Meskipun sederhana, tetapi film bisa membuat kamu terhanyut dan terbawa perasaan dengan June dan segala hal yang terjadi di film ini
Banyak memang film yang membahas hubungan persahabatan antara binatang dengan manusia di luar negeri sana, misalnya “Hachi: A Dog’s Tale”, Lassie, hingga “Jungle Book”, tapi pernah nggak kamu menemukan film Indonesia dengan tema seperti itu? Rasanya belum pernah bukan? Saya bahkan nggak tau bahwa film ini eksis sampai suatu ketika, saya sedang berselancar di lini masa Twitter dan melihat sebuah tweet yang berkaitan dengan film “June & Kopi”.
Rata-rata reply di tweet tersebut memuji film ini dengan dua kalimat yang membuat saya penasaran, seru dan sedih. Akhirnya saya mencari informasi tentang film ini. Ternyata film ini bercerita tentang persahabatan antara hewan dan manusia. Seperti saya sebutkan di atas agak jarang dan janggal temanya. Ah, ternyata saya baru sadar, film sederhana ini ternyata bisa mengena juga ya.
ADVERTISEMENTS
Mari kita mulai dengan sinopsis film ini dan saya akan berusaha tidak membuat spoiler besar di sinopsi ini
Pada suatu hari Aya (Acha Septriasa) yang sedang jalan-jalan bertemu dengan seekor anjing liar yang sedang dikejar-kejar oleh segerombolan anak kecil. Aya yang iba lalu menyelamatkan anjing tersebut dari kejaran anak kecil dan memberinya makan. Seperti berterima kasih, anjing tersebut mengikuti Aya, iba melihatnya, Aya pun membawa anjing itu pulang.
Pada awalnya suami Aya, Ale (Ryan Delon) tidak setuju dengan kedatangan anjing tersebut. Apalagi anjing tersebut adalah anjing liar. Setelah melalui beberapa perdebatan, akhirnya Ale memperbolehkan anjing tersebut untuk tinggal di rumah dan diberi nama June. Cerita berlanjut hingga Aya dan Ale memiliki anak, polemik terjadi di sini, karena June takut dengan anak kecil, tetapi hal ini yang membuat cerita menjadi menarik dan seru.
ADVERTISEMENTS
Ceritanya memang sederhana, tapi saya merasa June punya pengembangan karakter yang kuat, ya?
Meskipun nggak terlalu dalam, dari film ini saya bisa merasakan, bagaimana June sebagai karakter anjing utama dalam film ini, memiliki character development yang lumayan dinamis. Lingkupnya memang nggak besar, tetapi ada rasa senang secara personal jika melihat perkembangan dan pembangunan karakter yang dilewati oleh June di film ini.
Cerita film ini juga nggak muluk-muluk, cuma menceritakan polemik antara keluarga Aya-Ale dengan June. Untung saja June nggak dibikin seperti karakter dalam fabel, alias jadi binatang yang bisa ngomong. Meskipun cuma jadi suara di dalam kepala, jika film ini membuat June sebagai binatang yang mempunyai dialog, asli, pasti akan jadi aneh. Cukup dengan tindakan June dan beberapa ekspresinya, saya sudah paham apa yang akan terjadi di adegan berikutnya dan bagaimana maksud June, simple, padahal dia seekor binatang.
ADVERTISEMENTS
Setelah menonton “June & Kopi”, sepertinya saya nggak bisa lagi melihat seekor hewan peliharaan dari satu sisi aja dan sepertinya film ini juga membuat saya enggan untuk memelihara hewan setelah menontonnya
Hubungan yang terbangun antara June dengan keluarga Aya dan Ale bisa membuat saya paham bagaimana perasaan dan penghargaan orang-orang yang memiliki binatang peliharaan kepada peliharaannya, bahkan yang sampai memperjuangkan binatang peliharaan tersebut hingga titik penghabisan. Nggak berlebihan rasanya kalau seseorang bilang bahwa binatang peliharaan mereka adalah bagian dari keluarga mereka. Terutama tentang kesetiaan seekor anjing.
Kesetiaan June boleh disandingkan dengan beberapa anjing lain yang juga terkenal setia, misalnya Hachiko, Snowie milik TinTin, atau siapapun nama anjing kamu di game Harvest Moon. Nah hal ini yang mebuat saya, sebagai orang yang perasaannya nggak kuat-kuat banget mengurungkan niat untuk memiliki peliharaan. Ternyata saking dekatnya hubungan antara manusia dan peliharaannya, bisa sangat menghancurkan jika salah satunya hilang. Sekali lagi, menurut saya film ini dengan sederhana dan nggak bertele-tele bisa menjelaskan bagaimana hubungan peliharaan dan manusia terbangun, bahkan hingga menghasilkan sebuah ikatan batin.
ADVERTISEMENTS
Seperti film lainnya, film ini juga enggak sempurna, alurnya terlalu melompa-lompat dengan girang dan ceritanya bingung memfokuskan diri ke arah mana
Memang terlihat indah dan menyenangkan sih, tapi film ini sayangnya terlalu terburu dalam memotong beberapa adegan untuk melanjutkan cerita. Mungkin terkendala durasi, entahlah. Selain itu menurut saya penceritaannya juga nggak punya pondasi alur yang kuat karena berkutat dengan dua cerita besar, antara kisah June dan keluarga Aya-Ale. Porsi penceritaan yang memaksa untuk berimbang membuat film ini agak aneh menurut saya, mungkin skenarionya harus memfokuskan diri kepada June atau buat saja sekalian cerita keluarga Aya-Ale.
Cerita yang tumpang tindih ini yang menurut saya agak membingungkan dan membuat konsentrasi saya terpecah, sebab saya harus memilih, mencerna cerita June atau keluarga Aya-Ale. Selain itu menurut saya juga ada beberapa adegan nggak penting yang kepanjangan, saya bocorin aja deh di sini, adegan tersebut adalah saat June dikejar-kejar para perawat di rumah sakit. Adegan tersebut meruntuhkan adegan unik “point of view” yang disajikan pada awal film menurut saya, adegan apa itu? Nonton aja sendiri, hehehe.
Film ini tetap patut diapresiasi karena keberaniannya mengangkat topik yang menurut saya sangat jarang diangkat di Indonesia. Sinematrografi film ini juga bisa dibilang bagus dan nggak bikin mata sakit. Tetapi yang paling penting, cerita film ini bisa membuatmu mengerti perasaan orang yang memiliki hewan peliharaan dan memaknai hubungan tersebut secara lebih dalam.
Meskipun sederhana, film bisa membuat kamu terhanyut dan terbawa perasaan dengan June dan segala hal yang terjadi di film ini. Ah iya lupa, untuk film ini bisa kamu nikmati di Netflix dan sudah tayang sejak akhir bulan Januari lalu.