jadi refleksi bagi kita untuk tidak berkomentar berlebihan perihal korban tsunami ataupun korban bencana lainnya
Hal menarik lain yang muncul dalam dokumenter ini adalah kejadian setelah peristiwa tersebut. Menyokal kelanjutan Seventeen, testimoni dari para keluarga korban dan doa serta cerita yang tak kalah menyedihkan dari cerita saat peristiwa tsunami berlangsung.
Di bagian akhir film ini kita diperlihatkan keikhlasan, makna persahabatan, dan tujuan film ini dibuat. “Kemarin”, menjadi film drama dokumenter yang sangat menakjubkan dan sangat layak untuk disaksikan bagi mereka penggemar Seventeen maupun para pecinta film dan musik Indonesia. Film ini juga bisa memberikan refleksi bagi kita untuk tidak berbicara berlebihan terhadap sebuah peristiwa yang nggak kita alami, sebab ada orang yang sampai sekarang masih menangisi para korban tsunami yang terjadi dua tahun silam.